Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PADA pertengahan 2016, Brian Karno Jan berkeliling ke beberapa daerah yang dikenal dengan produk mebelnya. Dari Jepara, Solo, hingga Bali. Dari perjalanannya itu, ia menjumpai banyak bengkel mebel yang kondisinya kian terpuruk bila dibandingkan dengan dekade sebelumnya ketika daerah-daerah tersebut dikenal sebagai sentra produsen furnitur.
Dari titik itulah Brian kemudian mendirikan usaha furnitur bernama Mendekor Indonesia. Ia mengajak para perajin mebel menjadi penyedia produk yang akan dijual dalam situsnya.
“Waktu itu punya cita-cita pengin tingkatkan kesejahteraan perajin furnitur. Ingin memberikan dampak sosial. Perajin itu, kan, di sini masih dipandang sebelah mata. Kebanyakan dari latar belakang pendidikan rendah, jadi tidak bisa bersaing dengan perkembangan pasar modern dan merek dari luar negeri,” terang Brian tentang ide awalnya ketika memulai berbisnis di bawah bendera Mendekor Indonesia saat berbincang dengan Media Indonesia melalui konferensi video, Jumat (25/2).
Sistemnya, setelah Brian mendesain produk, ia mengajak para perajin di beberapa kota dengan menjadikan mereka sebagai produsen dari produk Mendekor. Sejak awal, Brian memang berniat berjualan secara digital. Untuk itu, ia membuat situs resmi Mendekor yang biayanya menelan hingga di atas Rp50 juta. Saat itu, ia mencari investor tunggal yang mau mengongkosi idenya.
Niatnya ialah transaksi dan penjualan bisa dilakukan di situs resmi mereka. Namun, strategi tersebut malah gagal. Upaya untuk membesarkan situs resmi dengan mendatangkan lalu lintas penjualan tidak sebanding dengan ongkos yang telah dikeluarkan di awal.
Perubahan baru dilakukan pada tahun kedua, 2017. Mereka semakin memfokuskan jualan di lokapasar digital (e-commerce) dan mengubah fokus produk mereka. Dari yang semula pada mebel besar, seperti meja dan kursi, lalu lebih fokus pada pernak-pernik dekorasi seperti alas meja. Pernak-pernik dekorasi juga jadi item yang paling laku di lokapasar digital. Sementara itu, situs resmi Mendekor dialihfungsikan sebagai etalase produk dan portofolio mereka.
“Aspek digital yang kami kembangkan kemudian lebih fokus pada menciptakan konten. Bagaimana untuk rutin membagikan itu di berbagai kanal platform media sosial di Instagram atau kalau sekarang fokus di Tiktok. Kami juga mulai ikuti perubahan tren. Sekarang, salah satu yang jadi tambahan kanal jualan kami adalah live shopping di marketplace atau di media sosial,” sambung Brian.
Mendekor cukup aktif di beberapa saluran kanal media sosial mereka, dari Instagram, Tiktok, hingga Youtube. Di Instagram, mereka mendapat pengikut 76,9 ribu. Sementara itu, di Tiktok, yang tergolong lebih baru, malah melampaui dengan total 81 ribu pengikut. Meski sudah menggunakan Instagram sejak 2016, Brian mengaku akun tersebut dipermak ulang. Karena itu, jika menelusuri unggahan pertamanya, akan mendarat pada tarikh pada 18 Juli 2020. Hal itu ditujukan untuk mengurasi audiens mereka.
Rombak tim
Dalam upaya produktivitas konten, Mendekor pun lalu berinvestasi ke berbagai piranti yang mendukung. Mulai kamera dan lensa, tata cahaya, studio, hingga laptop dengan spesifikasi mumpuni untuk penyuntingan video. Semua itu membutuhkan modal setidaknya Rp100 juta lebih.
Struktur bisnisnya juga dirombak. Dari yang awalnya kampanye dilakukan secara luar jaringan dengan mengadakan rangkaian pertemuan dengan para pemengaruh media sosial dan ke beberapa pameran, kini kampanye lebih digenjot ke ranah digital. Dari yang semula ada satu pos komunikasi pemasaran, divisi tersebut dihapus dan difokuskan pada tim kreatif konten yang saat ini berjumlah lima orang.
“Kalau dikonversi ke penjualan, ada peningkatan pastinya. Misal, dari live shopping, itu kami dapat tambahan juga dari situ. Konten-konten di media sosial kami juga berpengaruh ke kunjungan marketplace. Sejak pandemi, omzet kami naik 100%,” kata Brian yang enggan mengungkap besaran nilai omzet Mendekor, baik saat awal memulai maupun yang terakhir.
Dari skala produksi, tiap bulan sebelum pandemi yang hanya memproduksi 5.000 item, kini mereka mampu memproduksi hingga 10 ribu-12 ribu item per bulannya. Saat melongok ke akun Mendekor di Tokopedia dan Shopee, produk paling laris ialah bubble wrap yang harganya berkisar di angka Rp500 setelah diskon 50%. Di Tokopedia, produk tersebut laku hingga 2870-an item. Sementara itu, di Shopee, terjual 73 item bubble wrap per bulan (Rp73 ribu jika tidak dihitung diskon). Itu baru dari satu jenis produk. Sementara itu, ada lebih dari 100-an produk.
Meski Brian mengaku produktivitas konten di media sosialnya turut membantu ke penjualan, ia tidak mau mengeklaim itu jadi satu-satunya faktor yang berpengaruh. Ia juga menduga ada faktor perubahan kebiasaan semenjak pandemi yang mendorong orang untuk belanja produk dekorasi. Mengingat dari banyaknya orang yang harus bekerja di rumah dan ada celah untuk memperbarui tampilan ruang tinggal mereka.
Saat ini, proporsi penjualan Mendekor masih paling banyak dari lokapasar digital dengan produk-produk ritail yang mendominasi bila dibandingkan dengan produk grosir (85:15).
Mencermati iklan
Menurut Brian, salah satu yang juga perlu diperhatikan pada ekosistem bisnis digital saat ini, ketika hampir kebanyakan bergantung pada performa di lokapasar digital, pengaturan iklan juga menjadi penting.
Menurutnya, itu yang kerap luput dari perhatian banyak pelaku bisnis UMKM yang menaruh produk mereka di etalase lokapasar digital. Padahal, dengan mengandalkan iklan dan fitur-fitur di platform, itu bisa membantu meningkatkan performa.
“Jadi begini, saya enggak spesifik yang kami keluarkan untuk iklan di marketplace, ya. Tapi secara garis besar ada beberapa jenis paket iklan yang ditawarkan. Harganya bisa dari yang paling murah itu Rp2,5 juta, tapi ada juga, lo, yang sampai miliaran. Itu biasanya tergantung dari momentum tertentu. Misal, iklan di tiap tanggal cantik, slot di program live televise, atau pekan-pekan sesuai fokus jenis produk yang dijual.”
Jika ditilik dari penjelasan Brian, Media Indonesia juga menaksir bujet yang dikeluarkan Mendekor untuk iklan di lokapasar digital bisa mencapai puluhan juta dengan beberapa program iklan yang pernah diikuti agar produk mereka bisa masuk sorotan dalam momentum tertentu.
“Di digital marketing, sama halnya seperti pemasaran pada umumnya. Tidak ada rumus 1+1=2. Ketika menginvestasikan sekian rupiah, itu juga tidak bisa menjanjikan pengembalian yang diharapkan. Jadi, pintar-pintar saja dalam ikut paket iklan yang ditawarkan marketplace.”
Komentar negatif
Meski secara rating di kedua lokapasar digital Mendekor cukup apik, Tokopedia dan Shopee sama-sama 4,8, dan didominasi bintang lima dalam ulasan mereka, tidak sedikit juga konsumen yang memberikan bintang satu atau menunjukkan kekurangan mereka. Di Shopee, misalnya, Mendekor mengumpulkan 138 bintang satu, 101 bintang 2, dan 465 bintang 3 dengan total 13,3 ribu yang membubuhkan bintang lima.
Di antaranya, komentar yang memberikan bintang satu di Shopee ialah mengungkap foto produk tidak sesuai dengan barang. Foto belum diperbarui, jadi ada kesalahan, atau ada juga yang mengatakan saat membuka paket, kaca sudah pecah.
Di Tokopedia, mereka yang memberikan komentar negatif di antaranya mengatakan produk jam yang dikirim rusak atau ada juga yang mengatakan barang tidak sampai alamat meski tidak sedikit juga yang memberikan komentar positif seperti sesuai pesanan dan bagus, barang sampai dengan aman, sesuai kualitas dan pesanan.
“Biasanya sebelum mereka unggah ulasan, sudah ada proses diskusi ke nomor kami. Kepuasan pelanggan sebelum memberikan ulasan, ada periode waktu beberapa hari setelah produk sampai untuk komplain. Itu masih jadi tanggung jawab kami. Tapi ada juga yang sudah lewat di periode itu dan baru komplain, itu sudah bukan tanggung jawab kami. Intinya, ketika ada kekurangan, kami berusaha memberikan beberapa opsi seperti pengembalian produk atau pemberian voucer untuk pembelian produk berikutnya,” kata Brian saat menanggapi beberapa komentar dan ulasan buruk mengenai produk mereka.
Kekurangan ekosistem digital
Meski ia dan bisnisnya mendapat banyak keuntungan dan sangat mengandalkan pemasaran berbasis digital, bukan berarti masih ada yang jadi perhatian lebih. Secara positif, ekosistem digital memang menjadikan pertukaran informasi dan tren menjadi lebih cepat sehingga lebih mudah dalam mengembangkan produk dari tren di media sosial.
“Modal awal memang tidak besar. Tapi pas berjalannya, itu mulai lebih besar. Untuk mulai, memang lebih mudah di marketplace. Dalam perjalanan pengembangannya, itu yang akan butuh modal lebih besar,” kata Brian.
Karena serbamudah dan cepat, tembok penghalang menjadi kian terkikis. Kompetisi pun kian ketat. Brian juga menyoroti meski ekosistem digital di Indonesia sudah berkembang jauh, jika para pelaku bisnisnya tidak didukung dengan pengetahuan yang mumpuni, bisa menyebabkan salah arah.
“Berkaca dari kesalahan kami di awal, kami saat itu belum tahu kebutuhannya. Main bikin website dengan modal gede. Jadi, pengetahuan terkait segala fungsi di digital ini perlu dipelajari. Terutama di skala kecil dan mikro, ya. Terkadang punya nyali tinggi, tapi enggak tahu hal apa yang perlu dilakukan dengan fungsi digital.” (M-4)
GUNA mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, BRI mewujudkannya lewat pemberdayaan klaster usaha 'Klasterkuhidupku'. Program ini menjadi wadah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM
Program ini merupakan rangkaian Dospulkam tahap kedua yang disambut antusias oleh para pelaku usaha, khususnya penggiat bisnis makanan daring.
Saat ini, program kemitraan produk bebas asap Sampoerna telah melibatkan lebih dari 600 UMKM lokal yang tersebar di 20 kota di seluruh Indonesia.
UMKM Monalisa memanfaatkan potensi singkong menjadi tepung mocaf (Modified Cassava Flour) yang memiliki permintaan pasar yang luas dan nilai tambah ekonomi yang signifikan.
BRI sepanjang Januari - Mei 2025, menyalurkan KUR senilai Rp69,8 triliun, atau setara 39,89% dari total alokasi tahunan sebesar Rp175 triliun.
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) menghadirkan vending machine berisi produk usaha mikro dan kecil (UMKM) di Pelabuhan Ajibata, Danau Toba,
Bigland Bogor Hotel memperkenalkan layanan dekorasi kamar yang dirancang untuk membuat momen spesial lebih berkesan.
Bunga impor memiliki ketahanan yang lebih lama, yaitu sekitar 12 jam. Namun, harganya juga lebih mahal.
Berawal dari hobi dan kecintaannya atas dekorasi visual, Emilia mulai belajar merangkai bunga secara otodidak dan menawarkan jasanya ke teman-temannya.
Dekorasi ini sering kali menggunakan warna khas yang menggambarkan suasana perayaan Natal.
Muzani menyebut sejak awal, anak Prabowo Subianto tersebut yang merancang dekorasi pelantikan tersebut.
PROPAN Raya berkolaborasi dengan Sandimas menghadirkan Experience Center yang lebih dari sekadar ruang retail biasa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved