Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BUMI tetap memanas lebih dari 3 derajat Celcius pada akhir abad ini meskipun ada penurunan emisi gas rumah kaca karena pandemi. Lembaga Perserikatan-bangsa-bangsa (PBB) berjanji untuk terus mengatasi polusi.
Dalam penilaian tahunan tingkat emisi, Program Lingkungan PBB menemukan, penurunan polusi karbon sebesar 7 % pada 2020 tidak akan berpengaruh banyak tanpa upaya luas dan cepat untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
The Emissions Gap report (laporan Kesenjangan Emisi) menganalisis jurang pemisah antara tindakan yang diperlukan berdasarkan kesepakatan iklim Paris dan pengurangan emisi yang saat ini direncanakan oleh sejumlah negara.
Laporan yang dirilis pada Rabu (9/12) itu menemukan pandemi memang berdampak pada pemulihan lingkungan, sehingga misi untuk mengurangi emisi karbon hingga nol % bisa dipercepat. PBB sendiri berjanji dapat memangkas 25% emisi pada 2030.
Ini akan membawa dunia lebih dekat ke tingkat yang diperlukan untuk membatasi pemanasan hingga 2C (dua derajat celsius) atau 3,6 Farenheit, sebagaimana ditetapkan di bawah perjanjian Paris.
Dengan pemanasan lebih dari 1C sejak masa pra-industri, Bumi sudah mengalami kekeringan dan lebih sering memicu kebakaran hutan dan badai ekstem yang lebih mematikan akibat naiknya air laut.
"Jelas dunia telah melakukan lockdown. Selama ini kami melihat penurunan 7% dari emisi," kata Direktur Eksekutif UNEP Inger Andersen kepada AFP.
"Tapi kami juga tahu bahwa jawabannya bukan itu (lockdown) dan membuat 1,9 miliar anak tidak bisa bersekolah."
Namun, dia mengatakan laporan itu menunjukkan bahwa pandemi dapat mengurangi sebagian besar emisi gas rumah kaca dan membantu memperlambat perubahan iklim.
UNEP mengatakan tahun lalu emisi harus turun 7,6% setiap tahun hingga 2030 untuk mempertahankan target suhu global sebesar 1,5C (derajat celsius) yang dinyatakan pada perjanjian Paris dapat tercapai.
Walaupun emisi pada 2020 kemungkinan besar akan turun secara luas sejalan dengan angka tersebut, dibutuhkan perlambatan yang radikal dalam industri, perjalanan, dan manufaktur.
Para ahli khawatir kenaikan emisi karbon hampir tak terhindarkan pada 2021. Apalagi, pada Minggu lalu PBB mengatakan sejumlah negara berencana meningkatkan produksi bahan bakar fosil sebesar 2% setiap tahun dalam dekade ini. Padahal, untuk membatasi pemanasan global sampai 1,5C, produksi minyak, gas dan batu bara harus turun 6% setiap tahun. (M-4)
Studi ungkap letusan vulkanik Franklin dan pelapukan batuan cepat 720 juta tahun lalu memicu peristiwa Snowball Earth yang membekukan seluruh planet.
Tahun 2023 catat gelombang panas laut terbesar dan terlama. Fenomena ini rusak ekosistem, ganggu perikanan, dan jadi sinyal titik balik iklim.
Penelitian ungkap lahan gambut Amazon Peru berubah dari penyerap karbon menjadi netral karbon akibat cahaya berlebih dan penurunan muka air.
ICJ mengeluarkan putusan bagi negara-negara untuk saling menggugat terkait perubahan iklim.
Indonesia menghadapi ancaman krisis planetari, termasuk perubahan iklim, pencemaran lingkungan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
INDONESIA memperkuat posisinya menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 yang ditegaskan dalam Conference of the Parties (COP26) di Glasgow, Skotlandia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved