Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
MUSIM hujan tengah mengarah ke puncak nya. Kondisi itu diprediksi dapat kian intens karena saat ini Indonesia tengah kedatangan fenomena La Nina.
Namun, di samping La Nina, ternyata ada sejumlah fenomena cuaca lain yang akan melanda Indonesia. Kehadiran mereka secara bersamaan tentu akan memengaruhi curah hujan di
Tanah Air. Fenomena apa saja yang akan terjadi, dan apa penyebab serta dampaknya? Berikut wawancara Media Indonesia dengan Ketua Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofi sika (BMKG), Dwikorita Karnawati, Kamis (29/10), via telepon.
Bagaimana kondisi cuaca di berbagai daerah secara umum saat ini?
Mulai Oktober sudah masuk musim hujan. Jadi, sudah terjadi akumulasi awan-awan hujan yang menyebabkan intensitas hujan meningkat. Selain itu, di awal Oktober terjadi fenomena La Nina. Itu sejak dua bulan sebelum Oktober, kami memonitor suhu muka air laut di Samudra Pasifi k. Selama ini terjadi anomali suhu muka air laut hingga minus 0,5 derajat Celsius pada Agustus dan minus 0,9 pada akhir September. Jadi, kami simpulkan sudah terjadi La Nina.
Kalau sudah melampaui minus 0,5 derajat Celsius artinya sudah masuk ke La Nina menengah. Saat ini sudah melebihi minus 1 derajat Celsius. Berarti, benarbenar sudah La Nina menengah. Diprediksi puncak anomali akan terjadi pada Desember
Seperti apa curah hujan di tengah La Nina dan kapan puncaknya?
Anomali tersebut sudah mulai sejak awal Oktober, terjadi aliran massa udara basah yang kuat dari Samudra Pasifik menuju ke perairan Indonesia. Dampak lanjutnya menyebabkan naiknya curah hujan bulanan dan musiman di wilayah kepulauan Indonesia dari normalnya.
Berapa persen kenaikannya?
Bervariasi, ada yang 20% sampai 40% peningkatan curah hujannya. Seandainya tidak ada La Nina juga, curah hujan sudah mulai meningkat sejak Oktober, dan puncaknya diprediksi Januari atau Februari. Tapi, prediksi puncak di Januari itu sebelum kami mendeteksi ada La Nina. Prediksi itu awal September dikeluarkan, La Nina dideteksi akhir September. Jadi, dengan perkembangan La Nina ini, di Desember curah hujan sudah akan mencapai puncak.
Wilayah mana yang akan paling terdampak?
Untuk La Nina, pada Oktober sampai November terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Sumatra. Namun, Sumatra tetap bercurah hujan sangat tinggi. Itu karena topografi lokalnya yang ada pegunungan Bukit Barisan. Aliran udara basah dari Samudra Hinda di sebelah barat Sumatra terhalang pegunungan Bukit Barisan, sehingga uap airnya jatuh sebagai hujan.
Oktober hingga akhir November nanti hampir seluruh wilayah Indonesia mengalami curah hujan tinggi. Padahal, seharusnya Oktober itu masih awal musim hujan, belum tinggi. Karena ada La Nina, jadi meningkat. Kemudian, di Desember, yang terpengaruh La Nina terutama ialah Indonesia bagian tengah, utara, dan timur. Namun, Jawa juga masih kena dampak, curah hujannya masih bisa mencapai 40%.
Di Kalimantan, yang paling harus diwaspadai itu Kalimantan Tengah karena curah hujannya bisa melebihi 40% (dari normal). Sulawesi hampir seluruh wilayahnya akan meningkat curah hujannya hingga 40%, juga Maluku, NTT, dan Papua. Jadi, hampir merata dampaknya.
BMKG juga mengatakan akan ada fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), apa itu dan apa dampaknya?
Selain La Nina, di wilayah Indonesia ini ada siklus pengulangan MJO, yaitu aliran gelombang atmosfer atau pergerakan kumpulan awan-awan hujan dari Samudra Hindia di sebelah timur Afrika ke sepanjang ekuator atau zona tropis menuju ke Samudera Pasifik. Dalam perjalanannya, akan melewati kepulauan Indonesia yang bergunung-gunung sehingga kumpulan awan tadi akan menabrak gunung dan turun sebagai hujan. Jadi, akan ada penguatan lagi curah hujannya.
Bedanya MJO dengan La Nina ialah waktu terjadinya. La nina terjadi 2 sampai 6 bulan, kalau MJO hanya 2 sampai 5 hari.
Dan dua fenomena itu pada satu waktu terjadi bersamaan?
Dalam periode 6 bulan La Nina, ada siklus setiap 30 sampai 60 hari terjadi MJO di Indonesia. Siklus pertama telah terjadi pada 18 sampai 24 Oktober lalu. Selama itu, terjadi peningkatan intensitas hujan harian. Dia bergerak dari Indonesia bagian tengah ke timur.
Nah, yang kami khawatir adalah tiga fenomena itu, yakni puncak musim hujan, puncak La Nina, dan MJO, itu terjadi bersamaan. Karena MJO kemungkinan akan lewat Indonesia lagi sekitar akhir November atau selama Desember. Jadi, intensitas hujannya dikhawatirkan akan meningkat sangat signifikan.
Artinya, bisa ada tiga fenomena sekaligus di Desember?
Desember itu benar-benar harus diwaspadai. Kemungkinan adanya curah hujan sangat tinggi dan berbagai dampaknya sangat besar terjadi. Kita harus benar-benar waspada. Ketiganya terjadi secara bersamaan sangat mungkin terjadi pada Desember nanti. Apalagi, sebenarnya ada satu fenomena lagi yang juga mungkin akan memperparah kondisinya, yakni seruak udara dingin.
Bisa dijelaskan soal seruak udara dingin?
Itu udara yang bergerak ketika musim dingin dari dataran tinggi Tibet menuju laut Cina Selatan dan ini mendesak hingga mencapai Jabodetabek, sehingga yang terjadi ialah intensitas hujan lebat.
Tahun lalu juga terjadi pada saat pergantian tahun yang menyebabkan banjir besar di Jabode tabek. Tahun ini ada kemungkinan itu bisa terjadi lagi akibat seruak udara dingin ini.
Kalau mau membayangkan dampaknya, lihat banjir yang terjadi saat pergantian tahun lalu. Saat itu yang terjadi hanya seruak udara dingin. Tidak bersamaan dengan La Nina ataupun
MJO. Hanya satu fenonena saja dampaknya sudah luar biasa.
Kapan fenomena-fenomena itu akan mereda?
La Nina akan melemah di Maret dan April. Hujan masih akan terus terjadi meski melemah. Diprediksi akan benar-benar berakhir itu pada Mei ketika musim kemarau mulai datang.
Bagaimana dengan ancaman bencana hidrologis di berbagai daerah?
Tanpa La Nina saja kita sudah sering mengalami berbagai bencana seperti tanah longsor, banjir bandang, banjir, dan lain-lain. Itu diprediksi juga masih akan banyak terjadi, khususnya di wilayah yang lahannya sudah sangat terbuka. Mulai dari Indonesia bagian barat hingga timur semua punya karakteristik yang sama dan sama-sama berpotensi
mengalami bencana hidrologis, tergantung kondisi pemanfaatan lahannya.
Apa yang diprediksi masih akan mendominasi?
Kemungkinan banjir, banjir bandang, tanah longsor, masih akan banyak terjadi. Apalagi saat ini ada tambahan La Nina, serta potensi MJO, dan seruak udara dingin.
Bagaimana persiapan BMKG, khususnya di pos daerah?
Awal September, kami sudah menginformasikan ke seluruh gubernur dan pemda untuk mulai mewaspadai masuknya musim penghujan di akhir Oktober. Di akhir September, kami mendeteksi La Nina dan segera kami melakukan Rakornas menginformasikan untuk mewaspadai bersama dan dikoordinasikan dengan Kemenko Maritim dan Investasi, PUPR, KLHK, BNPB, dan beberapa lembaga lain. Kami membuat kesepakatan dan rencana aksi bersama untuk menghadapi ini.
BMKG di setiap daerah juga berkoordinasi dengan pemda. Terutama menyiapkan kapasitas daya tampung air. Semoga saja langkah koordinasi ini bisa berjalan dengan baik dan semua pihak, khususnya pemda, bisa benar-benar mempersiapkan.
Persiapan apa yang paling vital?
Kami benar-benar mengoordinasikan dengan berbagai pihak, terutama dengan BNPB dan PUPR, karena tandon-tandon air itu daya tampungnya harus dijaga. Jangan sampai luapan air yang lebih dari 40%, ditambah dampak MJO dan seruak udara dingin, membuat air tidak terkendali dan menyebar ke mana- mana. Harus ada revitalisasi waduk, DAS, kanal-kanal, dan perbanyak resapan-resapan air.
Adakah hal lain yang disiapkan menyesuaikan dengan kondisi pandemi?
Kami sudah buat panduan soal itu, khususnya soal bagaimana nanti kondisi di poskoposko bencana. Harus lebih luas areanya karena tetap harus memerhatikan protokol kesehatan.
Itu panduannya kami buat sejak Mei dan sudah kami sosialisasikan ke berbagai pihak terkait, khsusnya ke daerah. Alhamdulillah, tampaknya pemda juga sangat serius dalam menyikapinya.
Bagaimana dengan kebakaran hutan dan lahan?
Kebakaran hutan itu biasanya terjadi di Indonesia ketika masuk musim kemarau, pada April atau Mei. Umumnya di lahan gambut yang kering. Fenomena La Nina membuat curah hujan tinggi. Diharapkan karena itu lahan gambut menjadi lebih basah dan menyimpan lebih banyak air. Kalau itu terjadi, seharusnya kita bisa terbebas dari karhutla pada 2021.
Selama ini, bagaimana tingkat akurasi prediksi cuaca dan fenomena alam lain oleh BMKG dan pemutakhirannya?
Untuk peringatan dini, khususnya peringatan dini cuaca ekstrem yang di-update setiap 3 jam, itu akurasinya hingga 90%. Resolusinya untuk skala kecamatan. Jadi untuk mengakses itu, masyarakat diharap menginstal aplikasi BMKG untuk melihat realtime kondisi perkembangan cuaca setiap 3 atau 4 jam. Itu bisa dilihat kondisinya seperti apa, suhunya seperti apa, kecepatan, arah angin, hingga kelembapan udaranya.
Kalau cuaca, untuk 7 hari ke depan, akurasinya sekitar 87%. Karena 7 hari ke depan kemungkinan perubahan sangat tentatif.
Untuk prediksi iklim, akurasinya 80%, karena iklim itu 6 bulan ke depan. Jadi, semakin panjang durasinya, akurasinya semakin turun.
Namun, hasil prediksi kami soal La Nina sama dengan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration--lembaga di AS yang fokus pada kondisi samudra dan atmosfer) dan BMKG-nya Jepang serta Australia. Hasil preferensinya sama. Soal akurasi dan resolusi kami jaga benar sehingga seluruh peralatan harus benar-benar terkalibrasi. Peralatan terus kami kalibrasi.
Apa yang membedakan prediksi cuaca dari BMKG dengan aplikasi cuaca lain yang marak kini?
Itu setiap kecamatan bisa dilihat cuacanya. Itu dilakukan dengan perhitungan numeris dan diperkuat dengan data observasi di lapangan.
Data dari satelit, dari radar, serta dari ribuan sensor yang kami miliki di seluruh wilayah RI. Itulah yang membedakan produk BMKG dengan produk aplikasi luar negeri yang tidak
memiliki pemodelan dan data di Indonesia secara lengkap seperti BMKG.
Mereka hanya pakai data global, tidak dengan data lapangan. (M-2)
Anggota Pansel capim dan dewas KPK Ivan Yustiavandana mengatakan di tahap selanjutnya, yaitu wawancara.
KETUA Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) I Dewa Gede Palguna mengaku remuk melihat kondisi MK saat ini yang makin hari makin dilemahkan.
KETUA Umum Partai NasDem Surya Paloh menegaskan dukungan partainya atas inisiatif hak angket di DPR RI untuk mengusut dugaan kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
Presiden Vladimir Putin menyatakan dalam wawancara bahwa Barat harus menyadari bahwa "tidak mungkin" untuk mengalahkan Rusia di Ukraina.
Pengumpulan data penelitian tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Terdapat langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang harus diikuti.
Pagelaran Paritrana Award tahun 2021 ini telah memasuki tahap penjurian (wawancara) bagi para kandidat penerima penghargaan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Jamsostek).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved