Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Demi Substitusi Obat Impor

(Try/M-1)
23/8/2020 05:20
Demi Substitusi Obat Impor
(LIPI/Riset MI-NRC)

PUSAT Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat ini menjadi koordinator prioritas riset nasional obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka. Hal ini seiring dengan prioritas riset nasional pemerintah 2020-2024 untuk bidang obat dan kesehatan agar Indonesia ke depan tidak bergantung pada obat dari luar negeri.

"Kita namakan obat modern asli Indonesia itu obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka. Kami di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI bekerja sama dengan beberapa institusi seperti Universitas Gadjah Mada, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Universitas Andalas, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Universitas Airlangga, dan Institut Pertanian Bogor," jelas Masteria Yunovilsa Putra dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI selaku Koordinator Kegiatan Uji Klinis Kandidat Imunomodulator Herbal, di Kantor LIPI Cibinong, Jawa Barat, Rabu (19/8).

Setidaknya total saat ini telah ada 15 produk pengembangan dari herbal dan fitofarmaka yang sedang dilakukan. Bahan-bahan yang dipakai berasal dari eksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia. "Karena saat ini 90% obat yang masuk ke Indonesia adalah impor. Kami berusaha menyubsitusi obat impor tersebut," kata Masteria.

Dia mencontohkan, beberapa penyakit prioritas seperti kanker, diabetes, hipertensi sedang dikembangkan obatnya dari tanaman herbal. Ke depan juga akan fokus untuk pengembangan obat-obatan antivirus, antibakteri, dan antikanker, tidak sebatas obat pendamping.

Biodiversitas Indonesia dari empirisnya telah digunakan oleh nenek moyang dengan sebutan jamu, dari jahe merah, meniran, sambiloto, rosela, pegagan, mengkudu, seledri, dan masih banyak lagi. Namun, belum sampai dalam bentuk produk fitofarmaka. Padahal negara-negara seperti Tiongkok bisa dikenal dengan traditional Chinese medicine. Begitu pula Jepang dengan Japanese kampo medicine. Namun, dunia internasional belum mengenal jamu.

Masteria menjelaskan banyak tanaman di Indonesia yang punya sifat sebagai antihipertensi, antikanker, dan antidiabetes, antikolestrol, dan banyak juga yang bersifat imunomodulator. Selama ini biodiversitas Indonesia bukan tidak tersentuh untuk dijadikan obat herbal, tapi proses hulu ke hilirnya masih sedikit.

"Nanti bisa kita coba semua. Dengan prioritas riset nasional itu setidaknya kita bisa sedikit menyubsitusi obat impor yang masuk ke Indonesia. Syukur-syukur kalau nanti masuk ke program JKN sehingga dokter mau tidak mau harus meresepkan itu obat," kata Masteria optimis.

Dengan momen pengembangan dan uji klinis imunomodulator menggunakan kombinasi empat tanaman herbal, diharapkan Indonesia bisa membuktikan bahwa kekayaan biodiversitas Indonesia dapat digunakan untuk covid-19. LIPI pun, kata Masteria, akan mengirimkan hasil penelitian uji kandidat imunomodulator itu ke jurnal internasional jika memang hasil analisis Badan POM menyatakan keberhasilan. (Try/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik