Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
SPONTAN saya tertawa ketika saya dikirimi sebuah foto yang diunggah akun Twitter @dr_koko28. Foto itu memperlihatkan dua orang laki-laki sedang memasang sebuah spanduk bertulis ‘tolak ravid tesk’. Sungguh menggelitik, tapi membuat saya tertarik.
Dari segi komunikasi, menurut saya, pesan yang mereka maksud sudah pasti kita pahami. Namun, dari segi kacamata bahasa, penulisan ravid tesk tentu keliru karena dalam bahasa Inggris kata ravid dan tesk tidak ada.
Tentunya kita tahu bahwa yang dimaksud ialah rapid test. Hal itu mengingatkan saya pada apa yang berlangsung dewasa ini.
Demi mencegah penyebaran virus korona, semua pihak, terlebih pemerintah, bergotong royong memerangi virus yang telah menjadi pandemi global itu. Berbagai cara telah dilakukan agar pandemi ini bisa kita lewati bersama, salah satunya dengan melakukan rapid test (tes cepat) covid-19 secara massal.
Perlu diketahui, rapid test merupakan metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi, yakni IgM dan IgG, yang diproduksi tubuh untuk melawan virus korona. Prosedur pemeriksaan rapid test dimulai dengan mengambil sampel darah dari ujung jari yang kemudian diteteskan ke alat rapid test. Selanjutnya, cairan untuk menandai antibodi akan diteteskan di tempat yang sama. Hasilnya akan berupa garis yang muncul 10–15 menit setelahnya (alodokter.com).
Pada Maret lalu, Presiden Joko Widodo menginstruksikan rapid test secara massal. Pelaksanaannya dimulai dari wilayah Jakarta Selatan hingga menjalar ke wilayahwilayah di Indonesia. Namun, di tengah upaya pemerintah melakukan rapid test untuk mendeteksi orang-orang yang terpapar virus korona, ada beberapa wilayah yang menolak dilakukan rapid test. Usut punya usut, kurangnya kepercayaan terhadap tim medis atas kesimpangsiuran hasil rapid test menjadi salah satu penyebabnya.
Berbicara soal rapid test, ada hal unik yang ingin saya ulik. Ini bukan soal sebab penolakan rapid test, biaya rapid test, atau bagaimana prosedur rapid test dilakukan, melainkan tentang penulisan rapid test yang tidak sesuai.
Yang paling tidak sesuai sudah tentu yang saya sebut di awal tulisan ini, yakni ravid tesk.
Sementara itu, di media massa, penulisan yang sering kali kita jumpai ialah rapid test. Bahkan, beberapa media massa ada yang mengindonesiakan menjadi ‘tes cepat’. Ada pula yang menggunakan tes diagnostik. Misalnya, pada judul berita Usut Layanan Rapid Test oleh RS, KPPU Beberkan Hasilnya (Tempo, 13/6). Dalam sebuah kalimat, ‘Tim medis melakukan rapid test massal di lokasi pasar di Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, Kamis (11/6)’ (Kompas, 11/6). Sementara itu, ada juga judul foto Tes Diagnostik Cepat Pedagang Pasar (Antara, 11/6).
Lantas, mengapa tidak diindonesiakan saja penulisan rapid test?
Berdasarkan Kamus Bahasa Inggris-Indonesia yang ditulis John M Echols dan Hassan Shadily, kata rapid ialah kata sifat yang bermakna riam, aliran deras, penderasan, cepat, serta berkecepatan yang tinggi. Dari situ dapat kita ambil kata ‘cepat’ untuk menjadi padanan kata rapid. Jadi, rapid test dapat diindonesiakan sebagai ‘tes cepat’ atau bisa juga dikatakan pengujian secara cepat.
Pengindonesiaan itu penting untuk memperkenal khazanah kosakata bahasa Indonesia yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Ingat, virus korona yang sebelumnya berbahasa Inggris--coronavirus--telah diindonesiakan menjadi virus korona.
Dengan begitu, setidaknya kita bisa terhindar dari kesalahan berbahasa yang amat dasar. Selain itu, juga meningkatkan eksistensi bahasa Indonesia di kalangan masyakarat. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika istilah-istilah bahasa asing diindonesiakan terlebih dulu.
Hal ini bertujuan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang eksis khususnya di Indonesia sendiri, umumnya di kancah internasional. Semoga.
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mencatatkan jumlah kasus covid-19 secara global mengalami peningkatan 52% dari periode 20 November hingga 17 Desember 2023.
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi meminta masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Covid-19. Pengetatan protokol kesehatan (prokes) menjadi keharusan.
PEMERINTAH Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau warga tetap waspada dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan menyusul dua kasus positif covid-19 ditemukan di kota itu.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis virus covid-19 varian JN.1 sebagai VOI atau 'varian yang menarik'.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Batam mengonfirmasi bahwa telah terdapat 9 kasus baru terpapar Covid-19 di kota tersebut,
Vulvovaginitis yang bergejala keputihan, nyeri, dan gatal amatlah mengganggu. Ketepatan diagnosis menentukan efektivitas pengobatannya.
Testing dan tracer dilakukan untuk Mencegah terjadinya klaster Covid-19 di lingkungan sekolah selama Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Gus Muhaimin mendesak aparat kepolisian dan dinas terkait untuk mengusut temuan ribuan limbah bekas alat tes antigen di sepanjang pantai di Selat Bali.
Akses tes Covid-19 yang cepat dan andal, dan mengurangi penyebaran infeksi seiring semakin banyaknya orang kembali melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari di Indonesia.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) menerapkan tarif baru untuk layanan Rapid Test Antigen di Stasiun dari sebelumnya Rp45.000 menjadi Rp35.000.
Wakil Ketua BURT Evita Nursanty mengungkapkan kebijakan daerah tersebut menimbulkan pertanyaan dari sebagian besar masyarakat pelaku perjalanan moda transportasi udara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved