Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pentingnya Musikus Mengelola Aset Digital

Galih Agus Saputra
16/5/2020 21:01
Pentingnya Musikus Mengelola Aset Digital
Menonton konser streaming(MI/PANCA SYURKANI)

PERKEMBANGAN teknologi digital telah merambah segala sendi kehidupan, termasuk musik. Banyak band atau musikus memanfaatkan teknologi ini, entah untuk keperluan rekaman maupun pemasaran. Di era pandemi covid-19, peran teknologi ini semakin penting. Dengan diberlakukannya physical distanching, pertunjukan musik kini tidak bisa lagi digelar secara langsung dengan kerumunan massa. Sebagai gantinya, platform digital melalui layanan streaming menjadi solusi.

 "Inilah mengapa pentingya soal music enterpreneur. Sebenarnya bukan cuma soal music enterpreneur yang penting, tetapi tentang pengelolaan aset musik, seperti IP-nya mereka, karya rekam, pengelolaan digital aset mereka (musikus), dan banyak sekali aset dari artis yang harus dikelola dan dimonetize secara baik, supaya musisi itu tidak terus bergantung dengan penghasilan event," ujar Founder Amity Asia Agency, Nadia Yustina dalam diskusi daring  yang membahas tentang Riset Pemetaan Ekologi Sektor Musik Indonesia', di kanal Youtube British Council, Sabtu, (16/5).

Selain Nadia, pembicara lainnya adalah periset ekosistem musik independen Tanah Air, Idhar Resmadi dan Wendy Putranto, manajer grup band rock, Seringai. Idhar menyatakan, berdasar hasil risetnya bubble (gelembung) ekonomi yang dihasilkan pertunjukan musik di Indonesia pernah terjadi. Meski dalam konteks ini yang menjadi persoalan bukanlah harga, akan tetapi juga jumlah pelaku maupun kuantitas pertunjukannya.

Bubble dalam ilmu ekonomi secara sederhana dapat diartikan sebagai kenaikan harga yang cukup tinggi pada produk di periode tertentu. Tak lama setelah naik, fenomena ini biasanya diikuti dengan penurunan harga secara drastis karena lebihnya ketersediaan produk di pasaran.

Menurut Idhar gelembung pertunjukan musik terutama terlihat di Jakarta karena ekosistemnya berjalan dengan baik. Sektor pendukungnya banyak, pun para pelaku di dalamnya juga memiliki kemampuan untuk berjejaring dan berkolaborasi.

"Gak tahu ini bisa meletus atau berkembang lagi. Tapi ada beberapa kasus, karena kalau ngomongin gelembung pertunjukan musik akhirnya, akses jadi mudah, semua orang bisa bikin (pertunjukan), karena industrinya cukup kuat, persaingan juga cukup tinggi, akhirnya bisa menghasilkan bubble," tuturnya.

Menurut Nadia gelembung pertunjukan musik di Tanah Air sebenarnya sudah terlihat sejak empat hingga lima tahun belakangan.Namun kemudian kini meredup, terlebih setelah adanya wabah korona. Banyak pertunjukan sudah dijadwalkan harus berhenti karena ada pembatasan jarak dan sosial.

Kata Nadia proses pemulihan masalah ini mungkin bakal berlangsung lama pasca pandemi. Sekalipun pulih, akan banyak aspek yang berubah, mulai dari protokol kesehatan, keamanan, dan lain-lain. Hal ini menurutnya, juga menjadi pertimbangan para penonton, sementara jumlah pertunjukan (yang tertunda) masih banyak.

Menurut Nadia, kondisi ini justru menunjukan ringkihnya ekosistem musik di Tanah Air. “80% musikus bersama agensinya merasa panik ketika sekian banyak acara mendadak dibatalkan.”

Di sinlah, kata Nadia, pentingnya bagi musisi untuk mengelola asset digital mereka, entah itu akun instagram, YouTube dan lainnya,  supaya mereka tidak terus bergantung dengan penghasilan dari event pertunjukan atau konser.

Hal senada dikatakan Wendy. Menurutnya, pengelolaan aset digital sangatlah penting. Seringai, band yang dimanajerinya pun turut memaksimalkan seluruh aset digital mereka, mulai dari akun Instagram, Youtube, Facebook, atau semua media sosial yang terhubung secara resmi dengan ban

Mengelola aset digital sangat penting bagi Seringai, karena menurut Wendy. band beraliran rock belum tentu cocok bermain melalui media siaran langsung (streaming). Band rock butuh interaksi langsung dengan pendengarnya untuk memicu semangat maupun antusiasme bermusik.

"Gantinya konser live streaming itu, kemarin saya sempat menyiarkan konsernya Seringai ketika tur di Jepang. Kita live stream di IG, itu ternyata cukup mengagetkan juga buat followersnya Seringai karena disangka kita konser beneran di masa pandemi ini. Itu engagement-nya cukup besar, sampai 10 ribuan yang nonton waktu itu, dan berhasil. Itu salah satu solusinya,” ujar pria yang juga mengelola M-Bloc Space itu.

Di tengah sepinya jadwal konser, band ini juga memanfaatkan penjualan merchandise secara daring. “Bahkan penjualannya meningkat 100 % dibandingkan masa-masa sebelum pandemi," tutup Wendy. (M-4)

 

 

 

 

 

 

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya