Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Akibat Pandemi, Shenzen Larang Warga Makan Kucing hingga Katak

Galih Agus Saputra
02/4/2020 17:00
Akibat Pandemi, Shenzen Larang Warga Makan Kucing hingga Katak
Gerbang Nantou Ancient Town yang merupakan salah satu tempat ikonik di Shenzen, Tiongkok.(Sz.gov.cn)

TIONGKOK sudah lama dikenal sebagai negara yang memiliki banyak sajian kuliner ekstrim. Budaya itu semakin dikritik dunia setelah terjadinya pandemi covid-19.

Kini beberapa penentu kebijakan di republik itu mulai mengetatkan aturan soal kuliner. 
Anggota parlemen di Shenzhen, Tiongkok baru-baru ini mengeluarkan undang-undang baru untuk merespon penyebaran pandemi korona. Keputusan itu rencananya mulai diterapkan awal bulan depan.

Sebagaimana dilansir Dailymail, undang-undang tersebut nantinya akan melarang konsumsi daging anjing dan kucing bagi warga Tiongkok, khususnya yang tinggal di Shenzhen. Selain itu, warga juga dilarang mengonsumsi daging ular, katak, hingga kura-kura.

Salah satu 'tradisi kuliner ekstrim tahunan' di Tiongkok, yakni Festival Yulin juga diberhentikan setelah adanya undang-undang tersebut. Sebagaimana diketahui, Festival Yulin dalam beberapa tahun belakangan ini juga banyak dikritik oleh pemerhati lingkungan sekaligus advokat hewan peliharaan. Dalam Festival Yulin, warga Tiongkok biasanya akan mengadakan perjamuan besar, dengan suguhan daging anjing dan kucing.

Sebuah dokumen yang disadur Dailymail menjelaskan bahwa anggota parlemen di Shenzen juga telah menetapkan sembilan jenis daging atau hewan ternak yang cocok dikonsumsi warga. Kesembilan jenis tersebut adalah babi, sapi, domba, keledai, kelinci, ayam, bebek, angsa dan merpati. Selain itu, warga juga diperbolehkan mengonsumsi hewan air yang diizinkan oleh hukum.

Salah seorang yang ditunjuk sebagai juru bicara anggota parlemen turut menambahkan bahwa kebijakan tersebut dibuat agar otoritas setempat bisa mengetahui apa saja yang dimakan warganya.

"Ada begitu banyak spesies hewan di alam.  Di negara kita sendiri, ada lebih dari 2.000 jenis spesies hewan yang dilindungi. Jika pemerintah setempat ingin membuat daftar hewan yang tidak bisa dimakan, itu akan terlalu panjang dan tidak bisa menjawab pertanyaan dengan tepat dan cepat terkait hewan apa yang bisa dimakan," terang juru bicara, yang tak disebut namanya itu.

Pemerhati Kebijakan Tiongkok, Peter Li mengapresiasi langkah tersebut. Menurutnya anggota parlemen Shenzhen telah mengukir sejarah, sebagai kota pertama di dataran Tiongkok yang melarang konsumsi daging anjing dan kucing. 

Ia juga menambahkan bahwa langkah ini benar-benar menjadi momen penting, dalam upaya mengakhiri perdagangan yang membunuh sekitar 10 juta anjing dan 4 juta kucing di Tiongkok setiap tahun.

"Mayoritas hewan peliharaan ini biasanya dicuri dari pekarangan belakang rumah orang-orang atau direnggut dari jalanan. Mereka dibawa pergi dengan truk dan dipukuli di rumah jagal," tutur intelektual yang juga aktif di badan amal hewan peliharaan, Humane Society International itu.

Menurut Peter Li, Shenzhen sebenarnya hanyalah kota terbesar kelima di Tiongkok. Maka dari itu, meskipun perdagangan daging hewan peliharaan di sana cukup kecil, akan tetapi signifikansi dari munculnya kebijakan baru tersebut ialah efek domino yang akan menginspirasi kota-kota lainnya di Tiongkok. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya