Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Isu Covid-19 Hasil Konspirasi, Penelitian Ini Beri Jawabannya

Melalusa Susthira K
30/3/2020 16:20
Isu Covid-19 Hasil Konspirasi, Penelitian Ini Beri Jawabannya
Peneliti Tulane University, Amerika Serikat, menyimpulkan jika virus penyebab covid-19 bukanlah hasil rekayasa.(Unsplash/ CDC)

SEPERTI juga pada berbagai peristiwa dunia lainnya, ada saja kelompok orang yang mengatakan jika pandemi covid-19 adalah hasil konspirasi. Jika anda termasuk kelompok ini maka hasil penelitian berikut pantas disimak.

Para peneliti dari Tulane University, Amerika Serikat, berupaya mencari tahu kebenaran tuduhan itu. Hasil penelitian mereka telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature Medicine baru-baru ini. 

Penelitian menunjukkan bahwa covid-19 bukanlah virus laboratorium atau virus yang dimanipulasi secara sengaja. Dalam kesimpulannya, peneliti menyebut mempercayai tidak ada berbagai jenis skenario berbasis laboratorium yang masuk akal atas munculnya covid-19. 

Dalam pemaparannya, para peneliti menyimpulkan bahwa covid-19 bukanlah ciptaan manusia karena bukan bagian backbone (rangkaian DNA) virus yang telah digunakan sebelumnya dalam rekayasa. Kemungkinan covid-19 muncul, sambung peneliti, dari penyatuan kembali elemen (rekombinasi) virus yang ditemukan pada kelelawar dan virus lain yang kemungkinan berasal dari trenggiling.

"Tidak ada bukti bahwa SARS-CoV-2 yang merupakan virus penyebab covid-19 muncul dari laboratorium. Pada kenyataannya, ini adalah semacam peristiwa munculnya penyakit alami yang telah diperingatkan oleh para peneliti di bidang seperti saya selama bertahun-tahun," terang ahli virologi evolusioner yang terlibat dalam penelitian, Profesor Edward Holmes, mengutip Daily Sabah, Jumat (27/3).

Profesor dari Fakultas Kedokteran Universitas Tulane yang juga terlibat penelitian, Dr. Robert Garry, menyebut bahwa mutasi pada protein permukaan virus dapat memicu pecahnya suatu pandemi. Garry juga mengatakan mungkin pula ada versi penyakit yang tidak terlalu berbahaya beredar di tengah populasi manusia selama bertahun-tahun, bahkan mungkin hingga beberapa dasawarsa, sebelum meningkat menjadi titik pandemi seperti saat ini. 

"Kami tidak tahu apakah mutasi itu dibawa baru-baru ini atau dari waktu yang lama. Mustahil  untuk mengatakan apakah itu benar-benar mutasi yang memicu pandemi, namun bagaimanapun itu akan menjadi suatu proses yang terjadi secara alami," kata Garry kepada ABC News, Jumat (27/3). 

Menyingkirkan bahwa virus baru tersebut merupakan hasil rekayasa laboratorium, Garry di sisi lainnya juga menyebut adalah kesalahpahaman untuk mempercayai covid-19 berasal dari pasar ikan di Wuhan, Tiongkok. "Analisis kami, dan (peneliti) yang lainnya juga, menunjukkan asal usul lebih awal dari itu. Pasti ada kasus di sana (pasar ikan wuhan), tapi itu bukan asal dari virus," jelas Garry. 

Terlepas dari covid-19, Holmes memprediksi bahwa akan lebih banyak potensi kemunculan koronavirus pada manusia di masa depan. Hal tersebut, sambungnya, karena koronavirus  memiliki kapasitas untuk melompati batasan spesies dan beradaptasi dengan inang baru. Untuk itu, ia menyebut pelarangan "pasar basah" dan perdagangan satwa liar dapat menjadi langkah pencegahan terhadap munculnya lebih banyak koronavirus ke depannya. 

"Jelas bahwa satwa liar mengandung banyak koronavirus yang berpotensi muncul pada manusia di masa depan. Pelajaran penting dari pandemi ini adalah untuk membantu mencegah yang berikutnya, bahwa manusia harus mengurangi ekspos terhadap satwa liar," pungkas Holmes dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh University of Sydney, Jumat (27/3). (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya