Headline

Putusan MK harus jadi panduan dalam revisi UU Pemilu.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Stabilitas Emosi dan Plus Minus Kerja dari Rumah

Galih Agus Saputra
17/3/2020 07:55
Stabilitas Emosi dan Plus Minus Kerja dari Rumah
Kebebasan bekerja, kurang berdampak baik bagi pegawai dengan stabilitas emosi yang rendah.(Unsplash/ Mimi Thian)

SEBAGIAN pegawai mungkin percaya bahwa sistem kerja dari rumah akan sangat mengasyikan. Sebab mereka dapat memperoleh otonomi atau kebebasan, bahkan ada pula yang merasa puas karena dapat bekerja tanpa stres atau tekanan. Akan tetapi, sebuah penelitian dari Baylor University, Waco, Texas, Amerika Serikat ternyata menjelaskan bahwa anggapan tersebut 'belum sepenuhnya benar'.

Penelitian yang ditulis Asisten Profesor Manajemen, Hankamer School of Business, Baylor University, Sara Perry itu pernah terbit di 'European Journal of Work and Organizational Psychology'. Dalam paparannya, Sara mengatakan bahwa tim peneliti mengukur tingkat kemandirian atau otonomi, dan ketegangan (yang didefinisikan sebagai kelelahan, pelepasan hingga ketidakpuasan), serta stabilitas emosi masing-masing peserta.

"Seseorang yang memiliki stabilitas emosi tinggi biasanya akan menghadapi sesuatu dengan tenang. Seseorang yang rendah stabilitasnya mungkin menjadi frustrasi dan putus asa, ia dapat mengeluarkan energi dengan emosi, alih-alih menyelesaikan masalah yang dihadapi," tutur Sara.

Sara selanjutnya menjelaskan bahwa penelitian itu dilakukan terhadap 403 orang pegawai. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa, pertama, otonomi sangat penting untuk melindungi kesejahteraan pegawai yang bekerja jarak jauh dan membantu mereka menghindari ketegangan.

Kedua, ada pegawai yang menjelaskan bahwa otonomi dan stabilitas emosi tingkat tinggi dapat membantunya untuk lebih berkembang. Ketiga, ada pula pegawai yang menganggap bahwa stabilitas emosi yang rendah tidak akan mempengaruhi hasil kerja sekalipun ia mendapat otonomi tinggkat tinggi.

Sara mengatakan hasil ini rupanya bertentangan dengan penelitian terdahulu. Dalam penelitian itu dijelaskan bahwa otonomi merupakan kebutuhan universal yang perlu dimiliki setiap pegawai. Dengan adanya penelitian ini, lanjut Sara, pegawai yang memiliki stabilitas emosi rendah tidak perlu diberi terlalu banyak otonomi.

"Saya menyarankan manajer melihat perilaku pegawainya terlebih dahulu. Maksudnya bukan ciri-ciri kepribadian, tetapi dilihat, misalnya, jika seseorang menangani pekerjaannya dengan baik di kantor, mereka mungkin juga tidak akan sembarangan ketika di rumah, begitu juga sebaliknya," imbuhnya. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya