Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
PEMUDA-PEMUDI menggalang dana dengan menyodorkan kotak di jalanan memang bukan pemandangan baru. Sejak dulu dan kini pun aksi yang dilakukan, baik oleh mahasiswa maupun komunitas anak muda itu tidak jarang membuat kesal.
Meski niat mereka mungkin mulia, tidak jarang aksi itu dilakukan tanpa memperhitungkan ketertiban umum. Selain itu, keakuratan penyaluran dana juga dipertanyakan karena tidak ada cara untuk melihat pembuktiannya.
Tidak mengherankan jika orang kerap bersikap sinis terhadap penggalangan dana jalanan ini. Pengalaman tidak enak karena dipandang curiga seperti itu juga dialami Muhammad Alfatih Timur kala berkuliah dulu.
“Pas mahasiswa dulu saya sering galang dana di pinggir jalan dengan kotak amal di lampu merah. Waktu itu untuk bencana alam, tapi orang kadang tidak terlalu percaya dengan apa yang kita lakukan ini. Ini beneran enggak sih? Banyak pendapat dengan nada sinis sering kami dapat dari orang-orang. Kemudian, saya bandingkan dengan skema penggalangan dana di luar negeri. Ternyata waktu itu di luar negeri sudah ada crowdfunding platform, sudah banyak platform di luar negeri yang bisa menghubungkan antara orang yang mau berbagi dan orang yang butuh,” tutur pria yang saat berkuliah sempat menjabat Ketua Departemen Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) dan juga menjabat serupa di BEM UI.
Lulus dari kuliah, minat pria kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat, 12 Desember 1991, itu, pada aktivitas penggalangan dana berlanjut. Terlebih, dia sejak kuliah banyak mendapat bimbingan soal bidang social entrepreneurship atau kewirausahaan sosial dari dosennya, Prof Rhenald Kasali.
Setelah banyak mengumpulkan referensi dari luar negeri, pada 2013, ia meluncurkan Kitabisa.com. “Jadi, waktu itu kita buatlah Kitabisa.com yang fungsinya sebenarnya untuk menjembatani orang yang mau berbagi itu sih,” terang pemuda yang biasa dipanggil Timmy ini.
Dapat dikatakan Kitabisa.com merupakan platform penggalangan dana pionir di Indonesia. Timmy mengungkapkan jika kendala di awal usaha cukup besar.
“Jadi, waktu itu pelan-pelan kita coba membuktikan, ya, kalau ada penggalangan dana kita pelaporannya transparan, kita pastikan juga orang kalau donasi nyaman dan yakin bahwa itu tersampaikan.”
Hingga saat ini, Kitabisa.com, telah berhasil menjaring donasi dari 2,5 juta orang dengan nilai total yang sudah tersalurkan mencapai Rp600 miliar. (Bus/M-1)
Dewasa ini, sudah banyak bermunculan produk mi instan alami atau mi sehat yang mengeklaim menggunakan bahan-bahan alami dalam proses produksi mereka
MASALAH pengangguran hingga saat ini tidak lepas membayangi masyarakat Indonesia.
Perjalanan perkuliahan Asep tidak mudah. Ia bahkan sempat dipenjara karena menjadi salah satu mahasiswa yang terlibat penyebaran buku putih yang isinya kisah gurita bisnis Presiden Soeharto.
Setelah masalah selesai, Fikrang pun menutup bisnis aplikasinya itu, namun dia tidak kapok untuk berbisnis.
Arsjad mengatakan sebaiknya kisruh di Kadin bisa diselesaikan secara internal tanpa dipolitisasi lebih jauh.
Media sosial sempat diramaikan video seorang bule yang membantu warga membangun jembatan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved