SEDIKITNYA 2.300 harimau yang terancam punah telah terbunuh dan diperdagangkan secara ilegal sejak pergantian abad ini. Fakta tersebut mendesak lebih banyak tindakan untuk melindungi kucing-kucing raksasa tersebut.
Bila dirata-ratakan, lebih dari 120 harimau yang diperdagangkan secara ilegal disita setiap tahun, atau berarti lebih dari dua ekor diperdagangkan secara ilegal setiap minggu, ini berlangsung sejak 2.000.
Penulis laporan, Kanitha Krishnasamy, yang mengepalai operasi Traffic Asia Tenggara, mengatakan angka-angka itu sangat memprihatinkan. "Sepertinya kita kalah dalam pertarungan ini," katanya.
Pada 1900, lebih dari 100 ribu harimau diperkirakan berkeliaran di planet ini. Namun, jumlah itu merosot ke rekor terendah ke angka 3.200 secara global pada 2010.
Sejak itu jumlah populasi naik sedikit, tetapi diperkirakan masih ada kurang dari 3.900 harimau yang tersisa di alam.
"Perdagangan manusia yang merusak ini dibuktikan dengan tingginya jumlah permintaan kulit baik yang mati maupun yang masih hidup dan tulangnya," kata Krishnasamy.
"Sekarang bukan waktunya lagi untuk berdebat dan berbicara tak ada ujungnya: kata-kata harus diubah menjadi tindakan untuk mencegah hilangnya harimau lebih lanjut," katanya dalam sebuah pernyataan.
Kelompok konservasi ini berkampanye melindungi hewan yang terancam punah dan membantu pemerintah menangkap pelaku perdagangan harimau. Ditemukan bahwa total dugaan 2.359 bagian harimau berhasil disita dari 2000 hingga 2018 di 32 negara.
Dari laporan itu juga diketahui catatan peningkatan yang jelas dalam penyitaan seluruh hewan, baik yang mati maupun yang masih hidup.
Studi ini juga menyoroti peran pusat-pusat pengembangbiakan yang berkembang dalam mendorong perdagangan harimau ilegal, terutama di Asia Tenggara.
Merusak upaya konservasi
Studi ini juga menyoroti peran pusat-pusat pengembangbiakan yang berkembang dalam mendorong perdagangan harimau ilegal, terutama di Asia Tenggara.
Industri peternakan harimau sering berargumen perdagangan hewan penangkaran membantu meringankan tekanan pada keberadaan kucing liar itu di alam bebas. Namun, kelompok pemerhati satwa liar berpendapat hal itu mengurangi stigma seputar pembelian hewan atau bagian tubuh mereka, dan dapat menciptakan pasar baru bagi mereka.
Faktanya lebih dari setengah populasi harimau di Thailand dan sepertiga populasi harimau di Vietnam selama dua dekade terakhir diidentifikasi berasal dari fasilitas penangkaran.(Dys/L-3)