Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Eksplorasi Tema Zombi dalam Zeta

Fathurrozak
03/8/2019 15:45
Eksplorasi Tema Zombi dalam Zeta
Adegan-adegan dalam film Zeta When The Dead Awaken.(Youtube/Zeta Movie)

Film Zeta: When The Dead Awaken yang tengah tayang di jaringan bioskop nasional menjadi ruang eksplorasi sutradara pendatang baru, Amanda Isman. Dalam visual udara yang ada di awal film, tampak latar Jakarta yang tengah kacau. Ini diwakilkan dengan tone warna yang cenderung pudar keabuan. Sementara itu suara narator (Joshua Pandelaki) terdengar tengah mewanti-wanti kita untuk waspada.  Prolog itu digunakan untuk memberi alasan pada penonton mengenai peristiwa yang tengah terjadi, dan intrik yang selanjutnya lebih mengumbar keganasan para zombie.

Identifikasi dimulai dari pertengkaran Deon (Jeff Smith) dengan salah satu teman kelasnya, yang berujung ke UKS sekolah akibat terluka. Teman Deon yang terbaring mendadak bertingkah agresif dan menggigit suster. Dari situlah, kekacauan diperlihatkan juga tengah terjadi di tempat lain, yang dikabarkan dari mulut seorang guru di kelas Deon, setelah mendapat kabar dari aparat. Dari satu siswa, lalu menyebar ke suster, guru, dan siswa lain. Ada parasit yang tengah menyebar dengan cepat.

Mandy, sapaan sutradara Amanda Isman, yang juga menulis naskah mencoba bermain 'zombi-zombian' ini lewat perspektif ilmiah, sehingga Zeta juga bisa dikategorikan sebagai film bergenre fiksi ilmiah. Penyebab tingkah agresif ini lantaran disebarkan oleh amoeba Naegleria-ross zeta. Ross, ialah nama belakang ayah Deon, Richard Ross (Willem Bevers) yang merupakan ilmuwan penemu parasit itu.

Selain fiksi ilmiah, Zeta juga punya irisan intrik drama yang dibangun dari ketidakharmonisan keluarga Deon dengan ayah, juga ibunya Isma (Cut Mini).

Zeta menjadi film genre thriller berlatar zombie yang cukup bisa dinikmati. Sebelumnya, Indonesia juga punya film dengan latar ini, di antaranya Reuni Z (2018) yang disutradarai Soleh Solihun, maupun produksi milik Anggi Umbara, 5 Cowok Jagoan (2017).

Kurang Menggarap Relevansi
Beberapa detail yang disorot Mandy cukup menarik, seperti pembagian jenis zombi dari perbedaan mata; antara Alpha dan Omega; mereka yang menyerang dan mereka yang pasif. Juga bagaimana mampu meyakinkan penonton dengan memasukkan jenis amoeba pemakan otak manusia sebagai penyebab agresivitas zombi. Atau, bagaimana premis yang diberikan Mandy, ketika Isma yang mengidap alzheimer tidak diserang para zombi, juga cukup meyakinkan, ketika parasit itu tahu mana kondisi otak manusia yang sempurna atau tidak sakit.

Scene ini tiba-tiba mengingatkan saya pada scene di World War Z (2013), yang diperankan Brad Pitt. Ketika manusia yang sakit juga bukan jadi daya tarik para zombi. Atau ketika zombi yang hanya tertarik dengan sumber suara.

Sebenarnya, Zeta memiliki potensi eksplorasi yang akan lebih menguntungkan dan menarik secara premis bila film ini menyoroti lebih banyak visual bencana massif. Pada awal film dikatakan salah satu penyebab penyebaran parasit Naegleria-ross zeta ialah wabah banjir.

Namun, penampakan visual banjir tidak muncul sama sekali. Kecuali hanya di prolog yang seolah memperlihatkan kondisi seusai banjir. Padahal, ini bisa menjadi modal relevansi zombi dengan kultur yang ada dalam realitas masyarakat kita.

Kecenderungan pada film thriller seperti ini, kerapnya berfokus pada narasi besar, seperti serangan zombinya. Sementara, terkadang beberapa lubang menjadi tidak tertangani. Bagaimana mungkin saya bisa melihat salah satu zombi punya ekspresi 'bingung' seperti menunggu koreografi teman zombinya, saat adegan penyerangan Isma di halaman luar apartemen? (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik