Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Benarkah Dark Chocolate Lebih Sehat?

Suryani Wandari Putri Pertiwi
31/7/2019 12:05
Benarkah Dark Chocolate Lebih Sehat?
Permen cokelat hitam relatif lebih sehat daripada cokelat susu. Benarkah?(Unsplash/Mae Mu)

Peringatan akan bahayanya dampak konsumsi gula secara berlebih telah membuat penjualan permen dan cokelat di Inggris menurun. Di sisi lain, muncul fenomena beralihnya orang-orang kepada 'the dark side', alias dark chocolate yang dianggap sebagai camilan yang lebih sehat. Buktinya ialah penjualan dark chocolate yang justru menunjukkan tren naik.

Dilansir dari DailyMail, produsen cokelat Galaxy baru-baru ini merilis produk 'Darker Milk' yakni campuran susu dan coklat hitam. Langkah itu mengikuti Cadbury, yang memperkenalkan versi 'Darkmilk' dari Dairy Milk pada musim gugur lalu.

Banyak penelitian menunjukkan hubungan antara cokelat hitam dan peningkatan kesehatan. Awal tahun ini, para peneliti Portugis melaporkan dalam jurnal Nutrition bahwa memakan beberapa potongan coklat hitam setiap hari, 90 persen dipercaya dapat menurunkan tekanan darah.

Cokelat yang lebih gelap cenderung lebih memuaskan karena akan mendapatkan lebih banyak kafein dan theobromine, yang meningkatkan suasana hati. Dua kotak per hari bukanlah hal yang buruk.

Manfaatnya diperkirakan berasal dari senyawa yang disebut flavanol dalam kakao, khususnya epicatechin, yang membantu menjaga elastisitas dinding pembuluh darah.

Beberapa bukti cokelat mungkin baik untuk jantung berasal dari Indian Kuna di Panama. Di tahun 1990-an, para peneliti membandingkan penduduk pulau terpencil ini, yang rajin mengonsumsi minuman kakao pahit, dengan orang-orang yang tinggal di Panama City yang tidak konsumsi kakao. Data yang dapat, para peminum kakao ditemukan memiliki tekanan darah yang lebih baik dan tingkat diabetes, kanker, serta stroke yang lebih rendah.

Namun sayangnya, saat melewati proses menjadi produk akhir, kandungan flavanol biji kakao biasanya berkurang drastis. “Kita tahu biji kakao segar yang belum diolah mengandung 10 persen flavanol, tetapi mengolah biji tersebut menjadi cokelat dapat mengurangi kandungannya menjadi antara 0,5% dan bahkan serendah 0,001%,” jelas Dr Karin Ried, profesor di Institut Nasional Pengobatan Integratif di Melbourne, yang telah menghasilkan ulasan bukti tentang cokelat dan tekanan darah.

Penelitian itu membandingkan kandungan flavanol dari 41 merek komersial coklat hitam dan cokelat susu. Tidak ditemukan korelasi antara persentase kakao dan kandungan flavanol. Sehingga meskipun mengasumsikan cokelat yang gelap, belum tentu memiliki kandungan yang tinggi flavanolnya. "Dalam hal kesehatan, kita perlu melihat bukan hanya kakao dan flavanol, tetapi kandungan lain, seperti gula. Secara umum, kandungan kakao yang lebih tinggi relatif lebih sehat. Rekomendasi saya ialah (kadar kokoa) minimal 75%," lanjut Dr Ried.

Kandungan itu memberi manfaat berupa  magnesium untuk otot dan saraf yang sehat, seng untuk sistem kekebalan tubuh, dan zat besi untuk membuat sel darah merah, serta sedikit serat. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya