Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Berawal dari Keinginan Menjaga Lingkungan, Betry Tercemplung ke Bisnis yang Menjanjikan

Andrei Wilmar
06/3/2024 13:35
Berawal dari Keinginan Menjaga Lingkungan, Betry Tercemplung ke Bisnis yang Menjanjikan
Betry Agrisa dan dua mitranya sedang memproduksi pembalut berbahan baku ramah lingkungan.(Daridiri)

Berawal dari kesadaran diri sendiri untuk menjaga lingkungan dengan lebih baik, Betry Agrisa akhirnya tercemplung ke dalam dunia bisnis yang menjanjikan.

Ia kini menjadi produsen berbagai kebutuhan sehari-hari, mulai dari sapu tangan, penyeka wajah, spons pencuci piring, hingga pembalut. Barang-barang yang dia produksi tidak sembarangan. Itu memilki nilai karena dibuat dengan bahan-bahan ramah lingkungan.

Dalam pembuatan spons cuci piring, Betry memanfaatkan kain perca sebagai bahan baku.

Baca juga : Paper.id dan Accurate Indonesia Kolaborasi Bantu UMKM Masuk Ekosistem Digital

“Kami mengusahakan, dalam produksi, meminimalisir sampah. Walaupun ada sisa perca terkecil juga kita berupaya untuk digunakan sebagai produk baru yang masih ada nilai manfaatnya,” ujar Betry.

Adapun, untuk pembalut, bahan baku yang digunakan adalah kain katun. Bahan itu ia pilih karena lebih mudah diurai daripada pembalut pada umumnya.

“Untuk pembalut, kami gunakan kain katun baru dan bersih karena itu kan untuk area wanita yang harus terjaga kebersihannya,” tuturnya.

Baca juga : BjbPreneur on Campus Universitas Esa Unggul: Rancang Konsep Sustainability Business

Ia mengatakan saat ini memang sudah banyak pembalut ramah lingkungan yang dijual di pasar. Namun, sebagian besar dari mereka masih menggunakan bahan fleece. Bahan fleece sendiri, ucap Betry, memiliki kandungan polyester atau plastik sehingga butuh waktu lama untuk diurai.

"Kami pilih katun karena lebih cepat terurai, mungkin hanya dalam enam bulan," ucapnya.

Di sisi lain, katun juga memiliki sejumlah kelebihan yaitu daya serap yang bagus dan memiliki ruang napas sehingga nyaman digunakan.

Baca juga : Olsera Pro Hadirkan Fitur untuk Berdayakan UMKM Tanpa Biaya Tambahan

Saat ini, Betry bisa memproduksi 500 sampai 1.000 produk setiap bulan. Omzetnya bisa mencapai Rp3 juta.

Ia mengakui masih menemui kendala dalam memasarkan produk UMKM miliknya. Sejauh ini, ia hanya menjual barang-barang yang dihasilkan di e-commerce dan media sosial. Produk-produknya bisa ditemui dengan nama Daridiri.

Nama itu dipilih sebagai pengingat dan penyemangat bahwa untuk menjaga lingkungan dan mengurangi sampah semua harus dimulai dari diri sendiri.

Baca juga : Koperasi dan UMKM Diminta Utamakan Mediasi dalam Sengketa Hukum

Saat ini, Betry telah mampu memberdayakan para perempuan di sekitar tempat tinggalnya. Setelah dua tahun berdiri, Daridiri bisa membuka lapangan kerja, terutama bagi ibu-ibu yang membutuhkan pemasukan tambahan.

“Aku memang menyasar ibu-ibu rumah tangga. Aku ajak mereka kerja sama dalam proses jahit, cutting dan sebagainya,” papar Betry.

Sejauh ini, ia memiliki tiga mitra yaitu Ibu Iyah, Ibu Dede, dan Ibu Evi. Kepada mereka, Betry menerapkan sistem bagi hasil.

"Aku hitung setiap jahitan yang dikerjakan oleh para ibu dan mengalkulasi upah yang didapatkan," terangnya.

Ia berharap bisnisnya bisa berkembang lebih pesat di masa mendatang. Tidak hanya semata demi mengejar nilai ekonomi, ia ingin melalui produk-produknya kehidupan di Bumi bisa jauh lebih baik. Selain itu, ia juga ingin terus membantu warga menciptakan peluang kerja baru.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya