Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Gen Z Suka Pengalaman di Desa Wisata Saat Berwisata

Basuki Eka Purnama
06/2/2025 09:27
Gen Z Suka Pengalaman di Desa Wisata Saat Berwisata
Pengunjung menaiki perahu di kawasan Desa Wisata Sumber Banteng, Kwangkalan, Kota Kediri, Jawa Timur, Minggu (5/1/2025).(ANTARA/Prasetia Fauzan)

PENGAMAT  pariwisata dari Universitas Andalas Sari Lenggogeni menyebut, saat ini, para wisatawan, terutama yang berasal
dari kalangan gEN Z, lebih gemar mencari pengalaman yang dianggap menyenangkan di desa wisata.

Sari, Rabu (5/2), mengutip survei yang dilakukan sebuah platform pemesanan hotel, menyebutkan Gen Z mencari tempat wisata yang mengadopsi konsep berkelanjutan dan pengalaman lokal, yang kerap ditawarkan desa wisata.

Sari menekankan, saat ini, gen Z memiliki ketertarikan untuk menjadi bagian dari sebuah budaya lokal. Misalnya, mulai dari tempat penginapan yang tradisional, menggunakan sepeda yang dipakai warga sehari-hari, dan aneka kebiasaan lainnya.

Gen Z, katanya, juga gemar datang ke destinasi seperti desa wisata yang dianggapnya tertata, mempunyai perkumpulan (komunal) yang spesifik.

"Misalnya apakah komunal dapur, ruang tamu komunal, macam-macam ya. Itu bisa diciptakan sehingga orang merasa ada interaksinya tinggi, ada kebersamaan di sana, ini yang harus dibuat atraksi-atraksi inovatif ini dan kesiapan kebersihan serta tata kelolanya, tata letak infrastruktur, tata kelola," kata Sari.

Menurut Sari, minat yang besar tersebut tidak boleh membuat pengelola desa wisata melupakan prinsip lokal. 

Semua pihak yang terlibat diharapkan tetap menjunjung tinggi nilai, kepercayaan serta aturan-aturan yang ada untuk diikuti oleh para wisatawan.

"Misalnya tata ruangnya seperti di Bali juga ada kan ada asas-asas, itu prinsip dalam membangun suatu daerah, di Toba pun juga
seperti itu. Ini yang harus dijaga. Ini harus dikawal bersama secara bottom up dan top down," ujar Sari.

Hal lain yang juga dicari oleh wisatawan dari kalangan Gen Z adalah pengalaman slow living (hidup dalam laju lambat) yang dianggap menenangkan. 

Para wisatawan menganggap slow living yang otentik datang dari nilai-nilai yang diterapkan oleh desa wisata itu sendiri.

Biasanya wisatawan yang ingin melakukan slow living bakal menghabiskan waktu sekitar tujuh hari atau lebih untuk menetap menikmati kebudayaan dan keseharian warga lokal di satu tempat. Berbeda dengan fast tourism (berwisata dalam waktu kunjung singkat) yang hanya menghabiskan waktu selama tiga atau empat hari.

Oleh karena itu, Sari berharap Kementerian Pariwisata dapat memperhatikan kluster desa wisata dan menentukan mana desa yang harus
dijadikan prioritas, termasuk desa-desa yang sudah mendapatkan penghargaan internasional.

Langkah tersebut dinilai dapat mendorong wisatawan untuk melakukan kunjungan ulang,sehingga pertumbuhan ekonomi terutama dari sektor pariwisata dapat dijaga.

"Jadi, harus dijaga, kesiapan destinasi harus siap, ini yang harus jadi fokus Kementerian Pariwisata. Misalnya berapa yang kemarin dapat
penghargaan ASEAN Awards, itu harus segera jadi perhatian karena itu bisa dikurasikan seperti apa wisatanya, bisa jadi bench marking atau
edukasi," pungkas Sari. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik