Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
SETELAH puluhan tahun lamanya penyebab letusan matahari menjadi misteri, kini, untuk pertama kalinya, NASA melalui wahana Parker Solar Probe berhasil membuktikan proses rekoneksi magnetik yang menjadi pemicunya.
Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Southwest Research Institute (SwRI) berhasil mengonfirmasikan teori lama tentang rekoneksi magnetik, mekanisme pelepasan energi magnetik yang memicu letusan matahari, ejeksi massa korona, dan fenomena cuaca antariksa. Bukti ini diperoleh dari data Parker Solar Probe (PSP) milik NASA, satu-satunya wahana antariksa yang pernah menembus atmosfer atas matahari.
Rekoneksi magnetik berlangsung saat garis medan magnet pada plasma terputus kemudian terhubung kembali, sehingga melepaskan energi dalam jumlah besar. Aktivitas semacam ini dapat menimbulkan gangguan teknologi di bumi, mulai dari mempengaruhi satelit, sistem komunikasi, hingga jaringan kelistrikan. Oleh karena itu, model rekoneksi yang lebih akurat penting untuk meningkatkan prediksi cuaca antariksa.
“Rekoneksi terjadi di berbagai skala, mulai dari plasma di matahari, magnetosfer bumi, hingga fenomena kosmik,” terang Dr. Ritesh Patel, peneliti SwRI. Ia menambahkan, rekoneksi di korona matahari sebelumnya hanya terdeteksi lewat citra dan spektroskopi, sedangkan pengamatan langsung baru dimungkinkan sejak peluncuran Parker Solar Probe pada 2018.
Pada 6 September 2022, PSP melakukan pendekatan terdekatnya ke matahari dan melintasi letusan besar. Wahana itu berhasil merekam sifat plasma dan medan magnet dengan detail untuk pertama kalinya. Diagnostik in-situ PSP, yang dilengkapi pengamatan Solar Orbiter milik Badan Antariksa Eropa (ESA), mengonfirmasi bahwa wahana tersebut melewati wilayah rekoneksi aktif di atmosfer matahari.
Menurut Patel, temuan itu telah memvalidasi model numerik yang dikembangkan selama puluhan tahun, meski masih menyisakan ketidakpastian. Penemuan ini memperkuat hasil penelitian misi Magnetospheric Multiscale (MMS) NASA, yang mempelajari rekoneksi dalam skala kecil di dekat Bumi.
SwRI kini meneliti lebih lanjut apakah rekoneksi di matahari juga ikut dipengaruhi oleh turbulensi, fluktuasi, atau gelombang medan magnet. “Memahami proses ini dapat membantu memprediksi aktivitas matahari lebih akurat sekaligus memperluas pemahaman kita tentang lingkungan antariksa dekat Bumi,” ujar Patel.
Parker Solar Probe merupakan bagian dari program NASA “Living with a Star” yang berfokus pada interaksi matahari dan bumi. Program ini dijalankan oleh Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland, atas nama Direktorat Misi Sains NASA di Washington. Sementara perancangan, pembangunan, pengembangan dan operasional wahana ditangani Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins. (sciencedaily/swri/Z-2)
Wahana antariksa Parker Solar Probe milik NASA berhasil menyelesaikan terbang dekat keduanya dengan Matahari pada 22 Maret 2024.
NASA mencetak sejarah dengan keberhasilan misi Parker Solar Probe yang berhasil mendekati Matahari lebih dekat dengan jarak hanya 3,8 juta mil.
Parker Solar Probe, pesawat luar angkasa NASA, akan terbang dalam jarak terdekatnya dengan matahari pada malam Natal, yakni 3,8 juta mil dari permukaan bintang tersebut.
Pada malam Natal, NASA's Parker Solar Probe akan mencetak rekor baru dengan mendekati permukaan matahari sejauh 3,8 juta mil dengan kecepatan mencapai 430.000 mph.
Pada 6 November, Parker Solar Probe milik NASA melintas 376 km dari permukaan Venus untuk melakukan manuver gravitasi yang memungkinkan orbitnya lebih dekat ke matahari.
Solar Orbiter milik ESA baru-baru ini merekam aliran plasma yang berputar dan melingkar yang melarikan diri dari matahari setelah terjadinya letusan massa koronal (CME).
Letusan besar di Matahari pada 21 Maret 2025 melontarkan coronal mass ejection (CME) ke arah Bumi, yang diperkirakan akan memicu badai geomagnetik kuat pada akhir pekan ini.
Wahana antariksa seperti Solar Dynamics Observatory (SDO) milik NASA dan Solar Orbiter milik European Space Agency (ESA) telah berhasil menangkap gambar-gambar menakjubkan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved