Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Hujan Meteor Perseid 2025: Masih Bisa Dinikmati Meski Cahaya Bulan Jadi Tantangan

Thalatie K Yani
14/7/2025 10:09
Hujan Meteor Perseid 2025: Masih Bisa Dinikmati Meski Cahaya Bulan Jadi Tantangan
Ilustrasi(freepik)

HUJAN meteor tahunan Perseid, salah satu yang paling populer dan paling mudah diamati di belahan Bumi Utara, akan kembali menghiasi langit mulai 17 Juli hingga 23 Agustus 2025, dengan puncaknya terjadi pada malam 12 hingga dini hari 13 Agustus.

Namun sayangnya, tahun ini pertunjukan langit tersebut diprediksi akan kurang spektakuler. Penyebabnya adalah bulan hampir purnama yang akan menerangi langit malam, sehingga hanya meteor paling terang yang mungkin terlihat.

Pada malam puncak, bulan dalam fase gibbous akhir akan terbit sekitar dua jam sebelum tengah malam dengan pencahayaan 84% — cukup terang untuk mengurangi kontras langit dan menyulitkan pengamatan meteor, bahkan di lokasi minim polusi cahaya.

Kapan Waktu Terbaik untuk Mengamati?

Meski puncak hujan meteor akan terganggu cahaya bulan, masih ada jendela waktu terbaik untuk melihat meteor: antara 18–28 Juli, ketika langit relatif gelap karena:

  • Bulan kuartal akhir (18 Juli) baru terbit tengah malam
  • Bulan baru jatuh pada 24 Juli

Bulan sabit yang lemah akan terbenam lebih awal sebelum langit benar-benar gelap.

Setelah tanggal 28 Juli, bulan akan memasuki fase waxing crescent dan secara bertahap semakin terang hingga mengganggu pengamatan.

Pasca puncak, peluang melihat meteor masih ada. Bulan kembali ke fase kuartal akhir pada 16 Agustus, dan walau jumlah meteor mulai menurun, langit yang lebih gelap akan meningkatkan visibilitas bagi yang ingin menikmati sisa-sisa "pertunjukan cahaya" dari angkasa.

Apa Itu Hujan Meteor Perseid?

Hujan meteor Perseid berasal dari debu dan partikel kecil yang ditinggalkan oleh Komet Swift-Tuttle (109P). Ketika Bumi melintasi jalur partikel ini, serpihan-serpihan kecil itu terbakar di atmosfer dengan kecepatan tinggi — sekitar 60 km per detik — menghasilkan kilatan cahaya yang indah dan cepat.

Perseid dikenal sebagai hujan meteor yang cepat dan terang, dan meski kondisi tahun ini tidak ideal, pengamatan saat bulan belum terbit atau di awal musim tetap memberi kesempatan untuk melihat beberapa bintang jatuh paling terkenal di tahun ini. (Live Science/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya