Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Tabrakan DART Tak Hanya Menggeser Asteroid, Tapi Juga Mengungkap Rahasia Baru Tentang Cara Alam Semesta Bekerja

Thalatie K Yani
10/7/2025 08:11
Tabrakan DART Tak Hanya Menggeser Asteroid, Tapi Juga Mengungkap Rahasia Baru Tentang Cara Alam Semesta Bekerja
Tabrakan DART dan asteroid Dimorphos tidak hanya menggeser orbitnya, juga berdampak kompleks.(NASA)

MISI Double Asteroid Redirection Test (DART) milik NASA menabrak asteroid Dimorphos pada 26 September 2022. Para ilmuwan mengira dampak dari tabrakan itu cukup sederhana: memberi dorongan yang mengubah orbit asteroid tersebut. 

Namun analisis terbaru menunjukkan tabrakan itu lebih kompleks dari yang diperkirakan. Di mana sebagian besar dorongan justru berasal dari batu-batu besar yang beterbangan akibat benturan tersebut.

Bukan Sekadar Tabrakan Langsung

DART ditujukan sebagai uji coba pertahanan Bumi dari potensi ancaman asteroid di masa depan. Tabrakan dengan asteroid selebar 170 meter itu berhasil mempersingkat orbit Dimorphos mengelilingi asteroid induknya, Didymos, sebanyak 32 menit—sebuah pencapaian besar yang membuktikan bahwa kita bisa mengubah jalur asteroid secara fisik.

Namun, hasil terbaru menunjukkan sebagian besar dorongan tambahan berasal dari dua bongkahan besar batu yang dihantam lebih dulu oleh panel surya DART, lalu pecah dan meluncur ke angkasa dalam dua arah berbeda. Gumpalan batu ini memberi "tendangan tambahan" yang menyumbang lebih dari tiga kali momentum dibanding tabrakan langsung pesawat itu sendiri.

"Tabrakan langsung DART memang berhasil mengubah orbit Dimorphos, tapi lontaran batuan justru menambah dorongan signifikan," kata Tony Farnham, astronom dari University of Maryland yang memimpin studi ini. "Faktor tambahan ini mengubah cara kita memahami misi penyelamatan semacam ini."

Petunjuk dari Satelit Mini dan Teleskop Hubble

Segera setelah tabrakan, satelit mini bernama LICIACube—yang dibawa serta oleh DART—melepaskan diri dan merekam detik-detik setelah benturan. Dalam rekamannya, terlihat dua kelompok besar bongkahan batu, berukuran mulai dari 40 cm hingga 7 meter, terlempar dari titik benturan.

Teleskop luar angkasa Hubble kemudian mengonfirmasi keberadaan dua gugus batu ini, yang tidak tersebar secara acak, tetapi membentuk dua pola arah yang jelas. Hal ini mengindikasikan adanya mekanisme tertentu yang menyebabkan pergerakan batuan tidak terjadi secara merata.

Bongkahan Batu Bisa Ubah Orbit Secara Drastis

Jessica Sunshine, profesor astronomi dan geologi dari University of Maryland yang juga terlibat dalam misi DART dan Deep Impact, menjelaskan bahwa panel surya DART kemungkinan besar lebih dulu menghantam dua batu besar bernama Atabaque dan Bodhran di permukaan Dimorphos.

Dari analisisnya, sekitar 70% batuan yang terlempar berasal dari Atabaque, dan bergerak dengan kecepatan hingga 52 meter per detik, cukup untuk mengubah kemiringan orbit Dimorphos hingga satu derajat—yang bisa berdampak signifikan jika skenario ini terjadi dalam situasi nyata melindungi Bumi.

Pelajaran dari Misi DART dan Deep Impact

Bandingkan dengan misi Deep Impact pada tahun 2005 yang menabrak komet Tempel 1, yang permukaannya relatif halus dan menghasilkan lontaran debu yang lebih merata. Berbeda dengan Dimorphos yang permukaannya dipenuhi batuan besar, hasilnya pun berbeda secara drastis.

"Kalau suatu hari nanti kita harus menyelamatkan Bumi dari asteroid yang sedang menuju ke arah kita, kita harus memperhitungkan faktor-faktor kecil seperti ini," ujar Sunshine. "Ibarat main biliar di luar angkasa—kalau tidak tahu betul permukaan meja dan sudut pantulan bola, kita bisa gagal memasukkan bola ke lubang."

Misi Lanjutan Akan Diluncurkan

Untuk memahami lebih lanjut dampak dari tabrakan ini dan memastikan perubahan orbit serta kondisi fisik Dimorphos, Badan Antariksa Eropa (ESA) akan mengirimkan misi Hera ke sistem asteroid Didymos–Dimorphos pada tahun 2026. Namun, tim harus berhati-hati karena masih ada risiko batu-batu sisa tabrakan DART yang bisa menjadi ancaman bagi pesawat tersebut. (space/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya