Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PARA astronom yang tergabung dalam proyek CRISTAL (CII Resolved ISM in STar-forming galaxies with ALMA) berhasil menembus waktu ke masa ketika alam semesta baru berusia sekitar satu miliar tahun, dan mengamati galaksi-galaksi muda dengan detail luar biasa.
Dengan memanfaatkan kemampuan luar biasa teleskop ALMA (Atacama Large Millimeter/submillimeter Array) dalam menembus debu dan gas kosmik, para peneliti berhasil melihat struktur internal galaksi-galaksi jauh yang sebelumnya hanya tampak sebagai titik cahaya buram.
“Kami tidak lagi hanya melihat cahaya samar di kejauhan,” ujar Dr. Rodrigo Ignacio Herrera Camus, astronom dari Universidad de Concepción.
“Sekarang kami bisa memetakan struktur dalam galaksi-galaksi ini dan memahami proses pembentukan bintang di dalamnya.”
Dalam survei CRISTAL, para astronom meneliti galaksi-galaksi pembentuk bintang yang mengikuti pola umum antara massa dan tingkat pembentukan bintangnya. Hasil pengamatan mengungkapkan bahwa sebagian galaksi sudah menunjukkan tanda-tanda rotasi teratur, pertanda pembentukan cakram galaksi awal.
Namun, galaksi lainnya justru tampak kacau dan terganggu, dengan bentuk tak beraturan akibat proses tabrakan atau penggabungan antar galaksi.
ALMA juga berhasil mendeteksi awan gas yang memancarkan cahaya khas dari karbon terionisasi, yang menyebar jauh melampaui wilayah pembentukan bintang di galaksi. Temuan ini mengindikasikan bahwa galaksi-galaksi muda tersebut dikelilingi oleh cadangan gas besar—baik sebagai bahan bakar pembentukan bintang baru maupun hasil semburan dari aktivitas bintang yang kuat.
Beberapa galaksi memperlihatkan pembentukan bintang yang terfokus dalam gumpalan-gumpalan, memberikan gambaran baru tentang bagaimana bintang lahir di era awal alam semesta.
Salah satu hasil paling mencengangkan adalah penemuan galaksi awal bernama CRISTAL-10, yang menunjukkan defisit ekstrem dalam pancaran karbon terionisasi dibandingkan cahaya inframerahnya. Pola ini serupa dengan yang terlihat pada Arp 220, galaksi terang dan tersembunyi di alam semesta lokal.
Studi lebih lanjut terhadap CRISTAL-10 diharapkan bisa mengungkap sumber energi dan kondisi fisik medium antarbintang pada masa awal alam semesta.
“CRISTAL memberikan data detail yang sebelumnya tidak mungkin diperoleh tanpa ALMA,” kata Dr. Herrera Camus. “Kita kini memiliki potret keluarga baru tentang evolusi galaksi di masa awal.”
Pengamatan ini tak hanya memperkaya pengetahuan kita, tetapi juga menantang model-model lama pembentukan galaksi dan membuka arah penelitian baru.
Melalui survei ini, ALMA kembali menunjukkan perannya sebagai instrumen kunci dalam melacak gas dingin dan debu yang menjadi bahan bakar bintang, serta merekonstruksi perjalanan pembentukan galaksi, termasuk galaksi kita sendiri, Bima Sakti. (Sci News/Z-2)
Tim Ilmuan memperkirakan alam semesta terbentuk di dalam sebuah lubang hitam kolosal, yang berada dalam semesta 'induk'.
Observatorium Vera C. Rubin keluarkan foto perdana mereka akan alam semesta.
Fisikawan Nikodem Poplawski mengajukan teori mengejutkan: alam semesta berputar, dan ini bisa menjelaskan melemahnya energi gelap.
Ilmuwan asal Amerika Serikat dan Jepang berpacu mencari jawaban mengapa alam semesta kita ada?
Penelitian terbaru dari Radboud University, Belanda, mengungkap bahwa akhir alam semesta bisa terjadi jauh lebih cepat dari yang selama ini diperkirakan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved