Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
PERUSAHAAN antariksa swasta asal Jepang, ispace, akhirnya mengungkap penyebab kegagalan wahana pendarat bulan mereka, Resilience. Awal Juni ini, wahana itu jatuh saat mencoba mendarat di permukaan Bulan.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis Senin (24/6), ispace menjelaskan kegagalan disebabkan gangguan pada sistem laser range finder (LRF), alat pengukur jarak menggunakan sinar laser. Akibat kerusakan tersebut, Resilience gagal mengukur ketinggian dengan akurat saat mendekati permukaan bulan dan tidak dapat memperlambat lajunya sesuai rencana. Alhasil, wahana tersebut menghantam keras permukaan Bulan pada 5 Juni saat mencoba mendarat di wilayah Mare Frigoris, sisi dekat Bulan yang dikenal sebagai "Laut Dingin."
Ini merupakan kegagalan kedua ispace dalam upaya mendaratkan wahana di Bulan, setelah insiden serupa menimpa misi Hakuto-R pada April 2023.
Meskipun penyebab pasti kerusakan sistem laser belum dapat dipastikan, ispace mengidentifikasi empat kemungkinan besar yang mungkin memicu kegagalan:
Semua kemungkinan ini dinilai sebagai faktor yang berkontribusi signifikan terhadap kecelakaan Resilience.
Dua minggu setelah kejadian, wahana NASA Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) berhasil mengidentifikasi lokasi jatuhnya Resilience dari orbit. Citra yang diambil memperlihatkan noda gelap di permukaan Bulan, disebabkan debu bulan yang beterbangan akibat benturan keras saat pendaratan gagal.
Menanggapi kegagalan ini, ispace berencana meningkatkan pengujian dan verifikasi sistem sensor pendaratan, termasuk sistem laser dan sensor berbasis penglihatan (vision-based landing sensors) untuk misi mendatang.
Misi berikutnya, Mission 3 dan Mission 4, akan menggunakan desain wahana baru yang lebih besar dan canggih bernama Apex 1.0. Sistem ini akan dilengkapi dengan peningkatan signifikan pada perangkat keras dan navigasi pendaratan.
Wahana Resilience sebelumnya diluncurkan pada 15 Januari 2025 menggunakan roket SpaceX Falcon 9, bersama dengan wahana buatan Firefly Aerospace asal Texas, AS. Wahana milik Firefly, bernama Blue Ghost, berhasil mendarat dengan sukses pada 2 Maret dan beroperasi selama dua minggu hingga kehilangan tenaga saat matahari terbenam pada 16 Maret.
Meskipun mengalami kegagalan, misi Resilience memberikan pelajaran penting bagi pengembangan teknologi eksplorasi luar angkasa swasta, terutama dalam misi pendaratan presisi di permukaan Bulan yang masih menjadi tantangan besar. (Spce/Z-2)
Pelajari pengertian resilience, manfaatnya, dan contoh penerapan ketahanan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi tantangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved