Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KAWAH Batagaika, yang dijuluki sebagai "Gerbang ke Neraka", adalah salah satu lapisan es tertua di Bumi yang terus berkembang dengan kecepatan mengkhawatirkan.
Ukurannya yang masif bahkan terlihat dari luar angkasa, menarik perhatian para ilmuwan yang datang untuk mempelajari fenomena ini lebih dalam.
Terletak di Dataran Tinggi Yana, Siberia, kawah raksasa ini mencakup area seluas 200 hektar dengan kedalaman sekitar 90 meter.
Bentuknya menyerupai tapal kuda atau kecebong raksasa, dan perubahan iklim diyakini menjadi penyebab utama dari ekspansi kawah yang terjadi jauh lebih cepat dari perkiraan.
Pada tahun 1960, kawah ini hampir tidak terlihat di citra satelit. Namun, dalam tiga dekade terakhir, ukurannya telah meningkat tiga kali lipat, menurut para ilmuwan.
Ahli geofisika dari Washington University Roger Michaelides menjelaskan bahwa sebagian besar permafrost tersembunyi di bawah tanah dan hanya tampak ketika tanah mulai mencair, seperti yang terjadi di Batagaika.
Fenomena ini memberikan peluang besar bagi para ilmuwan untuk mempelajari permafrost di Kutub Utara lebih lanjut.
"Formasi serupa di Arktik mungkin lebih kecil, tapi prinsip fisikanya sama," ujarnya.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pencairan permafrost di sekitar kawah semakin mendalam, hampir mencapai batuan dasar.
Ahli Glasiologi Alexander Kizyakov mengungkapkan bahwa volume kawah bertambah sekitar 1 juta meter kubik setiap tahun. Pertumbuhan ini mempercepat erosi di Sungai Batagay dan mengancam habitat di sekitarnya.
Setiap tahunnya, antara 4.000 hingga 5.000 ton karbon yang terperangkap dalam permafrost dilepaskan ke atmosfer, memperburuk emisi gas rumah kaca.
Batagaika diperkirakan akan terus meluas, menelan lebih banyak lahan dan menimbulkan ancaman bagi desa-desa terdekat.
Dampak meluasnya Kawah Batagaika bukan hanya terasa di sekitar wilayahnya. Proses pencairan yang berkelanjutan bisa menyebabkan hilangnya daratan lebih luas dan mengancam ekosistem lokal.
Peneliti dari Melnikov Permafrost Institute Nikita Tananaev menyatakan bahwa ekosistem sekitar kawah sudah mulai terganggu. Sungai Yana, yang menjadi jalur air utama, juga terkena dampaknya, memicu perubahan ekologis lebih lanjut.
Kawah Batagaika menjadi pengingat kuat tentang dampak perubahan iklim yang terus berlanjut.
Penelitian di sana diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih baik tentang bagaimana lanskap Arktik dan wilayah kutub lainnya akan berubah di masa depan, serta tantangan ekologis yang akan dihadapi oleh Bumi. (Z-10)
Sumber
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved