Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
EMAS telah lama dikagumi karena keindahannya, kegunaannya sebagai perhiasan, dan kelangkaannya.
Namun, keberadaan emas di Bumi tidak hanya sekadar jaran. Emas juga merupakan elemen yang sangat langka di alam semesta. Berbeda dengan elemen seperti karbon atau besi yang dapat terbentuk di inti bintang, emas memerlukan peristiwa kosmik yang jauh lebih dramatis untuk terbentuk. Salah satu peristiwa itu adalah semburan sinar gamma pendek (GRB), yang baru-baru ini diamati para ilmuwan.
GRB yang diamati ini memberikan petunjuk menarik bahwa semburan tersebut dihasilkan dari tabrakan dua bintang neutron, inti bintang yang telah mati dan meledak sebagai supernova. Tabrakan dahsyat ini tidak hanya menghasilkan semburan sinar gamma, tetapi juga memancarkan cahaya unik yang bertahan selama beberapa hari, yang menurut para ilmuwan mengindikasikan terbentuknya sejumlah besar elemen berat, termasuk emas.
Baca juga : Harga Emas Naik Rp3 Ribu pada Selasa 8 Oktober 2024
Edo Berger, seorang peneliti dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA), menjelaskan bahwa tabrakan dua bintang neutron ini dapat menghasilkan dan melontarkan emas dalam jumlah yang luar biasa besar.
"Kami memperkirakan emas yang dihasilkan dari peristiwa ini bisa mencapai 10 kali massa Bulan," kata Berger dalam sebuah konferensi pers di CfA, Cambridge, Massachusetts.
Semburan sinar gamma merupakan pancaran cahaya berenergi sangat tinggi yang berasal dari ledakan kosmik yang sangat kuat. Sebagian besar semburan ini ditemukan di galaksi yang sangat jauh dari Bumi. Dalam studi ini, Berger dan timnya meneliti GRB 130603B, sebuah semburan sinar gamma pendek yang terjadi 3,9 miliar tahun cahaya dari Bumi, menjadikannya salah satu GRB terdekat yang pernah diamati.
Baca juga : Harga Emas Anjlok Rp4 Ribu pada Senin 7 Oktober 2024
Semburan sinar gamma terdiri dari dua jenis: panjang dan pendek, tergantung pada durasi kilatan sinarnya. GRB 130603B, yang dideteksi satelit Swift NASA pada 3 Juni, hanya berlangsung selama kurang dari dua persepuluh detik. Namun, meskipun semburan gamma tersebut cepat hilang, cahaya inframerah yang perlahan memudar terus bertahan, memberikan tanda-tanda yang tidak biasa.
Cahaya yang diamati ini tampaknya tidak sesuai dengan pola biasa yang dikenal sebagai "afterglow," yang biasanya terjadi ketika partikel berenergi tinggi menghantam lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, cahaya ini diyakini berasal dari elemen radioaktif yang terbentuk akibat tabrakan bintang neutron. Materi kaya neutron yang terlontar dari tabrakan ini mengalami peluruhan radioaktif, menghasilkan cahaya inframerah—persis seperti yang teramati oleh tim peneliti.
Menurut Wen-fai Fong, seorang mahasiswa pascasarjana di CfA dan salah satu penulis studi ini, cahaya radioaktif dari GRB 130603B bisa menjadi bukti kuat yang menghubungkan semburan sinar gamma pendek dengan tabrakan bintang neutron.
Baca juga : Penemuan Semburan Sinar Gamma Berkedip dari Awan Petir
"Kami telah lama mencari bukti kuat yang menghubungkan kedua fenomena ini, dan cahaya radioaktif yang kami amati mungkin adalah kuncinya," kata Fong.
Tim peneliti juga memperkirakan bahwa sekitar seperseratus massa matahari telah terlontar akibat semburan ini, dan sebagian besar materi yang terlontar adalah elemen berat, termasuk emas. Ketika jumlah emas yang dihasilkan oleh satu GRB pendek dikalikan dengan jumlah peristiwa serupa yang terjadi sepanjang usia alam semesta, teori ini mengindikasikan bahwa sebagian besar emas yang ada di alam semesta mungkin terbentuk dari semburan sinar gamma.
"Mengutip Carl Sagan, kita semua terbuat dari bintang, dan mungkin saja perhiasan emas yang kita kenakan berasal dari tabrakan dahsyat bintang neutron," tambah Berger.
Temuan ini memberikan wawasan baru tentang asal usul elemen berat di alam semesta, terutama emas, dan menegaskan betapa peristiwa-peristiwa kosmik yang dahsyat dapat memainkan peran penting dalam pembentukan materi yang ada di sekitar kita. Penelitian lebih lanjut tentu diperlukan untuk memverifikasi temuan ini, namun hasil pengamatan ini membuka kemungkinan baru mengenai sumber emas dan elemen berat lainnya di alam semesta. (insider/Z-3)
Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) mengungkap detail atmosfer SIMP 0136, objek kosmik yang mungkin merupakan planet liar atau katai coklat.
Para astronom telah menemukan lubang hitam berukuran 36 miliar kali massa Matahari yang tersembunyi di dalam sistem Cosmic Horseshoe di konstelasi Leo.
Para astronom menemukan lubang hitam raksasa dengan massa 36 miliar kali Matahari di dalam sistem Cosmic Horseshoe, sebuah fenomena lensa gravitasi di konstelasi Leo.
Para ilmuwan merilis kumpulan data besar dari 3.628 Supernova Tipe Ia, yang dapat mengubah cara kosmolog mengukur ekspansi alam semesta dan memahami energi gelap.
Kekosongan kosmik, yang pertama kali diidentifikasi pada awal tahun 1980-an, mendominasi volume alam semesta.
Astronom telah menemukan kelompok langka yang terdiri dari lima galaksi katai yang berada dalam keselarasan hampir sempurna, menyerupai untaian mutiara kosmik di langit.
Para peneliti dari The Ohio State University mengembangkan baterai inovatif yang mengubah radiasi gamma menjadi listrik menggunakan kristal scintillator dan sel surya.
Penelitian mengusulkan sinar gamma yang muncul dari bintang neutron yang terbentuk setelah ledakan supernova dapat membantu mengungkap misteri materi gelap.
Para peneliti NASA dan Universitas Bergen telah menemukan jenis baru emisi sinar gamma dari awan petir yang disebut semburan sinar gamma berkedip.
Para astronom berhasil mengumpulkan katalog terbesar yang berisi lebih dari 500 semburan sinar gamma (gamma-ray bursts/GRBs), ledakan paling kuat di alam semesta.
NASA berhasil mencatat sejarah ilmiah baru dengan BurstCube, satelit kecil yang mampu mendeteksi semburan sinar gamma (GRB), salah satu fenomena paling energik di alam semesta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved