Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

61 Persen Responden Khawatir Tentang Peninggalan Daring Orang yang Telah Meninggal

Basuki Eka Purnama
26/8/2024 11:40
61 Persen Responden Khawatir Tentang Peninggalan Daring Orang yang Telah Meninggal
Ilustrasi(MI/HO)

STUDI terbaru berjudul “Excitement, Superstition, and Great Insecurity – How Global Consumers Engage with the Digital World” mengungkapkan 61% konsumen percaya bahwa identitas orang yang sudah meninggal sangat rentan terhadap pencurian identitas. 

Seiring tentang penciptaan kembali eksistensi daring seseorang menggunakan kecerdasan buatan (AI), 35% responden menganggapnya dapat diterima, sementara sebagian besar (38%) secara aktif tidak menyetujui, menyoroti masalah privasi dan sebagai bentuk rasa hormat kepada orang yang telah meninggal dunia dalam ranah digital.

Menurut Laporan Tinjauan Global Digital 2024, yang dilakukan Kepios, 95% pengguna internet kini menggunakan media sosial setiap bulan, dengan 282 juta identitas baru bergabung antara Juli 2023 dan Juli 2024. 

Baca juga : Ini Tips Berbagi Foto yang Aman di Media Sosial

Seiring dengan semakin banyaknya orang yang berinteraksi daring dan jejak digital mereka meluas, kekhawatiran atas privasi, peninggalan, dan penggunaan identitas digital yang etis menjadi semakin penting. 

Berdasarkan studi terbaru Kaspersky, mayoritas (61%) konsumen meyakini identitas orang yang telah meninggal sangat rentan terhadap pencurian identitas, karena sering kali tidak ada yang memantau apa yang terjadi pada informasi yang diunggah secara daring. 

Lebih dari separuh responden (58%) setuju bahwa keberadaan orang yang telah meninggal secara daring dapat diciptakan kembali menggunakan AI. 

Baca juga : Mengembangkan Pariwisata Banyumas, Strategi Branding dan Peran Media Sosial Jadi Solusi

Sikap terhadap hal ini bervariasi, dengan 35% responden meyakini dan dapat menerima penciptaan kembali identitas digital seseorang yang telah meninggal melalui foto, video, atau kenang-kenangan lainnya, sebagian besar (38%) tidak setuju.

Menariknya, sebagian besar orang (67%) meyakini dengan melihat gambar atau cerita tentang orang yang telah meninggal dunia dapat membuat orang-orang terdekat mereka merasa tidak nyaman. 

Namun, 43% konsumen yakin tidak ada batasan waktu untuk melihat setiap gambar, video, atau rekaman suara yang pernah dipublikasikan secara daring yang berkaitan dengan orang tertentu. 

Baca juga : Nikita Willy Ungkap Perjuangannya sebagai Ibu di Era Digital

Karena mungkin satu-satunya tindakan yang dapat diambil konsumen untuk mengendalikan jejak digital pengguna setelah kematian adalah dengan menyertakan instruksi dalam pesan wasiat orang yang telah meninggal tersebut, 63% setuju bahwa siapa pun yang memiliki kehadiran daring harus menentukan dalam surat wasiat mereka apa yang harus dilakukan dengan data dan akun media sosialnya 

“Masalah pengelolaan jejak digital seseorang sering kali diabaikan dalam aktivitas daring sehari-hari. Namun, hasil survei menggarisbawahi poin penting: sejumlah besar responden menyadari potensi identitas yang dicuri dapat menyebabkan masalah pribadi yang sangat besar bagi pengguna atau orang yang mereka cintai. Mengingat risiko ini, adalah bijaksana untuk mengadopsi tindakan proaktif yang meningkatkan privasi dan melindungi identitas digital. Dengan melakukan hal itu, individu dapat memastikan bahwa kehadiran daring mereka tetap aman tanpa mengurangi bentuk rasa hormat , apa pun yang terjadi,” komentar pakar analisis konten web di Kaspersky Anna Larkina.

Untuk memperkuat privasi pengguna, Kaspersky menyarankan:

Baca juga : Pahami Etika Digital agar Bijak Bersosial Media

Menggunakan solusi keamanan modern memudahkan pemantauan data pribadi apa yang diproses aplikasi dan juga membatasi pengumpulan data bila perlu.

Menjaga sistem operasi, browser, dan perangkat lunak keamanan tetap mutakhir akan membuat perbedaan. Pembaruan sering kali menyertakan patch untuk kerentanan keamanan yang berpotensi dieksploitasi.

Karena tidak semua layanan daring menjelaskan data apa yang mereka kumpulkan dan bagaimana mereka menggunakannya, mengikuti petunjuk Online Privacy Checker akan membantu membatasi jumlah informasi yang dibagikan secara daring. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya