Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Begini Kisah Kesuksesan Startup Usai Mengikuti Startup Studio Indonesia dari Kemenkominfo

Ghani Nurcahyadi
27/4/2023 03:45
Begini Kisah Kesuksesan Startup Usai Mengikuti Startup Studio Indonesia dari Kemenkominfo
Cofounder Surplus Indonesia, salah satu startup alumni program Startup Studio Indonesia(Dok. Pribdi)

KEMENTERIAN Komunikasi dan Informatika menginisiasi program Startup Studio Indonesia untuk mengembangkan bisnis usaha rintisan (startup) tahap awal agar bisa mencapai product-market fit secara optimal. 

Program yang kini sudah masuk batch ke-6 itu, sudah meluluskan total 65 alumni startup yang berhasil scale up dan mengembangkan bisnisnya, baik dengan meraih pendanaan, investor baru, hingga memperluas jangkauan operasional. 

Menurut data SSI, alumni yang berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal setelah lulus dari program berkisar di angka 13-40% di setiap batch. Per Desember 2022, total pendanaan yang mengalir ke alumni SSI telah mencapai Rp392,1 miliar. 

Baca juga : Hannover Messe 2023 Ekspos Talenta Lokal dengan Inovasi Unggulan

Salah satu alumni Startup Studio Indonesia yang berkembang pesat usai mengikuti pelatihan adalah Surplus Indonesia yang merupakan startup peduli lingkungan yang hadir sebagai solusi untuk mengatasi banyaknya sampah makanan di Indonesia.

Bekerjasama dengan pelaku usaha (seperti restoran, hotel, cafe), Surplus menjual stok makanan berlebih yang masih berkualitas, aman, dan layak konsumsi, dengan harga 50% lebih terjangkau melalui aplikasi food rescue pertama di Indonesia. 

Baca juga : Perkuat Skala Bisnis Startup, Kemenkominfo Undang Investor Eropa

Alumni Startup Studio Indonesia Batch 4 itu berhasil meraih pendanaan tahap awal dari Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) Ventures di awal tahun ini. Jangkauan operasi pun kian meluas, yakni merambah Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Bali, dengan total pengguna aplikasi aktif mencapai 10.000. 

Tahun ini, Surplus Indonesia akan memfokuskan bisnisnya untuk meningkatkan akuisisi merchant customer di daerah Jawa dan Bali. 

Co-founder & CEO Surplus Indonesia M Agung Saputra menjelaskan, di tahap awal, Surplus Indonesia mengedepankan pemasaran organik melalui komunitas atau word of mouth, sementara dana perusahaan dialokasikan lebih banyak ke SDM. 

"Setelah berjalan beberapa waktu dan mulai scale up, barulah kami fokus menggencarkan marketing. Keputusan kami untuk mengikuti program Startup Studio Indonesia Batch 4 juga sangat berpengaruh ke sisi marketing Surplus Indonesia, salah satunya karena mendapatkan eksposur dari berbagai pemberitaan dan konten media sosial yang dilakukan Startup Studio Indonesia,” jelas Agung.

Selain membantu meningkatkan reputasi perusahaan, Agung mengaku program Startup Studio Indonesia membuka jalan bagi Surplus untuk memperluas jaringan, terutama dengan pelaku startup baik yang sudah berpengalaman maupun yang sama-sama merintis di tahap awal. 

Tidak hanya mendapatkan sesi mentoring yang sangat membantu perkembangan bisnis, pasca program selesai, Startup Studio Indonesia juga rutin berinteraksi dengan para alumni untuk menyediakan program khusus agar startup bisa scale up dengan unit ekonomi yang aman dan berkelanjutan. 

Oleh karena itu, ia berpesan kepada semua peserta Startup Studio Indonesia di batch yang baru untuk selalu fokus dan proaktif di semua sesi mentoring, serta memanfaatkan jejaring selama program berlangsung maupun setelahnya. 

Hal serupa diungkapkan oleh Pandu Adi Laras, CEO dan Co-founder Broom.id. Ia mengaku banyak mendapatkan jejaring baru dari para startup dan mengumpulkan banyak insight bermanfaat untuk mengembangkan Broom. Pesan Pandu, startup yang mengikuti program SSI harus mampu berkomitmen untuk meluangkan waktu demi belajar hal baru. 

Broom sendiri merupakan startup platform digital untuk ekosistem mobil bekas yang menyediakan modal kerja jangka pendek kepada showroom melalui program “buy back”, dimana pemilik showroom dapat menjual inventori mobil kepada Broom, memutar dana yang didapat ke keperluan bisnis lain, lalu melakukan pembelian mobil kembali ketika sudah jatuh tempo. 

Solusi itu memungkinkan pebisnis mobil bekas untuk mengoptimalkan perputaran modal maupun inventarisnya. 

Didirikan pada 2021, Broom bertujuan untuk membantu ekosistem mobil bekas di Indonesia untuk mendapatkan akses modal yang lebih mudah dan sistem operasional bisnis yang lebih terorganisir. 

Sebagai alumni SSI Batch 5, Broom menorehkan pertumbuhan pesat pasca lulus, terutama yakni meraih pendanaan Pra-Seri A senilai US$10 juta (setara Rp155 miliar) untuk pengembangan bisnisnya. 

“Untuk mempromosikan model bisnis Broom, kami banyak memanfaatkan jejaring dari startup lainnya, karena kami berfokus pada model Business-to-Business (B2B). Karena itu, partisipasi kami di SSI membuahkan hasil yang baik, karena program tersebut membuka banyak pintu kesempatan baru bagi kami yang notabene adalah startup ‘muda’. Selain itu, sesi sharing dengan praktisi startup lainnya membuat kami bisa menggali lebih banyak wawasan praktis untuk menemukan product-market fit yang pas,” ungkap Pandu. 

Surplus Indonesia dan Broom merupakan dua contoh startup alumni Startup Studio Indonesia yang berhasil membawa materi pelatihan dan mempraktekannya untuk pengembangan bisnis. 

Namun, di luar itu, ada banyak pula alumni Startup Studio Indonesia di berbagai batch yang mencetak prestasi membanggakan. Misalnya, 11 alumni SSI Batch 3 berhasil meningkatkan pendapatan perusahaan sebesar 153,1%, dan mayoritas diantaranya telah mencapai revenue Rp1-10 miliar. 

Selain itu, tercatat pula pertumbuhan bisnis hingga 792,2% untuk startup B2B dan 107,2% untuk startup yang bergerak di bidang B2C. 

Koordinator Startup Digital Kemenkominfo Sonny Hendra Sudaryana mengatakan, salah satu tujuan Startup Studio Indonesia adalah menciptakan ekosistem startup digital di Indonesia yang sustainable dengan terciptanya transfer of knowledge. 

"Kami ikut bangga melihat prestasi dari para alumni Startup Studio Indonesia sejak pertama kali program ini diluncurkan pada tahun 2020. Ini menjadi bukti bahwa materi kurikulum Startup Studio Indonesia telah tepat-guna dan dapat langsung dipraktekkan untuk pengembangan bisnis. Kami berharap tren positif ini akan terus berlanjut, sesuai dengan misi kami untuk mencetak 150 startup digital yang ‘naik kelas’ di tahun 2024,” tutup Sonny. (RO/Z-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya