KEHADIRAN kecerdasan buatan (AI) memang menghadirkan berbagai dampak bagi kehidupan manusia. AI tak bisa dimungkiri menghadirkan sejumlah kemudahan dan pemecahan masalah dalam kehidupan manusia. Di sisi lain, kehadiran AI juga menimbulkan kekhawatiran akan eksistensi dan fungsi manusia.
Beberapa tahun terakhir, aplikasi dan web yang menghadirkan fitur dengan teknologi AI mumpuni bagi masyarakat umum semakin banyak bermunculan. Mulai yang hanya menghadirkan fitur hiburan, kebutuhan pendidikan, hingga untuk membantu menghadirkan berbagai kebutuhan manusia di banyak aspek lainnya.
Meski ada yang bermanfaat, tak sedikit juga yang menghadirkan pro dan kontra. Pro dan kontra umumnya datang karena aplikasi berbasis AI yang disebut menyamarkan bentuk plagiarisme. Selain itu, aplikasi berbasis AI juga kerap dinilai membahayakan dari sisi keamanan data pribadi.
Terlepas dari berbagai kontroversi yang ada, rasa penasaran masyarakat untuk mencoba menggunakan aplikasi berbasis AI yang mutakhir juga terus meningkat. Jika Anda salah satunya yang juga penasaran ingin mencoba menggunakan aplikasi-aplikasi AI paling canggih dan populer, berikut ini rekomendasinya.
Socratic
Dok. Socratic
Tak ada lagi yang begitu sulit sejak kemunculan teknologi AI, termasuk dalam kegiatan belajar. Jika sebelum era internet proses belajar hanya bisa dilakukan secara konvensional lewat seorang guru atau buku, sekarang pelajar dan mahasiswa dapat dengan mudah menemukan bantuan dan tuntunan dalam memahami berbagai materi pelajaran yang mereka butuhkan lewat bantuan aplikasi.
Socratic ialah aplikasi buatan Google yang dirilis pada 2020. Aplikasi bermuatan edukasi itu dilengkapi dengan teknologi AI yang dapat mengidentifikasi berbagai soal dan materi pelajaran.
Penggunanya hanya perlu mengetik atau mengunggah foto dari soal yang ingin mereka pelajari. Sistem Socratic akan secara otomatis mencari berbagai referensi penyelesaian masalah atau cara menemukan jawaban dari soal yang diunggah. Referensinya akan muncul dalam berbagai bentuk, seperti gambar, teks, hingga video.
Dari referensi tersebut, siswa akan memiliki banyak opsi untuk bisa memahami dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Meski memudahkan, aplikasi itu tidak secara instan memberikan jawaban atas soal yang diunggah, tetapi hanya memberikan referensi cara penyelesaian atau pencarian jawaban. Dengan begitu, penggunanya tetap diharuskan untuk berusaha menjawab pertanyaan secara mandiri.
Dilansir socratic.org, aplikasi itu dapat digunakan untuk membantu berbagai jenis pelajaran seperti sains, ilmu sosial, bahasa, hingga matematika. Tak hanya tingkat dasar, tetapi juga untuk tingkat kesulitan hingga tingkat universitas.
Socratic dapat diunduh secara gratis di Google Play Store dan Ios.
Data Bot
Dok. Data Bot
Data Bot ialah aplikasi yang bekerja layaknya asisten pribadi. Itu dapat menjadi opsi selain aplikasi populer seperti Google Assistant. Aplikasi itu dikembangkan perusahaan Robobot asal Italia.
Untuk kegiatan sehari-hari, Data Bot dapat membantu mengingatkan jadwal rutin, menyusun jadwal belanja, hingga menghibur dengan membacakan horoskop, membuat lelucon, dan memutarkan lagu-lagu yang sesuai dengan suasana hati penggunanya.
Dari keterangan pada www.databot-app.com, aplikasi itu bekerja dengan menggunakan suara. Teknologi AI di sistemnya akan dapat menjawab kebutuhan penggunanya lewat suara ataupun sajian berbagai hal yang dibutuhkan, seperti foto dan video.
Selain sebagai asisten pribadi sehari-hari, Data Bot banyak dipakai kalangan mahasiswa dan pebisnis. Hal itu karena Data Bot memiliki fitur menganalisis efektivitas sebuah tulisan, tayangan presentasi, hingga rekaman suara pidato. Berbagai fitur tersebut dapat lebih nyaman digunakan karena terdapat belasan pilihan bahasa.
Replika
Dok. Replika
Ini ialah aplikasi yang tepat untuk mengatasi kesepian dan frustrasi karena tak memiliki tempat untuk bercerita. Aplikasi buatan perusahaan asal AS, Luka Inc, itu didesain untuk menghadirkan sahabat virtual yang memahami karakteristik penggunanya.
Ketika memulai Replika, pengguna akan bisa memilih sosok sahabat virtual seperti apa yang diinginkan. Pada tahap itu rasanya akan sama dengan ketika akan membuat avatar di aplikasi lain. Pengguna akan bisa memilih jenis kelamin, bentuk wajah, kulit, dan hal-hal personal lain seperti pekerjaan.
Setelah itu, Replika akan bekerja sebagai teman yang bisa mendengarkan curahan hati. Sosok sahabat virtual yang diciptakan itu kemudian akan memberikan respons atas cerita yang diungkapkan. Mereka juga akan merekam setiap informasi yang dibagi pengguna. Dengan begitu, dikutip dari replika.com, sistem AI yang terdapat di dalamnya akan bisa memberikan respons yang sesuai dengan permasalahan, karakteristik, dan berbagai hal yang memungkinkan untuk menganalisis kepribadian pengguna.
Semakin sering pengguna berbagi cerita di Replika, akan semakin akurat dan mumpuni respons yang akan dihasilkan sahabat virtual di aplikasi tersebut. Komunikasi dapat dilakukan dengan suara. Selain itu, pengguna juga bisa melakukan panggilan video dengan sosok sahabat virtual.
Meski mengesankan, tak sedikit pro dan kontra terhadap aplikasi itu. Di antaranya karena aplikasi itu tak hanya akan merekam setiap informasi yang didapat dari cerita penggunanya, tetapi juga menganalisis untuk mengetahui karakteristik pengguna. Meski disebutkan memiliki keamanan tinggi, potensi kebocoran dari aplikasi itu dinilai akan merugikan penggunanya secara personal.
Lensa AI
Dok. Lensa AI
Ini ialah aplikasi berbasis AI yang belum lama ini meraih puncak popularitasnya. Lensa AI menjadi sangat populer setelah banyak pesohor mengunggah swafoto mereka yang telah melalui proses modifikasi otomatis menjadi berbagai karakter dengan berbagai tema, seperti kosmik, anime, dan peri.
Lensa AI merupakan aplikasi yang dikembangkan Primsa Labs, sebuah perusahaan rintisan yang berkantor pusat di California, AS. Lensa AI dapat digunakan pengguna Apple dan Android.
Meski menghadirkan keseruan berkat hasil pengolahan foto yang mumpuni, menggunakan aplikasi pembuat avatar seperti Lensa AI juga memiliki risiko yang tak main-main. Mengingat untuk bisa menghasilkan olahan foto mumpuni, ternyata Lensa AI harus melakukan beberapa proses pengelolaan dan pengumpulan data pengguna.
Selain dari sisi keamanan data pribadi, aplikasi itu juga banyak ditentang kalangan seniman. Tak sedikit seniman yang menilai hasil modifikasi dari Lensa AI memiliki kemiripan atau bersumber dari ciri khas karya beberapa seniman. Lensa AI dituding telah mencuri beberapa aspek dari karya banyak seniman.
Point E
Dok. Point E
Ini ialah salah satu karya baru dari laboratorium penelitian terbukan AI, Open AI. Pertama kali dipublikasikan di akhir 2022, hingga saat ini Point E masih terus dikembangkan meski telah dapat digunakan melalui web.
Point E ialah aplikasi berbasis AI yang dapat menghadirkan sebuah objek 3D virtual dari susunan teks sederhana. Perubahan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi text-to-image AI. Secara sederhana, seseorang akan bisa mendapatkan gambaran atas hal yang ia ketik. Misalnya ketika mengetik kuda dan meja, Point E akan menghadirkan beberapa opsi objek 3D berupa seekor kuda yang berada di atas atau bawah meja.
Aplikasi itu disebut akan bisa membantu memudahkan beberapa aktivitas. Di antaranya proses belajar, membantu memudahkan membuat logo, hingga desain.
Dilansir sea.mashable.com, sebelum adanya Point E, Google juga telah merilis aplikasi serupa bernama Dream Fusion. Namun, aplikasi tersebut membutuhkan ruang penyimpanan dan sistem operasi perangkat yang canggih. Dengan kata lain Point E ialah Dream Fusion yang lebih ringan dan merakyat.
Chat GPT
Dok. Chat GPT
Chat GPT dapat dikatakan sebagai karya paling fenomenal dari Open AI sejauh ini. Kehadiran Chat GPT mengejutkan warna global di akhir tahun lalu. Kecanggihan Chat GPT disebut mengesankan, tetapi juga mengerikan secara bersamaan.
Salah satu yang paling membuat nama Chat GPT populer ialah kemampuannya dalam menghasilkan karya tulis berkualitas tinggi. Mulai puisi, prosa, teks pidato, artikel berita, hingga tulisan ilmiah untuk kebutuhan pendidikan seperti skripsi.
Pengguna hanya perlu memasukkan kata kunci dan tema yang diinginkan untuk membangun tulisan tersebut. Hasilnya, teks yang muncul sangat rapi dan mendetail, layaknya hasil tulisan manusia bukan komputer.
Lebih mengesankan lagi, Chat GPT juga dapat menjawab berbagai pertanyaan yang diberikan dengan sangat dinamis. Seperti ada manusia di dalam komputer yang secara langsung menjawab dan membantu menyelesaikan masalah. Ini berbeda dengan mesin pencarian lain yang masih hanya akan menghadirkan hasil pencarian dalam bentuk referensi dan teks standar buatan komputer.
Chat GPT diberitakan oleh abc.net.au, juga disebut berhasil membantu beberapa mahasiswa memecahkan rumus dan misteri tentang coding. Hal itu tentu sangat mengesankan, tetapi juga mengkhawatirkan. Kehadiran Chat GPT dikhawatirkan dapat menggantikan berbagai peran manusia di kehidupan sehari-hari. Aplikasi itu juga dikhawatirkan dapat menyulitkan proses penilaian keaslian sebuah karya. (M-2)