Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Startup Perlu Kian Peduli Terhadap Penyandang Disabilitas di Indonesia

 Despian Nurhidayat
08/8/2022 18:52
Startup Perlu Kian Peduli Terhadap Penyandang Disabilitas di Indonesia
CEO Hear Me Atalia Mutiara Laksmi.(Ist/ITB)

PARA penyandang disabilitas di Indonesia saat ini masih luput dari perhatian. Padahal, penyandang disabilitas di Tanah Air pada tahun 2019 saja telah mencapai 26 juta orang berdasarkan data Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas).

Untuk itu, perhatian untuk para penyandang disabilitas saat ini tengah coba digalakkan oleh para pengembang startup.

Salah satunya datang dari Hear Me yang merupakan aplikasi interpretasi bahasa isyarat untuk para penyandang disabilitas tuna rungu dan tuna wicara.

CEO Hear Me Atalia Mutiara Laksmi bercerita bahwa pengembangan aplikasinya bertujuan untuk menjembatani komunikasi antara penyandang disabilitas dengan masyarakat.

"Kami berharap dengan aplikasi yang kami hadirkan ada awareness dari masyarakat dan pemerintah untuk memahami pentingnya menyediakan akses bahasa isyarat bagi teman-teman disabilitas," ungkapnya dalam acara Entrepreur Financial Fiesta (EFF) 2022 di Nusa Dua, Bali, Senin (8/8).

Baca juga: Inilah Kiat Startup Dapat Bertahan dalam Berbagai Tantangan

Lebih lanjut, Atalia juga berharap, perhatian tidak hanya datang dari pengembangan aplikasinya saja, tapi juga dari pemerintah untuk membuat regulasi untuk menyediakan akses pada teman-teman disabilitas.

Tak hanya dari Hear Me, startup lain juga memiliki perhatian serius terhadap penyandang disabilitas. Accessive.id namanya, di mana aplikasi ini akan mencarikan tempat yang dapat dengan mudah diakses oleh pada penyandang disabilitas.

Co-founder Accessive.id Bima Indra bercerita bahwa salah satu masalah disabilitas di Indonesia adalah mengenai aksesbilitas berbagai tempat di indonesia yang masih rendah.

"Untuk mencari tempat yang dapat dikunjungi disabilitas sangat sulit dikarenakan banyak tempat belum menyediakan fasilitas fisik untuk disabilitas, sementara informasi mengenai aksesbilitas suatu tempat saat ini sangat terbatas. Informasi tersebut sangat penting bagi disabilitas untuk merencanakan aktivitas mereka," kata Bima.

Dari permasalahan di atas, Accessive.id pun hadie untuk memberikan informasi mengenai tempat yang accessible bagi disabilitas sehingga memudahkan perencanaan aktivitas mereka.

Bima berharap, dengan hadirnya aplikasi ini, keterlibatan para penyandang disabilitas dalam segala aspek dapat terbantu.

Perlu diketahui, kedua startup tersebut merupakan hasil kurasi dari acara EFF yang diinisiasi oleh Kementerian Koperasi dan UKM.

Terdapat lebih dari 1.000 startup yang mendaftarkan diri untuk mengikuti acara ini, di mana terpilih 10 startup hasil kurasi dan 2 startup binaan Kemenkop UKM untuk tampil di acara ini.

Dalam acara ini, para startup akan mempresentasikan platform yang mereka kembangkan dan akan dipertemukan dengan venture capital untuk mendapatkan pendanaan.

Kemenkop UKM pun akan terus mendampingi para pelaku startup tersebut agar usaha mereka dapat sustain.

Ada pun 10 peserta startup lainnya ialah Surplus Indonesia yang merupakan aplikasi untuk membeli makanan berlebih dari penyedia makanan di waktu tertentu dengan minimal diskon 50% atau setengah harga dari harga normal.

Atur Kuliner, aplikasi yang membantu bisnis kuliner mengontrol profit dan operation melalui solusi belanja, pembayaran dan harga pokok penjualan.

Kemudian Bangbeli yang merupakan agency based platform yang membantu paralokal agent yang ada di Indonesia agar dapat melakukan bisnis.

Inspigo, aplikasi learning experienced platform untuk para profesional di mana mereka yang selalu sibuk untuk belajar dapat belajar dengan mudah.

Lalu, Bengkel Mania, aplikasi untuk mendigitalisasi dan mengembangkan bengkel UMKM di Indonesia.

Setelah itu ada Byru.id, platform khusus yang hadir untuk meningkatkan standar hidup pekerja informal di Indonesia dengan teknologi digital.

Ada pula Nectico, platform yang membantu koperasi untuk memberikan kompensasi dan benefit kepada pegawai perusahaan.

Kemudian Automata Supply Chain, penyedia solusi IoT (internet of things) mulai dari manufaktur, pertambangan, utilitas dan logistik.

Hadir pula Dotx yang menawarkan solusi agar karyawan dapat menjalankan koperasi mereka dan memulai keanggotaan mereka dalam hitungan menit dan anggota dapat langsung memberi pinjaman, mengajukan pinjaman dan mengirim uang.

Serta yang terakhir ialah Kukerja, di mana aplikasi ini didirikan untuk membantu para pelaku UMKM dalam mengatasi masalah di bidang sumber daya manusia, sekaligus menjawab persoalan bagi para pencari kerja dalam mencari kerja secara cepat dan mudah. (Des/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya