Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
Perubahan gaya hidup menjadi serba digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan berbagai aktivitas. Namun, dari semua aktivitas yang lakukan di dunia digital, itu membuat suatu rekaman yaitu jejak digital.
Jejak digital merupakan rekam atau bukti yang ditinggalkan setelah beraktivitas di internet, yang berpotensi untuk dicari, dilihat, disalin hingga dicuri dan dipublikasikan orang lain. Contohnya, ketika seseorang mencari namanya di google, maka yang akan keluar adalah bukti unggahan media sosial yang pernah dilakukannya.
Jejak digital dapat membentuk dan mengabadikan gambaran tentang seseorang di dunia digital, dengan lebih detail dari yang dibayangkan. Penting untuk mengetahui jenis jejak yang ditinggalkan dan apa efeknya di kemudian hari.
Ada beberapa cara mengelola rekam jejak. Salah satunya adalah mengecek nama di kolom pencarian google. “Tidak apa sering-sering kita mencari nama kita di mesin pencari google. Itu sangat diharuskan, paling tidak ketika nama kita diketik yang keluar prestasi. Tapi kalau yang keluar adalah aib? Tentu sangat malu,” ujar Anggota JAPELIDI, Asfira Rachmad Rinata saat Webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk Kelompok Masyarakat Wilayah Kabupaten Jember, Jawa Timur, pekan lalu.
Jejak digital bersifat abadi. Karena itu, Asfira mengingatkan agar masyarakat melakukan posting yang penting, tapi bukan yang penting posting.
Menurut Asfira, seseorang mungkin saja melakukan rebranding ketika sudah memiliki rekam jejak negatif. Namun, tetap butuh waktu untuk mengembalikan citranya. “Mungkin bisa dihapus terlebih dulu, kemudian tidak aktif bermedia sosial, kemudian membangun citra lagi,” ujarnya.
Webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk Kelompok Masyarakat Wilayah Kabupaten Jember, Jawa Timur, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan SiberKreasi.
Ditambahkan oleh Citra Rani Angga Riswari, dosen Fikom Universitas Dr Soetomo, hilangnya sopan santun karena kebebasan beraktivitas di dunia digital. “Saling sindir di media sosial, beberapa public figure melontarkan cuiitan blunder, hingga banyak unggahan mengandung ujaran kebencian,” ujarnya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety, dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (OL-12)
Kegiatan bertema Socialization and Workshop of IT-Based Good Governance, Machine Learning, and Renewable Energy for Indonesian Migrant Workers, ini digelar selama tiga hari.
Antisipasi dampak negatif globalisasi: pelajari strategi jitu hadapi tantangan ekonomi, sosial, dan budaya. Siap menghadapi perubahan dunia? Klik di sini!
Globalisasi tak terhindarkan? Pelajari cara menangkal dampak negatifnya bagi ekonomi, sosial, & budaya. Tips ampuh untuk Indonesia & bisnismu!
Globalisasi tak terhindarkan, tapi dampak negatifnya bisa dicegah! Pelajari cara cerdas menghadapinya, lindungi budaya lokal, dan raih manfaatnya. Klik sekarang!
LITERASI digital menjadi aspek krusial dalam menghadapi era teknologi informasi yang terus berkembang.
Pemerintah perlu menentukan metode dan sasaran seperti apa yang ingin diambil dalam kebijakan terkait akses konten digital, terutama bagi anak-anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved