DI era komputer dan internet dewasa ini, multimedia digital seperti foto dan video menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Sebagai salah satu bagian dari media digital, foto di zaman modern ini dimaknai sebagai sebuah gambar digital yang diambil melalui kamera atau ponsel.
“Sebuah foto tidak lagi harus dalam bentuk cetak, melainkan sudah bisa berpadu dengan media digital lain seperti website, media sosial, pesan instan atau surat elektronik,” papar Erwin Mulyadi, praktisi fotografi yang juga dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI).
Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara “Live Streaming Bincang Santai Teras LPPM ATVI” bertema ‘Fotografi Gerbang ke Dunia Media Digital’ yang ditayangkan melalui Channel Youtube LPPM ATVI,
Dalam acara yang dipandu Praktisi Audiovisual dan Kabag Kemahasiswaan ATVI, Handy Utama ini, Erwin mengatakan, mudahnya mengambil foto juga membuat saat ini setiap orang terbiasa memotret dengan bebas kapan saja di mana saja, sebagai hobi atau juga profesi.
"Bidang yang berkaitan dengan dunia foto dan segala kaidah yang ada di dalamnya itulah yang biasa kita sebut dengan fotografi," jelasnya.
Acara Bincang Santai Teras Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ATVI ini sesungguhnya mengandung konten yang bermanfaat bagi banyak kalangan, apalagi mahasiswa dan dosen.
Acara dwi mingguan ini merupakan kolaborasi dengan Masterpedia, Taman Bacaan Bukit Duri Bercerita, dan didukung oleh Dana, penerbit Prenada Jakarta, dan Penerbit Diomedia, Solo.
Lebih lanjut Erwin Mulyadi mengatakan, mempelajari fotografi, baik teori maupun praktik bisa dilakukan secara mandiri ataupun melalui pendidikan formal/nonformal.
Di kampus ATVI, fotografi diberikan di semester II sebagai pembekalan awal kepada mahasiswanya mengenai dua hal utama yaitu teknis dan estetika visual.
Keduanya dibutuhkan dalam bidang produksi media digital seperti membuat berbagai acara untuk siaran televisi.
“Dari sisi teknis, fotografi banyak membahas alat (kamera dan lensa), kemudian tentang konsep pencahayaan, serta teknik memakai kamera yang baik. Dari sisi estetika visual, fotografi jauh lebih luas dan kompleks, karena melibatkan rasa, pesan visual, hingga makna dari sebuah foto,” ujar Erwin.
Karena itulah itulah papar Erwin, meski setiap orang bisa mengambil foto dengan kamera yang ada, tapi fotografi bukan hal yang sederhana untuk dikuasai dan dipahami.
Apalagi saat ini banyak orang hendak menjadi content creator, bermodal satu alat bisa mengambil foto dan juga video yang menarik dan disukai banyak orang, mutlak perlu bagi dia untuk mempelajari fotografi.
"Faktanya, foto dan video punya banyak kesamaan konsep yang perlu dikuasai, misalnya tentang eksposur, fokus, pencahayaan, fokal lensa, resolusi gambar dan sebagainya," paparnya.
Erwin menjelaskan, di tengah pesatnya dunia maya di era Web 2.0 saat ini, pertukaran konten foto dan video melalui berbagai platform digital menjadi hal yang biasa.
Pemanfaatannya bisa beragam tujuan, mulai dari hiburan, informasi, edukasi, berita hingga personal.
Dijelaskan Erwin, membuat karya foto yang menarik, jelas, bermanfaat serta otentik, itu perlu selalu diingat saat hendak mengambil foto untuk konsumsi publik.
“Bahkan bila foto yang kita buat itu memenuhi syarat untuk dikomersialkan, bisa saja foto tersebut dijual melalui jasa stok foto yang ada," katanya.
"Bahkan di masa depan, dengan perkembangan teknologi internet, blockchain dan NTF, karya digital kita termasuk foto, bisa dibeli orang dengan harga yang tinggi dan tidak dapat dibajak atau disalin tanpa sepengetahuan kita,” katanya. (RO/OL-09)