Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Open Labs Sediakan Rp1,4 Triliun Untuk Bermitra dengan Pebisnis e-Commerce

Siswantini Suryandari
28/10/2021 17:25
Open Labs Sediakan Rp1,4 Triliun Untuk Bermitra dengan Pebisnis e-Commerce
Webinar Open Labs dihadiri Jeffrey Yuwono, CEO Open Labs dan Bambang PS Brodjonegoro.(Dok Open Labs)

BRAND aggregator lokal Open Labs mengumumkan bahwa perusahaan telah menyiapkan  dana sebesar Rp1,4 triliun (US$ 100 juta) untuk diinvestasikan dalam bidang usaha yang memiliki potensi besar untuk berkembang, sekaligus membantu bisnis online mereka untuk kemudian tumbuh dan memiliki skala operasional. Sekaligus menjadikan merek mereka menjadi merek konsumen terkemuka.  

Ketersediaan dana investasi tersebut terbesar di antara  brand  aggregator lainnya di Asia Tenggara, secara khusus berfokus pada investasi modal dan menyediakan dukungan operasional bagi pebisnis e-commerce, terutama di Indonesia.

Jeffrey Yuwono, CEO Open Labs dalam keterangan secara virtual, Kamis (28/10) mengatakan bisnis yang bermigrasi ke platform e-commerce di Indonesia semakin berkembang pesat. Terutama konsumen memanfaatkan  pembelian  online  selama  pandemi. 

Dari data Kementerian Perdagangan, Indonesia saat ini memiliki lebih dari 64 juta usaha mikro, kecil dan menengah  (UMKM) yang secara kolektif  menyumbang  sekitar  61%  Produk  Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dari jumlah UMKM tersebut, 14 juta telah bermigrasi ke platform  e-commerce, dan sebanyak 30 juta UMKM diharapkan dapat melakukan transformasi digital di masa depan.

"Internet telah mengubah tatanan perekonomian kita di segala sektor. Internet memberi UMKM akses yang tak terbayangkan sebelumnya terhadap pelanggan mereka di seluruh Indonesia dan memicu perkembangan bisnis digital yang pesat. Hal ini telah menciptakan berbagai bisnis yang berpotensi untuk menjadi merek-merek yang dikenal secara nasional sehingga membutuhkan pengelolaan operasional mumpuni agar dapat terus berkembang," kata Jeffret Yuwono.  

Menurutnya hal itu tidaklah mudah. "Oleh karena itu kami ingin bermitra dengan perusahaan-perusahaan muda yang berusaha meningkatkan skala operasi mereka. Kami berada di posisi terdepan dalam melakukan hal ini karena kami memiliki fokus yang jelas dengan siapa kami ingin bermitra, besaran investasi kami, kecepatan pengambilan keputusan  kami  untuk  berinvestasi,  dan  keahlian  operasional  kami  yang  mendalam  di  bisnis penjualan secara online," lanjutnya..

Ia memaparkan ketika bisnis e-commerce dimulai biasanya pengelolaan operasionalnya cukup sederhana. Namun seiring  dengan  pertumbuhan  semakin besar dalam hal volume dan ruang lingkup, kompleksitas operasional bisnis pun semakin  besar.  

Selain  kebutuhan  terhadap  modal kerja lebih  tinggi, para  pebisnis online  juga  menghadapi  berbagai  tantangan  lainnya  seperti bagaimana  mendapatkan sumber pasokan  produk yang  terukur, rentang produk yang tepat,  rentang harga yang tepat, strategi merek, bagaimana  melakukan  dan pemasaran yang  baik  secara terprogram. Juga bagaimana  melakukan  layanan  pelanggan  secara  efisien,  serta  bagaimana  mengelola rantai pasokan yang rumit dengan persyaratan pergudangan, logistik, dan distribusi yang sangat spesifik.

Menurutnya banyak pebisnis online,terutama yang merupakan pendiri tunggal – tidak memiliki sumber daya yang cukup dan kewalahan mengatasi tantangan ini.
 
"Di sinilah kami melihat Open Labs dapat berperan ganda. Pertama, dengan ketersediaan dana  investasi kami yang  besar. Kami  dapat  memenuhi kebutuhan pembiayaan. Kedua dan yang lebih penting, kami memiliki keahlian yang tepat untuk mengisi kesenjangan atau
masalah-masalah operasional sekaligus melengkapi keahlian yang dibutuhkan oleh portofolio mitra kami untuk mentransformasi mereka dari bisnis yang baik menjadi bisnis yang hebat," kata Yuwono.
 
Pebisnis online yang  membutuhkan dana biasanya memiliki beberapa  pilihan. Bahkan termasuk meminjam dari bank. Kadang kala model  bisnis mereka tidak sesuai dengan kriteria perusahaan yang dicari venture  capital (VC) dan private equity (PE)  karena  VC biasanya mencari perusahaan start-up teknologi dengan model disrupsi untuk pertumbuhan eksponensial. Sedangkan PE menargetkan perusahaan yang sudah mapan dan matang.  Model  pendanaan  Open  Labs  mengatasi  batasan-batasan  tersebut  untuk permodalan.

Open Labs telah memiliki tim kelas dunia yang terdiri dari 60  ahli  dalam berbagai aspek operasional  dan regulasi bisnis penjualan  online. Para ahli ini mewakili talenta terbaik dalam berbagai bidang, dari branding dan pemasaran, layanan pelanggan, rantai pasokan, logistik, pengelolaan keuangan, hingga kepatuhan terhadap peraturan di bidang-bidang seperti pajak dan hukum. Tim ini akan semakin bertambah hingga mencapai 150 orang ahli.

baca juga: Cloud Jadi Fondasi Pengembangan Inovasi dan Bisnis

Dalam proses seleksi memilih mitra potensial untuk berinvestasi, Open Labs mengevaluasi setiap prospek perusahaan mitra dalam hal skala bisnis, tingkat pertumbuhan, profitabilitas dan kepemimpinan di industri, termasuk komitmen pendiri tunggal atau para pendiri  bisnis  tersebut.

Tidak seperti brand aggregator lain yang menerapkan  kebijakan akuisisi langsung 100%, akuisisi Open Labs dimulai dari 51%, yang mencerminkan keinginan Open Labs agar para pendiri bisnis tetap mengelola perusahaan tersebut sehingga bisnis dapat terus berkembang dengan visi, semangat, dan komitmen dari para pendiri perusahaan mitra. (N-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik