CLOUD makin diakui sebagai kunci pertumbuhan bisnis. Tak hanya untuk membangun bisnis berkelanjutan, namun cloud telah menjadikan transformasi bisnis beserta inovasi-inovasinya terus berkembang. Demikian disampaikan oleh CTO Traveloka Ray Frederick di forum media bersama AWS secara virtual, Rabu (27/10).
Dengan cloud yang disediakan oleh Amazon Web Services (AWS), Traveloka mampu mengantisipasi beragam tantangan serta peluang sejak awal berdiri pada 2012 sebagai agen tiket online, hingga transformasinya kini menjadi lifestyle super-app. Aplikasi serba ada yang mampu memenuhi aspirasi gaya hidup para penggunanya.
Menurut Ray, sejak awal bisnis berdiri, Traveloka mendayagunakan cloud untuk optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan data untuk memahami lebih akurat tentang perilaku, kebutuhan dan karakteristik pengguna.
Traveloka menggabungkan penggunaan teknologi dan data untuk bereksperimen, berinovasi, dan memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cepat. Ray menyontohkan bagaimana cloud membuat bisnis travelnya mampu melakukan inovasi layanan sebagai respons cepat mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan baru pelanggan di masa pandemi.
Menurutnya selain membawa tantangan dalam bekerja, pandemi juga membawa tantangan terhadap model bisnis Traveloka. Inovasi menjadi keniscayaan, bukan lagi hanya pilihan. Penjadwalan tes Covid-19, layanan pesan-antar makanan Traveloka Eats, layanan pariwisata virtual Online Xperience, perambahan ke bisnis gaming, dan penyelenggaraan Traveloka Epic Sale dengan melibatkan 54 ribu mitra, merupakan contoh inovasi produk dan layanan yang dilakukan oleh Traveloka.
"Layanan cloud menjadi fondasi dari semua ini,” jelas Ray. “Sebagai contoh, untuk menjawab banyaknya permintaan yang terkonsentrasi pada jam-jam makan tertentu, Traveloka menggunakan teknologi serverless AWS Lambda dan AWS Fargate untuk Traveloka Eats. Kemudian, di luar waktu sarapan, makan siang, dan makan malam, Traveloka dapat memperkecil skala atau menurunkan kapasitas agar pengeluaran dapat ditekan," tambahnya.
Traveloka juga menggunakan teknologi machine learning. "Kami melihat bahwa machine learning menjadi semakin terdemokratisasi dan mudah didayagunakan berkat AWS. Bukan hanya tim IT dan engineer yang dapat menggunakannya, namun semua tim dari seluruh divisi dapat memanfaatkan teknologi tersebut untuk mempelajari pengguna kami," Ray menambahkan.
"Selain memiliki keahlian di bidang teknologi dan arsitektur teknologi itu sendiri, tim AWS juga dilengkapi dengan pemahaman industri yang mendalam. Mereka membantu kami menentukan apakah strategi teknologi yang kami rancang sudah sejalan dengan target-target bisnis perusahaan. Maka, kami sangat gembira mendengar kabar bahwa AWS Asia Pacific (Jakarta) Region akan diluncurkan dalam waktu dekat. Kedekatan infrastruktur AWS dengan pelanggannya sekaligus end user akan memperkokoh transformasi digital yang menyeluruh di semua sektor," ujar Ray.
Ungkapan senada tentang peran fundamental Cloud AWS dalam mendukung perkembangan bisnis serta inovasi juga disampaikan oleh CEO & Co-Founder Qiscus, Delta Purna Widyangga. Qiscus dikenal sebagai pengembang teknologi chatbot untuk platform multichannel. Platform yang dikembangkan Qiscus paling cocok digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang terhubung dengan pelanggannya melalui berbagai aplikasi messenger.
Dengan mengagregasikan data percakapan dari berbagai platform dan menggunakannya kembali di platform-platform tersebut, Qiscus dapat menyediakan teknologi chatbot yang sangat mudah diskalakan, diotomasikan, real-time, serta multifungsi.
"Karena pandemi, sejumlah perubahan yang mungkin baru akan terjadi pada tahun 2025 nyatanya telah menjadi realitas yang harus mampu diantisipasi oleh dunia bisnis. Peran Qiscus dalam mengembangkan teknologi chatbot pintar menjadi penting ketika pelaku usaha dari segala sektor industri dituntut untuk mampu menghadirkan pengalaman-pengalaman yang lebih tepersonalisasikan bagi pelanggan," jelas Delta.
Sebagai penyedia SaaS (software as a service), pihaknya menyadari bahwa infrastruktur Qiscus harus berlandaskan tiga komponen kunci. Pertama, harus andal agar pelanggan Qiscus sendiri mampu menyediakan customer service yang selalu tersedia. Kedua, harus fleksibel karena Qiscus melayani banyak pelanggan dari berbagai industri seperti kesehatan, pendidikan, dan niaga, masing-masing dengan dinamikanya sendiri yang unik.
Ketiga, komponen penghematan biaya juga penting agar kami bisa menyediakan layanan yang terjangkau.
Sebagai pemampu inovasinya, Qiscus menggunakan solusi-solusi AWS seperti Amazon Elastic Cloud Compute (EC2) untuk meningkatkan dan menurunkan instans komputasi dengan sangat cepat, Amazon Relational Data Service (RDS) untuk memperkuat keandalan database Qiscus, layanan pencarian Amazon OpenSearch, dan solusi untuk aplikasi Kubernetes Amazon Elastic Kubernetes Service (EKS).
Tetap Tangguh dan Adaptif
Kisah cloud sebagai pemampu pengembangan inovasi layanan juga disampaikan oleh The Body Shop. The Body Shop kini telah memiliki 150 gerai fisik yang tersedia di 42 kota di Indonesia, serta dua kanal daring yakni situs web dan aplikasi mobile.
The Body Shop telah menggunakan cloud sejak 2017. Komponen yang pertama dimigrasikan adalah platform e-commerce (situs web) miliknya, kemudian aplikasimobile dan sistem loyalty, dan terakhir diikuti dengan aplikasi-aplikasi kritikal.
Yulianto Anto, General Manager of IT, The Body Shop Indonesia, menjelaskan bahwa arah strategi bisnis The Body Shop adalah memanfaatkan kanal penjualan yang terintegrasi, atau omnichannel secara optimal.
"Pelanggan masih membutuhkan pengalaman langsung untuk mencoba berbagai produk. Pengalaman ini hanya bisa didapatkan ketika mereka berkunjung sendiri ke toko. Namun, kami mengamati bahwa permintaan lintas generasi X, Y, hingga Z pada dasarnya sama, yaitu mereka juga menginginkan akses secara digital untuk memperkaya pengalaman berbelanja mereka," ujar Yulianto.
Dengan platform multichannel yang dimilikinya sekarang, The Body Shop dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan menawarkan nilai tambah seperti pengenalan katalog dan pembelian secara daring. Hingga kini, The Body Shop telah mencatat 1 juta pengguna aktif setiap bulannya.
Sebelum pandemi, penjualan online hanya berkontribusi 3% terhadap pemasukan. Sekarang, angka tersebut sudah melonjak ke hitungan double digit.Salah satu solusi AWS yang paling dirasa bermanfaat adalah Amazon EC2 Auto Scaling untuk meningkatkan dan menurunkan kapasitas berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Perusahaan juga membangun middleware untuk mengintegrasikan berbagai metode pembayaran dan logistik sesuai dengan permintaan pelanggan dengan AWS Lambda.
baca juga: Clubhouse Perkenalkan Fitur Terbaru Pinned Links untuk Promosi
Menanggapi manfaat Cloud AWS dalam mendukung pengembangan bisnis perusahaan-perusahaan yang menjadi pelanggannya, Gunawan Susanto, Country Manager Indonesia, AWS mengaku bangga. "AWS sangat bangga dapat menjadi bagian dari cerita para pelanggan kami, termasuk Traveloka, Qiscus, dan The Body Shop. Dedikasi yang tinggi terhadap pelanggan adalah salah satu prinsip utama kami di AWS. Peluncuran AWS Asia Pacific (Jakarta) Region sekaligus merupakan penguatan komitmen kami untuk berbuat lebih banyak dan berkontribusi lebih besar bagi Indonesia," pungkasnya. (N-1)