Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
KETUA Harian DPP Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs) Temi Sumarlin mengungkapkan industri kreatif Tanah Air memiliki potensi besar, salah satunya fesyen. Industri subsektor ekraf itu dinilai menjanjikan, namun, perlu inovasi dan kreatifitas.
Temi mengungkap hal penting dalam menjaga persaingan antar pelaku industri ekraf jika ingin menghasilkan produk-produk berkualitas yang mampu bersaing di pasar global.
"Kalau soal persaingan, ini seperti di lautan. Untuk menemukan itu, ibarat di pantai, menemukan kerang nggak mudah. Bagaimana cara bersinar dari negara-negara lain. Pertama, memperkuat DNA brand/perusahaan yang dimiliki. Contoh, di dunia fashion, supaya dikenal, harus punya DNA yang kuat. DNA adalah karakter brand. Misalnya, brand itu mau dikenal seperti apa. Penguatan DNA sangat penting dalam hal apapun," jelas Temi saat diskusi Creative Talks Road to Kongres 1 Gekrafs di Jakarta, Kamis (10/7).
Kedua, lanjut Temi, setelah DNA kuat, yaitu mengemas content atau produk. Juga memilih target yang tepat. Pengemasan itu juga mencakup distribusi dan promosi.
"Ada istilahnya, content is king, packaging is queen. Jadi, menghasilkan produk berkualitas, bagus, dan punya karakter yang kuat. Tapi, kalau produk bagus tanpa dikasih narasi kuat dan packaging yang baik, ya kurang," papar CEO Scarf Media itu.
Ketiga, perlu pula membuka ruang-ruang kolaborasi antar-stakeholder ekraf. Dengan kolaborasi dan lintas sektor, harapannya, selain memperkuat identitas produk, juga memberikan nilai lebih untuk produk itu sendiri. Menurutnya, tiga hal itu penting dilakukan.
Temi mengungkapkan industri ekraf masih menghadapi sejumlah tantangan. Bagi pengusaha muda atau pemula, tantangan yang dihadapi seperti persaingan, perubahan tren yang cepat, hingga mengabaikan karakter brand. Ia mengingatkan pengusaha muda yang terjun di industri ekraf. Pastikan dengan mempertajam strangers usaha dan tren-nya.
"Tiba-tiba loncat ingin ekspor. Tapi, karakter brand-nya enggak kuat. Ekspor bersaing dengan pasar global, menghadapi brand besar dari China, Korea, dan lainnya. Kalau nggak punya karakter kuat, kita akan kalah. Atau misalnya, brand Indonesia, tiba-tiba ngomongin go global tapi nggak punya strong point dan DNA yang kuat, menurut saya akan sia-sia. Sama saja perang kalah bawa senjata," jelasnya.
Sementara, bagi pengusaha expert, lanjut Temi, langkah selanjutnya adalah saat memiliki keinginan untuk go global atau ekspor. Pengusaha juga harus mampu melakukan riset untuk produk dan pasar.
Dalam kesempatan serupa, Ketua Banom UMKM DPP GEKRAFS, Faizal Hermiansyah mengungkapkan transformasi UMKM ke arah ekraf adalah kunci menuju kemandirian ekonomi, keberlanjutan usaha dan pengakuan dunia terhadap karya anak bangsa.
"Ketika ekonomi kreatif menyatu dengan UMKM, lahirlah inovasi lokal yang mampu bersaing di pasar global," kata Faizal. (M-3)
DESAINER Nila Baharuddin, kembali hadir di Jepang dengan koleksi eksklusif tas handmade. Salah satu yang menjadi sorotan utama dalam koleksinya adalah tas perpaduan makramé dan rotan.
Anna Wintour mundur dari American Vogue setelah 37 tahun. Ia tetap pegang posisi global di Condé Nast. Pergantian besar tengah terjadi di tubuh perusahaan.
Busana dengan gaya khas Italia 1951 tampil di koleksi dari merek fesyen asal Italia Max Mara, berkolaborasi dengan merek dasi asal Italia E. Marinella.
DESAINER dan pelestari warisan budaya Indonesia, Era Soekamto telah menerima penghargaan dari UNESCO atas komitmennya yang berkelanjutan dalam melestarikan budaya
Temukan perjalanan inspiratif THENBLANK, brand fashion lokal yang lahir dari ruang tamu kecil hingga sukses menembus pasar digital bersama Shopee.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved