Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
PERUSAHAAN rintisan teknologi emiten.com menyatakan fokusnya untuk membantu meningkatkan pemikiran strategis dalam setiap pengambilan keputusan masyarakat Indonesia khususnya trader pemula maupun hingga yang sudah berpengalaman.
Terlebih, bisa dilihat kondisi sekarang di mana banyak trader awam yang membeli saham hanya dengan mengikuti influencer atau feeling. Parahnya, ada yang menggunakan dana pinjaman.
“Membeli saham dengan valuasi tinggi dan berharap ada orang di luar sana berminat dengan harga lebih mahal lagi sesuai timing yang anda inginkan adalah awal kesalahan di bursa saham," ujar Denny Huang, Founder emiten.com dalam keterangan resminya yang diterima pada Rabu (27/1).
Denny menambahkan, justru banyak faktor yang perlu diperhatikan ketika ingin masuk ke dunia jual beli saham. Entah itu untuk jangka waktu harian atau ingin sebagai investasi. Misalnya, perhatikan juga faktor PBV, PER, PCFR, PSR, DER, EPS, NPM, perpajakan, sentimen induk atau afiliasi perusahaan, aksi korporasi right issue, trend bisnis satu dua tahun ke depan, hingga good corporate governance perusahaan.
Baca juga: Bursa Terkerek Sentimen Pemilu AS
“Kita sebagai startup research & insight akan tetap independen dan fokus berikan value melalui analisis maupun fitur yang terus diperbaharui. Sehingga pertumbuhan user drastis pada masa promo yang hanya kurang dari 23ribu rupiah sebulan. Kebanyakan user hanya menggunakan sebagai second opinion saja,” terang Managing Director emiten.com Vania.
Sebagai contoh analisis, kebijakan green energy Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan menguntungkan tak hanya emiten yang berkaitan dengan mobil listrik seperti PT Aneka Tambang tbk (ANTM).
Selain itu juga berpotensi memberikan cuan untuk yang bergerak di bidang penggunaan biofuel ethanol dengan berbahan dasar jagung. Hal itu dapat dilihat dari kenaikan harga jagung futures terus menerus, diikuti dengan biji bijian lainnya seperti gandum, kacang kedelai dan minyak kedelai. Alhasil sektor perkebunan seperti CPO pun sudah pasti akan terkerek. (R-3)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Kamis, 19 Juni 2025, dibuka melemah 4,73 poin atau 0,07% ke posisi 7.103,06.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 17 Juni 2025, dibuka menguat 6,04 poin atau 0,08% ke level 7.161,89.
meningkatnya volatilitas di pasar global dalam beberapa hari terakhir. Sentimen investor saat ini dibayangi sikap kehati-hatian, di tengah masih tingginya ketegangan geopolitik
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Selasa 17 Juni 2025, dibuka menguat 56,50 poin atau 0,79% ke posisi 7.174,09.
Eskalasi konflik Israel vs Iran berpotensi mengoreksi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Senin 16 Juni 2025, dibuka menguat 10,61 poin atau 0,15% ke posisi 7.176,68.
Hingga 28 Mei 2025, total nilai transaksi Repo di SPPA mencapai Rp100,85 triliun, dengan rata-rata transaksi harian mencapai Rp2,86 triliun.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa per Mei 2025, jumlah investor saham di Indonesia telah mencapai rekor tertinggi, yakni 7.001.268 SID.
BNI mengumumkan rencana penerbitan obligasi berlandaskan keberlanjutan (Sustainability Bond) Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2025, dengan nilai maksimal Rp5 triliun.
Salah satu aspek yang menjadi peranan penting dari pertumbuhan ekonomi saat ini adalah masuknya investasi langsung atau yang disebut dengan Foreign Direct Investment (FDI).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Senin 2 Juni 2025, dibuka melemah 41,33 poin atau 0,58% ke posisi 7.134,49.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved