Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Marc Klok: Shin Tae-yong Sosok Diktator

Dhika Kusuma Winata
09/1/2025 15:45
Marc Klok: Shin Tae-yong Sosok Diktator
Pemain timnas Indonesia Marc Klok (tengah) berduel dengan pemain Turkmenistan y di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (8/9/2023).(MI/BRIYANBODO HENDRO)

PEMAIN Persib Bandung Marc Klok mengaku pernah berkonflik dengan Shin Tae-yong (STY) ketika pelatih asal Korea Selatan itu masih menukangi tim nasional Indonesia. Ia bahkan menuding STY sebagai sosok yang diktator dan berada di atas tim.

"Saya memiliki konflik dengan pelatih nasional sebelumnya. Jika Anda berdiskusi dengannya, itu bisa mencoret nama Anda. Itu adalah jalan keluar saya. Dia benar-benar seorang diktator dan dia berada di atas tim," kata Klok seperti dilansir dari ESPN Belanda.

Pemain berusia 31 tahun itu menambahkan, kendala bahasa menjadi persoalan semasa era STY. Klok juga mengungkap para pemain kesulitan berdiskusi dengan mantan juru taktik tim nasional Korea Selatan tersebut. Bahkan tidak jarang hal itu menyulut ketegangan.

"Kendala bahasa menjadi masalah dengan pelatih nasional sebelumnya, yang membuat banyak pemain kesal. Itu menyebabkan ketegangan," tegas Klok.

Klok, yang mengoleksi 19 caps serta empat gol bersama Garuda, menjadi salah satu pemain timnas Indonesia era STY. Namun, belakangan dia tak lagi dipanggil.

Terakhir kali Klok bermain ketika Piala Asia namun hanya satu laga sebagai pemain pengganti dan di ajang itu dia lebih banyak menghiasi bangku cadangan.

Klok masih dipanggil ke timnas yaitu pada putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Vietnam yang berlangsung Maret 2024 dan juga hanya di pemain cadangan.

Klok berpendapat gaya kepelatihan STY menekankan hierarki. Menurutnya, itu pula yang membuat kendala ketika pemain ingin berdiskusi dengan pelatih. Meski begitu, Klok tetap mengapresiasi kontribusi STY selama menangani timnas sekitar lima tahun.

"Pemecatannya mengejutkan masyarakat. Dia telah mencapai sesuatu untuk pengembangan para pemain dan negara," ujarnya.

Lebih jauh Klok berpandangan keputusan PSSI merekrut Patrick Kluivert memang berisiko. Namun, ia menilai hal itu bisa menjadi pilihan tepat.

"Semua orang tahu Kluivert, tetapi juga benar bahwa hasil harus dicapai. Itu risiko besar. Ketika seseorang baru datang, selalu butuh waktu untuk membiasakan diri. Saya yakin ini adalah langkah yang tepat untuk sepak bola Indonesia," imbuh dia.

Klok menaruh harapan untuk mendapatkan peran lagi di timnas asuhan Kluivert. Dia siap menjadi jembatan antara kultur Eropa yang dibawa pemain-pemain diaspora dengan budaya Indonesia.

"Ketika Anda bermain sepak bola di Eropa, Anda tidak banyak merasakan negara dan budayanya. Menjadi jembatan itu penting. Uluran tangan dibutuhkan, sedikit senioritas. Yang terpenting adalah itu benar-benar menjadi sebuah tim. Tidak masalah siapa yang bermain untuk klub terbesar," ujar Klok.

"Sekarang ini babak baru, peluang baru. Saya tambahan yang bagus, baik di dalam maupun di luar lapangan. Kartu-kartu sedang dikocok ulang, semua orang mulai dari nol. Terserah pelatih untuk menurunkan pemain terbaik," pungkasnya. (Dhk/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya