Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

KDB, Ake, dan False Nine

Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola
25/9/2021 06:00
KDB, Ake, dan False Nine
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

TIDAK bisa disangkal, salah satu pelatih terbaik dunia ialah Josep Guardiola. Pelatih asal Spanyol itu bukan hanya sukses membawa Barcelona ke masa kejayaan mereka, melainkan juga kemudian Bayern Muenchen dan sekarang ini Manchester City.

Ia bukan hanya bertangan dingin, melainkan juga bisa melahirkan sebuah strategi yang sering mengejutkan dan sangat jitu. Saat Barcelona tidak memiliki pemain yang bisa dijadikan ujung tombak murni, Pep Guardiola menjadikan Lionel Messi sebagai pemain di posisi sembilan. Taktik Pep Guardiola itu dikenal sebagai false nine.

Memang false nine sudah diterapkan klub Brasil, Corinthians, pada 1890. Bahkan, Austria memainkannya pada 1950 serta kemudian Johan Cruyff saat memegang Barcelona dan menjadikan Michael Laudrup sebagai ujung tombak yang bebas bergerak sampai jauh ke bawah untuk menjemput bola.

Pep Guardiola menghidupkan kembali false nine saat membawa Blaugrana merajai La Liga Spanyol dan berjaya di Liga Champions. Tiga kali Barcelona menjuarai La Liga, dua kali juara Liga Champions, dan dua kali juara dunia saat ditangani Guardiola.

Namun, Guardiola tetap manusia biasa yang juga bisa keliru. Ia gagal membawa Bayern Muenchen menjadi raja Eropa, demikian pula Manchester City. Di musim lalu, Guardiola sempat berhasil membawa the Citizens hingga ke final. Namun, di pertandingan puncak, tim asuhannya dipaksa menelan pil pahit, kalah 0-1 dari Chelsea dan punahlah harapan menjadi juara.

Kegagalan Manchester City di Estadio do Dragao, Portugal, pada Mei lalu masih menjadi pembicaraan hingga sekarang. Guardiola dianggap salah menerapkan taktik. Ia membiarkan lapangan tengah kehilangan kedalaman dengan tidak menurunkan Rodrigo Hernandez atau Fernandinho. Padahal, selama ini salah satu dari mereka selalu diturunkan menjadi penjaga keseimbangan tim.

 

 

Bayang-bayang kesalahan 

Di bawah bayang-bayang kekalahan pahit itu, Guardiola malam ini harus membawa tim asuhannya bertandang ke Stamford Bridge. Manchester City harus kembali bertemu the Blues, yang bukan hanya pernah membuyarkan mimpi the Citizens, melainkan juga merupakan tim yang belum terkalahkan sejak ditangani pelatih asal Jerman, Thomas Tuchel.

Guardiola harus berpikir keras agar tidak sampai kalah empat kali berturut-turut dari Tuchel. Ini jelas bukan pekerjaan yang mudah karena kali ini timnya dihadapkan kepada krisis pemain. Ia harus dihadapkan kepada kondisi cedera pemain kuncinya.

Setidaknya dua center-back, John Stones dan Aymeric Laporte, harus istirahat panjang karena cedera. Praktis tinggal kapten kesebelasan Ruben Dias yang masih bisa diandalkan. Kalaupun memaksakan, Guardiola bisa menarik Fernandinho untuk bermain di belakang.

Namun, itu terlalu riskan karena Fernandinho juga sudah tidak muda lagi. Pemain asal Brasil itu sudah berusia 36 tahun. Pilihan terbaik yang ada memberikan kesempatan kepada pemain muda asal Belanda, Nathan Ake, untuk mendampingi Dias.

Ake bisa menjadi pembawa keberuntungan seperti Kevin de Bruyne. Pada 2016, KDB—biasa Kevin de Bruyne dipanggil—dilepas Chelsea dan berpindah ke Manchester City. Ternyata KDB memberikan pelajaran berharga kepada Antonio Conte bahwa pelatih asal Italia itu salah melepas dirinya. KDB mencetak gol penentu untuk membawa City mengalahkan the Blues.

Conte jugalah yang melepas Ake pada 2017. Ia tidak melihat pemain belakang asal Belanda itu penting untuk Chelsea. Ake dilepas kepada Bournemouth dan tiga tahun kemudian ditarik Guardiola ke the Citizens. Malam ini kesempatan bagi Ake untuk juga menunjukkan Chelsea pernah keliru melepas dirinya.

Malam ini pantas ditunggu, sejauh mana Guardiola akan menerapkan taktik false nine atau tidak. Setelah kegagalan the Citizens untuk mendapatkan Harry Kane guna mengisi tempat Sergio Aguero yang hengkang ke Barcelona, Guardiola tidak memiliki ujung tombak yang bisa ia andalkan. Seperti masa ia menempatkan Messi sebagai false nine di Barcelona, kini KDB yang bisa diandalkan untuk itu.

Setelah harus kehilangan dua angka saat menjamu Southampton, pekan lalu, Guardiola mencoba mempertajamkan barisan depannya. Kembalinya KDB dan Phil Foden memberikan perubahan besar, Manchester City kembali menemukan produktivitas mereka saat mengalahkan Wycombe 6-1 di Piala Carabao.

Apabila KDB ditempatkan sebagai false nine, Bernando Silva bersama Fernandinho dan Foden akan mengisi lapangan tengah. Raheem Sterling, Jack Grealish, atau Riyad Mahrez akan bermain sebagai penyerang sayap.

Namun, jika Guardiola ingin bermain dengan ujung tombak murni, pilihannya bisa menempatkan Ferran Torres. KDB kembali fokus sebagai jenderal di lapangan tengah bersama Fernandinho dan Foden.

Guardiola harus pandai menyusun tim karena pekan ini merupakan pekan yang berat bagi the Citizens. Mereka tidak hanya harus bertemu dengan Chelsea, tetapi juga pada Selasa mendatang akan bertanding melawan Paris Saint Germain di Liga Champions dan Minggu depannya harus berhadapan dengan Liverpool.

 

 

Faktor Kante

Chelsea sendiri tampil dengan kepercayaan diri yang tinggi. Tuchel tidak hanya mampu membuat tim yang sangat kompak, tetapi juga memiliki banyak pilihan pemain yang sama kualitasnya.

Lagi-lagi gelandang bertahan terbaik dunia N’Golo Kante akan menjadi faktor penentu bagi the Blues. Itu sudah ia buktikan pekan lalu ketika menjadi penentu kemenangan Chelsea atas tuan rumah Tottenham Hotspur.

Kehadiran Kante membuat lapangan tengah Chelsea semakin kukuh. Kante yang masuk untuk menggantikan Mason Mount saat membungkam Spurs tidak membuat the Blues kehilangan ketajaman. Justru trio Kante-Jorginho Mateo Kovacic bisa bergantian membantu penyerangan, tanpa membuat lapangan tengah goyah. Kante bahkan menyumbangkan gol kedua bagi Chelsea pekan lalu.

Faktor lain yang pantas membuat Manchester City jeri ialah ujung tombak Romelu Lukaku. Penyerang asal Belgia itu selalu menjadi penyumbang gol bagi Chelsea. Malam ini tentunya Lukaku ingin membuktikan ia pantas untuk ditarik dari Internazionale Milan dengan bayaran 97 juta pound sterling.

Nanti malam Tuchel bisa memainkan pola kebiasaannya, 3-4-3 atau 3-5-2 yang sama mengancamnya bagi the Citizens. Bukan hanya Lukaku yang menjadi pemain yang harus diawasi Dias dan kawan-kawan, melainkan juga Kai Havertz yang membuyarkan mimpi Manchester City di Liga Champions Mei lalu.

Dua gelandang sayap Chelsea juga sangat luar biasa karena mereka bisa menjadi bek sayap yang kuat, tetapi juga bisa menjadi pemain yang membantu serangan dari sayap. Pilihan yang dimainkan Tuchel bisa duet Cesar Azpilicueta dan Alonso Marcos, tetapi bisa juga Reece James dan Alonso.

Kapten kesebelasan Azpilicueta juga merupakan pemain yang serbabisa. Ia bisa dipercaya untuk mengisi gelandang sayap, tetapi bisa juga menjadi satu dari tiga center-back di belakang. Azpilicueta bisa didorong ke atas apabila pemain kawakan Thiago Silva ditunjuk menjadi komandan di barisan belakang.

Kunci persoalan yang harus dihadapi Tuchel hanyalah cedera pinggul yang dialami kiper Eduardo Mendy. Sudah dua kali kiper asal Senegal itu absen setelah cedera yang dialami saat bertemu Zenit di Liga Champions. Namun, kiper cadangan Kepa Arrizabalaga kembali menunjukkan permainan terbaik termasuk ketika membawa Chelsea mengalahkan Aston Villa melalui adu tendangan penalti di ajang Piala Carabao.

Apabila Kane bisa kembali mengendalikan KDB, Chelsea berpeluang besar untuk bisa memenangi pertandingan dan mengukuhkan posisi mereka di puncak klasemen. Tuchel memang berambisi membawa the Blues kembali sebagai klub terbaik di Inggris dan ia merasa memiliki komposisi terbaik untuk meraih harapan itu.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya