Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Satu lagi Persembahan N’Golo Kante

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
29/5/2021 05:10
Satu lagi Persembahan N’Golo Kante
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group(MI/Seno)

SATU hari sebelum Chelsea mengangkat trofi Liga Champions pada 2012, N’Golo Kante sedang berjuang untuk bisa mendapatkan tempat di klub Ligue 2 Prancis, US Boulogne. Kesempatan itu akhirnya datang dan Kante masuk sebagai pemain pengganti 11 menit sebelum pertandingan berakhir. Namun, pertandingan pada 18 Mei 2012 itu gagal menyelamatkan Boulogne yang akhirnya tergusur ke Ligue 3.

“Sembilan tahun lalu, ketika saya menjadi pemain cadangan Boulogne dan melakukan debut di Ligue 2, saya sangat ingin dan berharap kepada sepak bola. Saya tidak tahu akan menjadi pemain sekelas apa, tetapi saya ingin menjadi pemain pro dan melakukan yang terbaik. Ketika sekarang saya bisa mendapat kesempatan tampil di ajang final Liga Champions, saya merasakan perjalanan hidup sungguh luar biasa,” ujar Kante menyambut pertandingan puncak dini hari nanti di Estadio di Dragao, Porto, Portugal.

Chelsea untuk ketiga kalinya akan tampil di final Liga Champions. Kali ini menghadapi debutan, Manchester City. Hanya Aston Villa pada 1982 satu-satunya tim yang bisa merebut Piala Champions dalam penampilan pertamanya di pertandingan puncak.

Ganjalan terberat bagi the Citizens untuk bisa menjadi klub Inggris keenam yang merebut Liga Champions ialah Kante. Pemain asal Prancis itu merupakan gelandang terbaik dunia saat ini dan bisa membuyarkan mimpi Josep Guardiola untuk membawa Manchester City menjadi klub terbaik di Eropa.

Pelatih Chelsea Thomas Tuchel sangat gembira melihat Kante sudah pulih dari cedera hamstring dan berlatih kembali sejak Rabu lalu. Kante terpaksa diistirahatkan dalam pertandingan terakhir Liga Primer melawan Aston Villa.

Rasa percaya diri Tuchel semakin membubung melihat kembali pulihnya juga kiper Edouard Mendy. Kiper asal Senegal itu harus digotong keluar setelah kepalanya membentur tiang gawang saat hendak menyelamatkan tendangan pemain Villa.

“Kita tidak pernah bisa memprediksi hasil akhir pertandingan sepak bola. Tetapi dengan dua kemenangan di ajang Piala FA dan Liga Premier, saya tahu bagaimana harus menghadapi Manchester City dan seluruh pemain dalam rasa percaya diri tinggi untuk bisa mengulangi kemenangan itu,” kata pelatih asal Jerman yang untuk kedua kalinya berturut-turut memimpin tim asuhannya tampil di final Liga Champions.

 

 

Faktor Kante

Tuchel pun sangat percaya Kante akan menjadi penentu keberhasilan tim asuhannya dalam meredam the Citizens. Selama 9 tahun, Kante bukan hanya mampu melewati berbagai kemenangan, kekalahan, kegembiraan, dan kekecewaan, melainkan juga terbentuk sebagai pemain kelas dunia yang sangat tangguh.

Dengan postur tinggi badan 1,68 meter dan berat 70 kilogram, Kante sebenarnya tergolong pemain bertubuh mungil di Eropa. Namun, ia dikenal sebagai pemain yang bandel dan selalu mampu bangkit setelah terjatuh dan terjatuh.

Orangtuanya yang berdarah Mali sengaja memberi nama N’Golo dengan mengambil nama Raja Mali di abad ke-18, Ngolo Diarra. Ia merupakan raja yang sangat masyhur karena berasal dari rakyat biasa yang mampu menaklukkan kerajaan.

Selama 9 tahun, Kante pun ternyata mampu menaklukkan banyak kejuaraan dan kompetisi. Ia ikut mempersembahkan dua kali juara Liga Premier, satu Piala FA, dan satu Piala UEFA kepada Chelsea. Tiga tahun lalu di Rusia, Kante ikut pula mempersembahkan gelar Piala Dunia kedua untuk Prancis.

Dini hari nanti akan menjadi lebih indah apabila Kante bisa mempersembahkan trofi Liga Champions kedua bagi Chelsea. Ini merupakan kado istimewa setelah 9 tahun lalu ia hanya bisa melihat Didier Drogba yang mengangkat piala itu untuk the Blues.

Tuchel mampu mengubah Chelsea yang sempat terseok-seok di tangan Frank Lampard dengan menerapkan strategi double-six. Kante merupakan salah satu pemain yang paling pas untuk menjalankan peran sebagai ‘pemain di posisi nomor 6’.

Apalagi, Chelsea memiliki pemain yang bisa mendampingi Kante berperan di posisi ‘nomor 6’ itu, yakni Jorginho atau Mateo Kovacic. Dengan dua jangkar yang kukuh itu, Tuchel berani memainkan pola 3-4-3, dua gelandang sayap berperan menutup daerah sayap ketika tim berada dalam tekanan.

Trio center-back Andreas Christensen-Thiago Silva-Antonio Rudiger tidak pernah khawatir kebobolan dari sayap karena kapten kesebelasan Cesar Azpilicueta dan Ben Chilwell mampu mengawal daerah sayap dengan baik.

Sementara itu, Kante yang selalu tampil dengan determinasi yang tinggi, tiba-tiba bisa sudah berada di depan untuk mengancam gawang lawan. Klub sebesar Real Madrid yang sudah 13 kali menjadi juara, rusak permainannya oleh Kante. Apalagi Chelsea punya tiga penyerang muda, Mason Mount, Timo Werner, dan Kai Havertz yang begitu kompak. Belum lagi super-subs, seperti Hakim Ziyech, Olivier Giroud, dan Christian Pulisic yang bisa menjadi mimpi buruk bagi Pep Guardiola.

 

 

Bermain serius

Bagi Pep Guardiola, merebut Liga Champions sudah menjadi obsesinya. Kegagalan memenangi pertandingan final dini hari nanti dianggap sebagai kegagalan satu musim ini.

Tidak ada pilihan bagi the Citizens untuk bermain sepenuh hati dan penuh keseriusan. Tidak boleh lagi kejadian seperti tendangan penalti Sergio Aguero ke gawang Chelsea terulang kembali.

Kunci kesuksesan Manchester City berada di tangan kapten kesebelasan Kevin de Bruyne. Sejauh mana gelandang berbakat asal Belgia ini mampu keluar dari pengawalan ketat Kante atau pun Jorginho atau Kovacic.

Apabila De Bruyne bisa bebas bermain dan membagi bola, Riyad Mahrez dan Raheem Sterling atau Phil Foden akan semakin leluasa menggempur pertahanan Chelsea. Apalagi jika Pep Guardiola berani menempatkan ujung tombak murni seperti Gabriel Jesus untuk mengancam gawang Mendy.

Secara tim, the Citizens sedikit di atas Chelsea. Apalagi jika Ilkay Gundogan dan Fernandinho mampu bermain dengan penampilan terbaik untuk menggalang lapangan tengah. Operan-operan pendek cepat yang menjadi ciri permainan Pep Guardiola akan mempersulit the Blues menerapkan pressing football.

Di barisan belakang, Manchester City semakin solid. Duet Ruben Dias dan John Stones semakin padu dan kukuh. Dua bek sayap Joao Cancelo dan Kyle Walker bukan hanya disiplin dalam bertahan, melainkan juga aktif dalam menyerang.

Belajar dari pengalaman Manchester United yang gagal mengangkat piala Liga Europa karena kalah dalam duel adu penalti melawan Villarreal, Rabu lalu, the Citizens harus bisa secepatnya menjebol gawang Chelsea. Hal itu bukan hanya membuat tim asuhan Pep Guardiola terhindar dari rasa frustrasi, melainkan juga menjadikan pertandingan menjadi lebih terbuka.

Dalam pertandingan final seperti Liga Champions tidak dikenal kesempatan kedua. Semua akan bermain habis-habisan karena setelah ini pilihannya tinggal gagal atau berhasil mengangkat piala.

Dua faktor yang akhirnya akan menentukan siapa yang pantas menjadi yang terbaik. Pertama ialah kepercayaan diri dari setiap pemain dan juga tim. Kedua, yang tidak bisa dilupakan ialah faktor keberuntungan. Tim yang hebat sering kali tersandung tim yang lebih beruntung.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya