Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
Penduduk desa tak memilih kursi.
Melihat-lihat mereka. Kepada puisi yang berpigura.
Kepada novel yang tebal.
Di banyak halaman dan di kertas-kertas asing itu
Mereka heran, mengapa nira sering disebut-sebut?
“Acara peresmian akan kita mulai.
Hadirin harap menduduki kursi yang disediakan.”
Mereka berdiri
Mereka sumringah
Museum itu berdiri 2045.
Saat orang-orang tak lagi mencintai cara-cara ayahku menyadap nira, kuabadikan di museum ini.
Aku menamainya Museum Nira
Tak hanya pemimpin negara, para ahli sastra dari penjuru negara antusias.
Sejak ayah pergi, diam-diam kuabadikan kisahnya dalam medium ini
Temukanlah di sini.
Di museum mungil, tempat aku menghidupkan kisah-kisah penyadapan nira versi ayah.
Pasaman Barat, 2023
Lelaki tua menebas dahan-dahan menjulang, yang mengeras ditimang hara tanah, akar-akarnya tunjang, setinggi doa-doa meletup di dadanya.
“Tebaslah! Tebaslah! Terabaslah! Melangkahlah searah tapak-tapak yang retak di mulut rimba!”
Daun terpental tinggalkan ranting. Kemudian tergeletak lara, menjelma markah untuk kedatangan yang lain.
Besok, sebelum pukul enam pagi, bininya telah bukakan jendela, mengintip rona langit dan mengirimkan kalimat rayuan agar pagi memeluk kekasihnya. Erat sepanjang tualang.
Besok, bambu-bambu yang diikat dengan rotan, melekat kuat di bahunya. Besok, tanpa sinar lain, ditatapnya lamat-lamat jalanan pagi buta. Setajam tatapannya ke dahan-dahan enau.
Besoknya lagi, hingga bulan sempurna berganti, kucuran nira diubahnya menjadi bundaran rupiah, berliter-liter, hari demi hari. Tak gentar meski deras hujan dan amukan angin memekik menggoyahkan topi anyam. Alangkah setia para penyadap air nira.
Pasaman Barat, 2023
Ada yang mekar selain bunga-bunga tandan jantan pohon enau.
Ada yang mekar serta ranum dalam sepetak saung beratap rumbia.
Di dadanya bermekaran hal yang tak satu. Tepat dalam ceruk kekhawatiran seorang penyadap air nira, ia mengulum bahasa tentang riak-riak risau.
Dadanya meletupkan harapan yang panjang.
Dadanya mengulang lagi doa-doa: mengucurlah yang deras, mengalirlah tak bertepi, aku menunggu musim panen yang indah. Semakin mekar.
Bila saung itu mulai mengepulkan asap, ceruk di dadanya semakin dalam. Semakin mekar.
Asap akan menanyakan dan menguntit kakinya yang tekuk.
Asap juga memburamkan pandangan pada bola matanya yang berkawan lelah. Memerah menunggu matang si manis aren.
Bila kepulan hilang sama sekali, bininya gegas menyusun bambu bundar hingga berbaris rapi.
“Tuangkanlah, kekasih!”
Suhu panas disadap oleh angin tepi hutan yang membekukan. Mengantarkan penyadap air nira pada lembar rupiah sekadarnya. Ia lantas tak merebah.
“Aku suka kerak-keraknya, yah!” Di samping kuali bertelinga besar anak-anaknya sedang asyik bermain tanah.
“Mari kusuapkan!”
Pasaman Barat, 2023
Suara ketilang pelan-pelan menjangkau sawang.
Lelap biji-bijian dikawan rinai, kemudian meletup
Dan terpental menuju bibir tanah.
Mata lelaki tua itu nyala ketika dadanya debar
Diliputi mimpi yang resah, subuh tadi
Ia buru-buru bersiap.
Masih tersisa aroma gulai sang istri
Menguar menebarkan rasa candu
Gulai yang menjadi sebab cinta bertahan
Meski hari-hari tak indah selalu.
Semak-semak digilas lagi, sampailah dia di dekat pohon enau.
Tandan seringnya menjanjikan air nira.
Musim panen nanti, saat hujan deras, sebelum matahari terbit,
Dia akan rutin mengiris dahan demi dahan.
Konon, air nira hanya berkawan dengan sang pandai;
Seorang yang bersahaja, tak takabur, juga rendah hati.
Melangkah dia menuju peruntungan
Senja pukul setengah enam, tabung bambunya penuh
Dia paham betul cara-cara agar nira tak surut
Menjadilah dirinya seorang arif lagi santun pada alam ciptaan-Nya.
Pasaman Barat, 2023
Bertahun-tahun lelaki itu mengolah air nira.
Bertahun-tahun dirinya ahli meracik gula tradisional.
Bertahun-tahun cintanya tak kurang pada nira.
Meski ketika puisi ini ditulis, ia sudah tidak ada lagi.
Tak mudah temukan sang ahli penyadap air nira.
Lebih sulit lagi menemukan seorang telaten pada prosesi pengolahannya.
Ketika seorang pandai wafat, pergilah ke pedalaman.
Barangkali di sana masih tersisa selembar kenangan
Berisi kisah dan cara-cara tepat untuk dipelajari.
Kamukah?
Pasaman Barat, 2023
Baca juga: Sajak-sajak Shabrina Adliah
Baca juga: Sajak-sajak Stevie Alexandra
Baca juga: Sajak-sajak Putri Sekar Ningrum
Fitri Wijaya, penulis puisi prosais dan seorang guru honorer di kampung halamannya Rimbo Binuang, Pasaman Barat, Sumatra Barat. Puisi-puisi di sini diterima redaksi dalam rangka mengikuti Lomba Cipta Puisi Media Indonesia 2023. Kini sedang mempersiapkan penerbitan buku antologi prosa secara indie berjudul Seperti Ombak di Teluk, pada Tepian Dia Selalu Dayang, karya bersama Fitri Wijaya dan Hafiah Akbar. (SK-1)
Sajak-sajak Negar Fitrian - Membenci diri sendiri, memacu kita untuk lupa diri.
Sosok penting pada era puisi baru Peru abad ke-20.
223 Tahun Alexander Pushkin - Kenapa Pushkin diangkat sebagai Bapak Sastra Rusia?
Mengenal Nikolai Nekrasov, seorang penyair realis Ukraina-Rusia penggagas lirik sipil.
Ada Slogan Jadi Logam - Kedunguan dapat dilarutkan dengan banyak membaca.
Bukan tanpa alasan kami menjaga persahabatan antara Rusia-Ukraina.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menggelar rangkaian kegiatan strategis dalam rangka penguatan literasi dan sastra, serta revitalisasi bahasa daerah di Jawa Tengah.
Aprinus mencontohkan, beberapa karya yang kandungan SARA, yakni pada novel Salah Asuhan yang pada draf awalnya disebut menyinggung ras Barat (Belanda).
Sastra sebagai suatu ekspresi seni berpeluang mempersoalkan berbagai peristiwa di dunia nyata, salah satunya adalah persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dedikasi Pramoedya Ananta Toer tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda.
Dengan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke 42 bahasa, Pramoedya Ananta Toer adalah lambang harapan, perlawanan, dan keberanian melawan ketidakadilan.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggagas Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved