Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
Ilustrasi: Sergey Yesenin, Flomaster
Kau kalah tapi bukan budak,
berdiri bangga tanpa tameng,
kapelmu telah dinodai, namun
jiwa tetap murni seperti salju.
Pesta darah bertebaran asap api
diatur oleh iblis yang tangguh,
menggenggam pedang bersayat
sebuah negeri berani kau rebut.
Roh memang bebas dan perkasa
kekuatan besar belum terpadamkan,
bagai elang mengepak sayap ke angkasa
melintasi kuburan dengan gagah berani.
Kebenaran menguak:
musuh sudah jatuh di kakimu
tetaplah berdoa meski bersedih
pada altar yang koyak dan retak.
1914
Birch putih
di bawah jendela
tertutup tumpukan salju,
seperti perak.
Cabang berbulu
pembatas berguguran
kuasnya bermekaran
memutih di setiap sudut.
Birch putih
dalam hening, aku terlelap
kepingan sayap berhamburan
terbalut api keemasan.
Subuh, aku malas
mengikuti langkah kaki,
cabang-cabang bertaburan
menjadi pucuk-pucuk baharu.
1913
Suara guntur dan cawan langit terbelah
awan gelap pecah.
Pada liontin emas muda
lampu surgawi bergoyang.
Malaikat membuka tirai jendela,
melihat – langit tanpa awan di timur
sedang dari barat seperti pita lebar,
fajar memerah lalu menyingsing.
Hamba-hamba Allah menduga,
bukan tanpa alasan bumi terbangun.
Kata mereka; orang Jerman tak bernyali
saat menghadapi petani dalam peperangan.
Malaikat berkata kepada matahari;
"Bangunkan orang itu,
tepuklah kepalanya,
ini masalah besar dan bahaya bagimu."
Seorang pria bangkit, mencuci wajah di ember,
berbicara lembut kepada angsa putih.
Setelah mandi, dia berdandan dengan bersepatu kulit
dan bergegas mengambil pembuka botol.
Dia mengeluarkan tongkat dan gada.
Seorang petani berpikir-pikir dalam perjalanannya ke lumbung:
"Aku akan mengajari dia tentang cara membersihkan cangkir kotor."
Saat bergerak, dia mendorongku penuh amarah,
melempar gagang pedang sebelum sobek di bahu.
Pandai besi membuat senjata tajam bagi petani,
yang duduk bersimpuh duka di tunggu perapian.
Dia mengendarai kereta di jalanan yang bising
dan bersiul-siul tentang lagu perjuangan,
sedang seorang pria memilih jalan yang lebar,
peluit menyeringai hingga terdengar di ujung kuping,
orang Jerman melihat – pohon ek berusia seratus tahun bergetar,
daunnya jatuh perlahan-lahar dari rerantingnya.
Dia melempar sebuah topi tembaga,
ciut mendengar terompet angkatan muda yang heroik ...
Rusia merayakan hari kemenangan,
bumi berdengung dari lonceng biara.
1914
Sambil tersenyum, dia membekukan air mataku menjadi mutiara.
Api menyala di seberang sungai,
lumut dan tunggul terbakar.
Oh mandilah, oh basahilah,
lumut dan tunggul terbakar.
Air mata lelaki meneteskan di bawah pinus –
kasihanilah musim semi dan musim panas.
Oh mandilah, oh basahilah,
kasihanilah musim semi dan musim panas.
Di gerbang perbatasan
gadis-gadis menari ria.
Oh mandilah, oh basahilah,
gadis-gadis menari ria.
Kepada siapa sedih, kepada siapa dosa,
bersukacita dan bergembira.
Oh mandilah, oh basahilah,
bersukacita dan bergembira.
1916
Bintang-bintang emas tertidur,
cermin-cermin kecil bergetar,
cahaya menyingsing di pundak sungai
dan memerahkan kisi-kisi langit.
Pohon birch yang mengantuk tersenyum,
kepang sutranya tampak acak-acakan.
Anting-anting hijau bergemerisik,
sedang titik-titik embun bertaburan bunga api.
Jelatang-jelatang tumbuh di pagar
berpakaian bak secerah mutiara
bergoyang dan berbisik nakal:
"Selamat pagi!"
1914
Aku menangis hingga fajar tiba,
semalam ranjang berembun,
gelombang pilu di hati reda,
suara terompet lamat-lamat terdengar dari kejauhan.
"Sia-sia kerinduan itu," kata Ombak kepadaku.
Setelah melepas penutup, rindu terkubur di sungai,
sedang bulan sabit pucat dengan ciuman yang dingin.
Sambil tersenyum, dia membekukan air mataku menjadi mutiara.
Aku membawakanmu, putri bermata jelita,
karang air mata kesedihan dan kesepian
serta selubung halus gelombang berbusa.
Hatiku mabuk cinta namun tak bahagia...
memberi semua yang tidak kumiliki
setia menunggu tuk mengecup sepotong bibirmu.
1915
Ceri manis
mekar di musim semi
cabang-cabang berwarna emas,
ranting-ranting ikal, meringkuk.
Embun madu di sekitarnya
meluncur ke bawah kulit kayu,
sayuran pedas di bawahnya
bersinar perak.
Sisa onggokan es mencair,
mengaliri rerumputan dan
menembusi cela-cela akar,
mengecil selaput perak.
Sekawanan burung manis,
hinggap di dahannya,
daun-daun menghijau
terbakar di bawah sinar matahari.
Ombak-ombak berkejaran di sungai
semua cabang tertiup angin
menyingsing di bawah cahaya
mendendangkan tembang kehidupan.
1915
Baca juga: Sajak-sajak Yevgeny Yevtushenko
Baca juga: Sajak-sajak Inggit Putria Marga
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
Sergey Alexandrovich Yesenin, penyair, lahir di Konstantinov, Ryazan, Kekaisaran Rusia, 3 Oktober 1895 - wafat di Leningrad, Uni Soviet, 28 Desember 1925. Pada 1912, ia pindah ke Moskwa dan kuliah di The Moscow City People's University named after A. L. Shanyavsky. Puisi Yesenin pertama kali muncul di sebuah majalah di Moskwa pada 1914. Pada 1915, ia berkunjung ke Petrograd dan bertemu dengan sederet penyair ternama setempat, seperti Alexander Blok, Sergey Gorodetsky, Nikolai Klyuev, dan lain-lain. Ia menerbitkan buku kumpulan puisi pertamanya berjudul Radunitsa (1916). Yesenin sempat bertugas sebagai tentara Tsar untuk waktu yang singkat. Pada 1922-1923, ia bersama istrinya, seorang penari Amerika, Angela Duncan, mengunjungi Jerman, Prancis, Italia, Belgia, Kanada, dan Amerika Serikat. Pada 1924-1925, ia melawat ke Georgia dan Azerbaijan sebanyak tiga kali. Ia bekerja di sana dengan sangat antusias dan menciptakan Puisi 36, Anna Snegina, dan Motif Persia. Yesenin adalah ahli syair terkemuka yang piawai dan berani. Karya-karyanya memesona dan menjadi kajian artistik di zamannya hingga kini. Kesederhanaan tema Yesenin di tahun-tahun terakhir hidupnya begitu transparan dan sederhana. Karya Yesenin di sini diterjemahkan dari bahasa Rusia ke bahasa Indonesia berdasarkan puisi-puisi terbaik yang dibuat semasa hidupnya. Puisi-puisi dialihbahasakan oleh Iwan Jaconiah, penyair dan editor puisi Media Indonesia. (SK-1)
Ukraina mengalami serangan udara terbesar sejak invasi 2022 dengan ratusan drone dan rudal diluncurkan Rusia.
Atlet-atlet Rusia memiliki kapasitas dan kualitas yang lumayan bagus.
Donald Trump mengatakan AS akan mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina.
Roman Starovoit, mantan Menteri Transportasi Rusia, ditemukan tewas setelah dipecat Presiden Putin.
Kremlin kembali menekankan bahwa invasi Rusia bertujuan untuk menghilangkan akar penyebab konflik.
Trump merasa frustasi terhadap kedua pihak yang berkonflik yakni Rusia dan Ukraina.
"Bisa disimpulkan kalau market peminat puisi dan sastra ini sebenarnya banyak, tetapi belum ada yang mengakomodir, belum ada rumahnya. Inisiatif saya membuat rumah itu, komunitas,"
Joko Pinurbo meninggal dunia pada Sabtu, 27 April 2024. Jokpin, panggilan Joko Pinurbo, sempat mengalami sakit sejak beberapa hari sebelum menghembuskan napas terakhir.
Perpaduan antara humor dan ironi dikemas Joko Pinurbo dalam karya apik yang jenaka dan menyentil kenyataan sosial kita.
Barangkali saat bocah-bocah ingusan baku hantam, mereka sedang lupa tentang tonggak lahirnya sumpah sejarah bangsa.
Jika kebenaran lebih baik; itu bukan niat jahat seseorang, melainkan keinginannya.
Pada dua pasang binar mata kanak, kutitipkan doa di setiap kantukmu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved