Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
DI tengah ketidakstabilan global, Indonesia terus memperkuat alat utama sistem senjata (alutsista). Kepala Biro Humas Setjen Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya mewujudkan kemandirian pertahanan.
Hal itu terlihat dari semakin berkembangnya industri pertahanan dalam negeri. PT Dahana (BUMN) kini telah bergerak memproduksi teknologi bahan peledak (bom), roket, rudal hingga drone. Tingkat komponen dalam negeri (TKDN) produk-produk itu telah mencapai 50%.
“Sejumlah produk peledak dari PT Dahana yang tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sudah mencapai 50 persen dan terus meningkat. Ini menandakan bahwa bangsa kita ini tidak kalah dan punya produk-produk unggulan yang memang dihasilkan oleh anak bangsa sesuai dengan visi Bapak Presiden Prabowo untuk membangun kemandiran,” katanya di Kantor PT.Dahana, Subang, Jawa Barat pada Selasa (24/6).
Bom Pesawat Tempur
Pada kesempatan yang sama, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT. Dahana, Yusep Nugraha Rubani mengatakan bahwa saat ini, Indonesia sudah bisa membuat sejumlah produk pertahanan, salah satunya bom untuk pesawat tempur Sukhoi TNI AU.
“Kita sudah bisa membuat bom untuk pesawat Sukhoi. Bahkan salah satu negara di Asia Tenggara yakni Vietnam sudah menggunakan bom yang dibuat PT Dahana. Kinerjanya tidak kalah dengan bom asli, untuk ketepatan bom tersebut,” jelas Yusep.
Tidak hanya itu, Indonesia juga sudah mampu membuat roket bernama R-Han 122, buah karya Konsorsium Roket Nasional yang dipimpin PT Dahana. Roket ini telah resmi digunakan oleh TNI dan memiliki jangkauan efektif sekitar 25-28 km.
Para perekayasa dan ilmuwan alutsista Indonesia juga terus mendorong batas kemampuan roket R-Han 122 tersebut. Saat ini, roket tersebut sedang dikembangkan Balitbang agar jangkauannya bisa mencapai 84 km hingga 100 km.
“Kita juga saat ini sudah membuat roket R-Han 450. Roket ini berdiameter 45 cm dengan panjang sekitar 6 meter. Baru sampai tingkat roket. Jadi, roket itu buat kerjanya balistik. Tapi, kalau rudal sudah ada pengendalinya,” imbuhnya.
Rudal Panggul dan Drone
Di sisi lain, Yusep pun menyinggung soal wacana pembuatan rudal panggul atau Rudal Merapi yang tengah dikembangkan PT Dahana. Ia menurunkan bahwa rudal tersebut masih dalam tahap pengembangan dan belum tersertifikasi sehingga pembuatannya akan memakan proses waktu yang cukup waktu lama.
“Namun untuk rudal, kita semua sedang litbang. Ada RS-01 itu rudal yang dibuat oleh konsorsium rudal yang dipimpin PTDI. Produk itu nantinya harus mirip dengan rudal Exocet atau C705. Tapi tentunya masih perlu waktu untuk mencapai kemampuan seperti rudal Exocet,” tukenya.
Oleh karena itu, Yusef menekankan bahwa industri pertahanan Indonesia harus meneliti dan mengembangkan secara mandiri teknologinya. Langkah ini juga bisa dipercepat lewat transfer of technology antarnegara atau mempekerjakan orang-orang yang memiliki kemampuan.
Selain itu, untuk pembuatan drone kamikaze bernama Rajata, kata Yusep, saat ini masih dalam proses di Balitbang. Menurutnya, drone Rajata bentuknya tidak terlalu besar dan jangkauannya juga belum mencapai ribuan kilometer.
"Kita ingin drone kamikaze dan rudal panggul atau rudal merapi sampai ke tahap sertifikasi. Semoga 1 hingga 2 tahun ke depan bisa disertifikasi dan dimanfaatkan oleh TNI,” katanya. (M-1)
KEKUATAN militer dan pertahanan yang tangguh menjadi kunci untuk menjaga kedaulatan negara di tengah rivalitas antarnegara dan geopolitik global yang semakin tidak stabil.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved