Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Retreat Kabinet Upaya Menyatukan Langkah Sebelum Bekerja

Golda Eksa
27/10/2024 10:42
Retreat Kabinet Upaya Menyatukan Langkah Sebelum Bekerja
Analis intelijen sekaligus pelopor Gerakan Indonesia Optimis (GIO) Ngasiman Djoyonegoro (kanan) dalam kegiatan HUT ke-6 GIO di Jakarta .(Antara/HO-GIO)

PELOPOR Gerakan Indonesia Optimis (GIO) Ngasiman Djoyonegoro menyebut Kabinet Merah Putih (KMP) di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto merupakan perwujudan atas karakter nasionalisme, patriotik, dan pengabdian pada bangsa dan negara Indonesia.

"Syukurlah saat ini situasi telah banyak berubah. Presiden Prabowo dengan Kabinet Merah Putih, saya kira memberikan perspektif optimisme dalam menjalankan pemerintahan selama 5 tahun ke depan," kata Ngasiman dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Minggu (27/10).

Ngasiman mengapresiasi kegiatan retreat di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, yang digagas Presiden Prabowo untuk para menteri. Hal ini mengingat optimisme dapat diraih dengan semangat kebersamaan, dedikasi, dan kesetiaan mutlak pada bangsa serta negara, sebagaimana tujuan yang hendak dicapai dalam agenda tersebut.

Kegiatan ini juga dinilai sejumlah pihak sangat penting sebagai upaya untuk menyatukan langkah, hati dan pikiran jajaran kabinet merah putih sebelum bekerja.

"Karakter merah putih adalah karakter yang tanggap (responsif, cerdas), tanggon (tangguh), trengginas (lincah), setia kepada bangsa dan negara, tak gentar terhadap tekanan apa pun, serta kuat sehingga harus mulai satu rasa di antara para menteri yang akan mengurus negeri ini," kata dia.

Sejak berdiri 6 tahun lalu, GIO telah menciptakan momentum untuk membalikkan narasi pesimisme yang muncul menjelang Pilpres 2019.  Saat itu, narasi Indonesia akan bubar pada tahun 2030 gencar berembus.

"Kami merasa narasi itu akan memperburuk psikologi masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada wacana penyeimbang. Kami lantas mengembangkan Gerakan Indonesia Optimis," kata pemikir muda di bidang intelijen, pertahanan, dan keamanan itu.

Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa modal dasar bangsa dan negara saat ini sejatinya sudah kuat.  Sumber daya manusia (SDM) unggul dan sumber daya alam (SDA) Indonesia juga melimpah, serta kinerja pemerintah dalam mengembangkan fondasi pembangunan tak kalah serius. Oleh sebab itu, modal yang ada perlu menjadi pijakan untuk memperkuat narasi optimisme di antara kehidupan bermasyarakat.

Menurut akademisi sekaligus pemerhati kebudayaan, Okki Tirto, optimisme penting untuk membangun budaya bangsa. "Budaya Indonesia sebagai bangsa sulit untuk dirumuskan karena banyaknya suku bangsa. Akan tetapi, itu dapat dicirikan dalam tiga hal, yakni peci hitam, gotong royong, dan bahasa Indonesia," ujar Okki.  

Pemimpin dan masyarakat, menurut dia, harus bisa membedakan antara budaya bangsa dan negara. "Budaya bangsa Indonesia perlu dirumuskan kembali sebagai roots and routes  (akar dan rute) berdasarkan kesepakatan bersama para pemimpin bangsa," ujarnya.

Okki sepakat tema Membangun Karakter Merah Putih untuk Kesuksesan Indonesia Emas 2045 yang digagas GIO dalam rangka memperingati hari jadinya ke-6 merupakan wujud upaya untuk membangun kekayaan perspektif kebudayaan dalam kerangka optimisme pada masa depan. (Ant/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eksa
Berita Lainnya