Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AKADEMISI dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menyampaikan kegeramannya terhadap rezim hari ini. Dia mewakili para kaum cendikiawan lain mengaku muak terhadap pengabaian yang dilakukan pemerintah terhadap kaum intelektual.Hal yang lebih parah, lanjut Ubedilah, keresahan para guru besar beberapa waktu lalu malah dicurigai sebagai suara partisan dan suara yang telah ditunggangi.
“Jangankan teman-teman civil society dan buruh, guru besar, kaum intelektual dan kaum cendekiawan diabaikan. Pengabaian itu dimulai dari produksi UU Cipta Kerja atau Omnibus Law. Ratusan ribu buruh dan mahasiswa turun ke jalan. Bahkan sekelas Profesor Emil Salim mengingatkan agar itu tidak disahkan sebagai undang-undang, karena bermasalah. Tetapi tengah malah diburu-buru dan disahkan. Itu pengabaian yang paling melecehkan kaum intelektual,” kata Ubedilah dalam diskusi ‘Menegakkan Konstitusi, Memulihkan Peradaban Bangsa dan Hak Kewargaan’ di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (14/3).
Dia juga mengaku miris dan sedih dengan perilaku Presiden Joko Widodo yang saat ini dianggapnya telah melahirkan pemerintahan neo-otoritarianisme. Suatu model praktik otoritarian yang baru, di mana kekuasaan politik terkonsentrasi pada satu pemimpin dan kekuasaan itu digunakan untuk kepentingan pribadi.
“Teman-teman dari hukum tata negara seperti Bivitri, Feri Amsari, Zainal Arifin, meneteskan air mata. Bayangkan hampir seluruh teori tidak bisa meruntuhkan ambisi pribadi kekuasaan,” ketusnya.
“Apa kesimpulan penting dalam perspektif politik, saya meyakini ini yang kemudian disebut neo-otoritarianisme, satu model praktik otoritarian dengan gaya baru, yang dibangun melalui sebuah proses di politik disebut sebagai populism. Yang dari wong cilik, dari gorong-gorong, lalu seolah-olah dia merasa bahwa dia dipilih mayoritas bangsa ini lalu dengan cara itu dia bisa melakukan apapun,” tambahnya. (Dis/Z-7)
Kultur akademik kerap dipandang sebagai penyelesaian kewajiban kerja semata sehingga upaya ini bertentangan dengan perwujudkan pendidikan tinggi yang berkualitas.
Tak hanya mengajar, Widiastuti juga aktif menerbitkan karya, salah satunya buku terbaru dari luaran disertasinya berjudul Sekolah Bertransformasi, Guru Berdedikasi 2024.
Menurut Yusri, berdasarkan keterangan saksi ahli, perbuatan pidana dalam peristiwa itu tidak sempurna dan tidak masuk dalam unsur-unsur yang dipersangkakan.
Sejumlah dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melakukan pengabdikan masyarakat sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi di Taman Bacaan (TBM) Bukit Duri Bercerita.
Anak-anak di kawasan padat penduduk di Bukit Duri Tanjakan, Jakarta, makin mengenal bahasa Inggris dan Prancis berkat program pengabdian masyarakat dari dosen dan mahasiswa UNJ.
Petugas Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Timur menyelamatkan dua pekerja gondola karena tersangkut di Gedung UNJ, Rawamangun.
Direktur Eksekutif Committee to Protect Journalists, Joel Simon mengatakan bahwa memenjarakan para jurnalis karena melaporkan berita adalah ciri rezim otoriter.
Tokoh oposisi Belarus Pavel Latushko mendesak Barat untuk memperkuat sanksi terhadap Presiden Alexander Lukashenko dan rezimnya.
PERUBAHAN rezim di Rusia bukanlah tujuan NATO, terlepas dari invasi Moskow ke Ukraina. Hal itu disampaikan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz
SEJUMLAH orang tewas akibat serangan udara di pusat Kota Aleppo, Suriah.
Partisipasi etnik Tionghoa di Indonesia tidak hanya terbatas pada ranah bisnis, tetapi juga merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk hal-hal yang bersifat pribadi dan keagamaan.
Masyarakat. sambung Afton, sampai saat ini dibuat sangat kebingungan dan marah besar atas kecurangan yang dilakukan elite politik
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved