Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Jawab Gibran soal Pajak Karbon, Cak Imin: Apanya yang Mau Dilanjutkan?

Abdillah M. Marzuqi
21/1/2024 20:50
Jawab Gibran soal Pajak Karbon, Cak Imin: Apanya yang Mau Dilanjutkan?
Cawapres Muhaimin Iskandar dan Gibran Rakabuming Raka(Dok.Metro TV)

CALON wakil presiden nomor urut satu, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menyebut implementasi pajak karbon harus dilakukan sekaligus dengan transisi energi terbarukan.

Hal tersebut menanggapi pernyataan calon wakil presiden nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka mengenai pengarusutamaan pembangunan rendah karbon yang berkeadilan, dalam Debat Cawapres di Jakarta, Minggu.

“Memang pajak karbon itu ini salah satu, bukan satu-satunya. Yang paling penting adalah dipersiapkan transisi energi baru dan terbarukan. Sayangnya, komitmen Pemerintah hari ini tidak serius,” ujar Muhaimin.

Baca juga: Cak Imin Singgung Penundaan Implementasi Pajak Karbon hingga 2025

Muhaimin menyebut target energi baru dan terbarukan yang mestinya harus dipunyai pada target 2025, berkurang dan diturunkan dari 23 persen menjadi 17 persen.

Sementara itu, penundaan implementasi pajak karbon dilakukan oleh pemerintah hari ini dari tahun 2022, mundur menjadi 2025.

Baca juga: Cak Imin Tampil, El Slepet Kembali Trending di X

“Apanya yang mau dilanjutkan” kata Muhaimin mempertanyakan pernyataan Gibran.

Sebelumnya, Gibran menyinggung pentingnya pemberlakuan kebijakan pajak karbon sebagai salah satu strategi mengarusutamakan pembangunan rendah karbon yang berkeadilan.

Gibran menjelaskan tujuan mencapai net zero emission pada tahun 2060, hanya dapat terwujud manakala ada transisi energi dari energi fosil ke energi berbasis nabati secara berkesinambungan.

“Jika kita bicara masalah karbon, tentunya kita harus menyinggung pajak karbon, carbon storage, dan carbon capture,” ujar Gibran.

Agenda ke depan, lanjut dia, harus mendorong transisi menuju energi hijau. Indonesia tidak boleh lagi ketergantungan pada energi fosil.

“Kita dorong terus energi hijau bersumber nabati seperti bioetanol, bioavtur, sekarang sudah terbukti dengan adanya B35 dan B40 ini sudah mampu menurunkan nilai impor minyak kita, nilai tambah produksi sawit dalam negeri, dan lebih ramah lingkungan,” paparnya. (Ant/Z-7)

Dalam kesempatan yang sama, Gibran menyebut tantangannya ialah mencari titik keseimbangan antara menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan produktivitas, termasuk di antaranya melalui hilirisasi.

“Kita ingin menggenjot hilirisasi industri, tetapi kita wajib menjaga kelestarian lingkungan. Kita ingin meningkatkan produktivitas petani dan maritim, tetapi kita juga ingin menjaga keseimbangan alam,” katanya.

Dalam pelaksanaannya, menurut Gibran, tentu analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) merupakan kewajiban. Begitu pula analisis lingkungan. Gibran juga menyinggung pentingnya melanjutkan dan memperluas hilirisasi untuk mengolah kekayaan sumber daya alam (SDA) Indonesia. (Ant/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik