Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KOALISI Masyarakat Sipil Untuk Reformasi Sektor Keamanan mendesak agar kasus penculikan dan penganiayaan hingga tewas yang dilakukan oknum anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), terhadap warga Aceh bernama Imam Masykur diadili di peradilan umum.
"Hal ini menjadi penting untuk memastikan proses hukumnya berlangsung dengan transparan dan akuntabel," ujar Ketua Nasional Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Julius Ibrani, Senin (28/8).
Koalisi mendesak tidak boleh ada yang ditutup-tutupi dalam penyelesaian kasus, sehingga keadilan bagi korban dan keluarganya dapat terpenuhi.
Baca juga: Komisi I DPR Surati Panglima TNI Buntut Oknum Paspampres Aniaya Warga
Tindakan penculikan dan penyiksaan itu, menurut Koalisi tidak hanya mencoreng nama kesatuan pengamanan Presiden. Tetapi bukti bahwa aksi kekerasan dan kejahatan yang melibatkan anggota TNI belum berhenti.
"Sebelumnya terdapat kasus-kasus kekerasan aparat TNI yang terjadi di sejumlah daerah terutama di Papua," ujar Pengamat Militer Al-Araf dari Center Inisiative.
Baca juga: 3 Anggota TNI Ngaku Polisi dan Berdalih Culik-Peras Pemuda Aceh karena Dagang Obat Ilegal
Menurutnya kekerasan seperti itu akan terus terjadi sepanjang tidak ada penghukuman yang adil dan maksimal terhadap oknum anggota militer yang terlibat kejahatan. Selama ini, terang Araf, kasus-kasus kekerasan dan kejahatan pidana lainnya yang melibatkan anggota TNI mendapatkan hukuman ringan, terkadang dilindungi bahkan ada yang dibebaskan. Ia mencontohkan kasus penyerangan Lapas Cebongan, kasus pembunuhan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani di Papua, Kasus pembunuhan tokoh Papua Theys Eluay, Kasus korupsi pembelian helikopter AW-101, kasus korupsi Basarnas.
Koalisi menilai peradilan militer selama ini cenderung menjadi sarana impunitas bagi anggota militer yang terlibat kejahatan. Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) M Isnur mengatakan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1997 yang menjadi dasar peradilan militer, didesain untuk melindungi anggota militer yang melakukan kejahatan.
"Karena UU ini dibuat di masa akhir pemerintahan orde baru. Politik hukum undang undang peradilan militer sepenuhnya untuk melindungi kepentingan rezim Soeharto serta anggota militer yang melakukan kejahatan," tuturnya.
Koalisi mendesak kepada presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) segera melakukan reformasi peradilan militer dengan cara membuat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) tentang perubahan sistem peradilan militer atau segera mengajukan revisi terhadap UU peradilan militer.
"Presiden dan DPR tidak boleh diam apalagi takut untuk melakukan agenda reformasi peradilan militer," ujar Direktur Eksekutif Amensty Internasional Usman Hamid. (Z-3)
Aksi penganiayaan itu terjadi di persimpangan Jalan Encep Kartawiria-Ciawitali, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi
Seusai menjalani perawatan di rumah Sakit Siloam Purwakarta, Adliya Waher, 15, pelajar SMK, akhirnya meninggal dunia.
Awal mula terungkapnya aksi kekerasan yang dialami oleh istrinya setelah menerima kabar dari rekan Wiwin sesama PMI ketika dirinya menerima foto kondisi korban sedang menunjukan luka lebam
Aksi dugaan kekerasan terjadi pada Minggu (4/5). Saat itu, korban hendak ke rumah anaknya di Kampung Padaleungsar di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang.
Selain ditangkap karena dugaan kekerasan dan percobaan pemerkosaan, Greenwood diketahui juga melakukan kekerasan seksual dan ancaman pembunuhan kepada kekasihnya itu.
Kiper PSIS Jandia Eka Putra diduga terlibat penganiayaan anggota Brimob saat berlibur di Padang, Sumatra Barat.
Nenek dan seorang cucunya yang berusia 1 tahun tewas tertimbun longsor di Ciamis, Jawa Barat.
Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (13/8) sekitar pukul 15.45 WIB di palang pintu rel kereta api tepatnya berada di Dusun Pasirpanjang, Desa Kalimanggis, Kecamatan Manonjaya.
Peristiwa bermula ketika kendaraan pertama mengalami oleng dan menabrak beton pembatas tengah.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko mengungkapkan, Buddy baru saja menjabat sebagai Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur sekitar dua pekan lalu.
Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Leonardus Harapantua Simarmata memastikan sebelum di temukan tewas, korban sempat terekam cctv di kantor Polres dan Stasiun Jatinegara.
"Betul (korban laki-laki tewas). Korban wanita masih dalam perawatan," kata Binsar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved