Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Tidak Signifikan, LSI Nilai Pengaruh Cawapres Hanya Bantu Dongkrak 1-2% Elektabilitas

Nadia Ayu Soraya
11/8/2023 20:07
Tidak Signifikan, LSI Nilai Pengaruh Cawapres Hanya Bantu Dongkrak 1-2% Elektabilitas
Ilustrasi(MI/ Duta )

DIREKTUR Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan mengatakan, pengaruh calon wakil presiden (cawapres) dalam mendongkrak elektabilitas capres tidak terlalu signifikan. Hanya sekitar 1-2 persen apabila dilihat dari berbagai nama bakal cawapres yang digadang-gadang saat ini.

“Kalau mendongkrak nggak, nggak terlalu banyak, paling dongkrak 1-2 persen dari nama-nama cawapres yang ada. Tapi kalau dia salah pilih, maka itu bisa mengakibatkan suaranya anjlok gitu loh,” kata Djayadi pada Jumat (11/8).

Djayadi menilai, tingkat pertarungan elektabilitas tidak akan berbeda jauh apabila pilihannya 10 besar nama bakal cawapres yang ada seperti Erick Thohir, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD, Muhaimin Iskandar, Airlangga Hartarto, Gibran Rakabuming Raka, dan lainnya.

Baca juga : PDIP Pastikan tak Rangkul Ridwan Kamil sebagai Cawapres Ganjar

“Artinya siapapun cawapres yang dipilih oleh capres ini diantara nama-nama yang sudah beredar ya. Kecuali ada nama yang tiba-tiba diluar perkiraan, nah itu bisa menimbulkan masalah,” ujarnya.

Selain itu, Djayadi menyebut pemilihan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bakal cawapres tidak serta merta meningkatkan elektabilitas. Hal ini dikarenakan setiap pemilih memiliki sikap yang berbeda-beda.

“Ada NU yang lebih ke Cak Imin PKB, ada NU yang mungkin lebih cenderung ke Mahfud, ada NU yang lebih cenderung ke Yenny, atau ada NU yang mau menerima Erick sebagai orang baru NU misalnya,” ucapnya.

Baca juga : Tim Anies-Cak Imin Menata Strategi untuk Raup Suara Nahdliyin

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya pun menegaskan pihaknya tidak berpihak kepada kekuatan politik manapun, bahkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bukan partai yang merepresentasikan NU. Djayadi melihat, faktor dukungan para kiai atau ulama ini patut dipertimbangkan.

“Kan beda-beda tuh. Ada kiai NU yang dukung Prabowo, ada kiai NU yang dukung Ganjar, ada kiai NU yang dukung Anies,” pungkasnya.

Namun, ia menjelaskan pertimbangannya tidak hanya pada elektabilitas. Tetapi tawar menawar siapa capres dan cawapres, melihat setiap partai membutuhkan Presidential Threshold (PT) 20 persen untuk bertarung di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

“Untuk memperoleh tiket 20 persen itu, kecuali PDIP, Prabowo sama Anies itu perlu beberapa partai. Bagaimana partai-partai bergabung? Antara lain tawar-tawaran siapa capres, siapa cawapres,” jelasnya. (MGN/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya