Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
TIM khusus (timsus) tidak kunjung menangkap peretas Bjorka. Pengamat menilai timsus kesulitan karena salah metode investigasi.
"Kemungkinan besar metode investigasi yang dilakukan tidak tepat, sehingga timsus kesulitan mengungkap Bjorka," kata ahli digital forensik Indonesia Ruby Alamsyah, Kamis (22/9).
Timsus bentukan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD itu menangkap seorang pemuda asal Madiun, Jawa Timur, Muhammad Agung Hidayatullah (MAH), 21 dalam pengejaran Bjorka. Menurut Ruby, yang dilakukan timsus adalah salah tangkap.
Baca juga : Peretas Bjorka Diduga Bocorkan Data Kepolisian, Ini Kata Mabes Polri
"Kalau melihat apa yang dilakukan dan terjadinya salah penangkapan terhadap MAH," ujar Ruby.
Pelatih sekuriti tekonologi informasi (TI) itu memandang perlu peran ilmu forensik digital dalam menginvestigasi kasus peretasan tersebut, guna mengidentifikasi sosok peretas Bjorka dan keberadaannya.
"Sehingga, dapat dilakukan proses penangkapan kepada orang yang benar, serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara sah juga di mata hukum," ungkap Ruby.
Baca juga : Praktisi Hukum: Penegak Hukum Bisa Jerat Bjorka dengan Pasal Berlapis
Ruby meyakini proses scientific investigation dan forensik digital sajalah yang dapat memenuhi dua unsur ilmiah dan hukum. Maka itu, dia mendorong timsus, khususnya Polri menggunakan dua metode tersebut.
Ada usulan terhadap Polri menggandeng mantan peretas Jim Geovedi untuk menangkap Bjorka. Jim pernah geser satelit Tiongkok, serta dipakai Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan berhasil mengungkap pembobol data pemilu. Namun, Ruby menilai Jim tak akan mau bekerja sama.
"Saya yakin Jim enggak mau, karena sudah tidak dalam bidang ini dan tidak mau masuk ke bidang ini lagi," kata Ruby.
Bjorka adalah pemilik akun Twitter yang mengeklaim telah meretas data-data terkait kependudukan Indonesia, termasuk surat menyurat milik Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan surat Badan Intelijen Negara (BIN). Kini timsus yang terdiri atas Polri, BIN, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) masih terus memburu Bjorka. (OL-1)
Peretasan ini bukan hanya menimpa hotel di Kota Bandung, tetapi juga terjadi di beberapa hotel yang ada di Indonesia.
Manchester United bersikeras bahwa situs web dan aplikasi klub tidak mengalami masalah dan keamanan data-data pribadi para penggemar dan pelanggan tetap terjaga.
Platini, yang diretas menjelang pertemuan dengan kepolisian Prancis untuk membahas soal korupsi terkait Piala Dunia, mengaku sangat terkejut dengan laporan itu.
Kelompok peretas yang berbasis di India menargetkan para kritikus Piala Dunia 2022 Qatar. Tuduhan itu muncul dari hasil investigasi media Inggris, Sunday Times.
Football Leaks merupakan kebocoran informasi terbesar sepanjang sejarah olahraga dan memicu penyelidikan di Belgia, Britania Raya, Prancis, Spanyol, dan Swiss.
DI Indonesia, kasus kebocoran data pribadi sebetulnya bukan hal baru. Dalam beberapa tahun terakhir, tidak sekali-dua kali terjadi kasus kebocoran data pribadi yang dilakukan para peretas.
"Intinya untuk server, data, aplikasi-aplikasi di Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya serta sistem keamanan semuanya hingga saat ini aman,"
POLDA Metro Jaya mengamankan dua pelaku pemerasan, A dan MRP. Mereka menjalankan operasi dengan modus meretas akun Instagram milik korban dan meminta tebusan puluhan juta.
Polda Metro Jaya menangkap tersangka berinisial SH (28) yang melakukan peretasan server pulsa provider Smartfren yang merugikan perusahaan tersebut hingga Rp350 juta.
Baik kampanye Presiden Donald Trump maupun Joe Biden berada dalam bidikan para perampok dunia maya.
Pihak berwenang pun menyatakan kekhawatirannya atas peretasan tersebut yang dicurigai sebagai pekerjaan Rusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved