Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Rektor UGM: Generasi Milenial Alami Disorientasi Ideologi

Agus Utantoro
01/6/2021 12:06
Rektor UGM: Generasi Milenial Alami Disorientasi Ideologi
Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Panut Mulyono memimpin upacara peringatan Hari Pancasila, Selasa (1/6) di UGM.(MI/Agus Utantoro)

REKTOR Universitas Gadjah Mada, Prof. Panut Mulyono mengingatkan, banyak generasi muda, para milenial mengalami disorientasi ideologi, kehilangan arah karena terjadi kekosongan ideologi negara, yaitu Pancasila.

"Karenanya mereka permisif menerima ideologi transnasional dan paham radikalisme terorisme yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia," kata Rektor UGM.

Dalam sambutannya pada Upacara Hari Lahir Pancasila di kampus setempat, Rektor mengemukakan, hal itu bermula dari era pascareformasi 1998, yang menetapkan pengajaran Pancasila tidak dilakukan secara mandiri di sekolah setelah berlakunya UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.

Dikatakan, sejak itu Pancasila hilang sebagai mata pelajaran wajib. Prof Panut menambahkan hal itu berbeda dengan regulasi sebelumnya yang tertuang dalam  Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 yang menetapkan Pancasila menjadi pelajaran wajib.

Terkait terorisme kata Rektor memgutip dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme sekitar separuh dari pelaku aksi teror berusia muda. "Rekrutmen anggota jaringan terorisme usia muda ini disebabkan karena mereka dianggap memiliki militansi yang kuat," katanya.

Rektor juga mengatakan, dalam Kongres Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang diselenggarakan di UGM melalui Pusat Studi Pancasila beberapa waktu yang lalu telah  memberikan rekomendasi antara lain, perlunta revisi UU nomor 20/2003 dan peraturan turunanya agar kembali sesuai dengan amanat konstitusi.

Direkomendasikan pula Pancasila wajib disajikan sebagai pelajaran/mata kuliah definitif dalam setiap jenjang pendidikan. Pembelajaran Pancasila, kata Rektor harus dijaga dari intervensi kepentingan politik praktis, dan disampaikan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu atau kaidah akademik.

"Perlu menambah guru/dosen Pancasila, dengan bekerjasama atau memfungsikan lembaga-lembaga yang memiliki kapasitas untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan guru/dosen Pancasila," jelasnya.

Bagi keluarga besar UGM, imbuhnya, dengan jati diri sebagai Universitasnya Pancasila, maka Pancasila merupakan karakter organisasi, pedoman dan panduan perilaku. Bagi UGM. Pancasila lanjutnya, tidak hanya mewarnai dinamika organisasional tetapi jauh lebih mendalam.

Pada kesempatan itu, Rektor mengingatkan pula, di tengah derasnya arus informasi dalam era globalisasi dan digitalisasi ini memberikan pengaruh besar pada adanya perbedaan keyakinan dan cara pandang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Namun perbedaan inilah yang akan membuat kita hidup dan tangguh. Seperti apa yang dikatakan pencetus Pancasila, Presiden Soekarno bahwa tidak ada satu negara yang benar-benar hidup jika tidak ada seperti kuali yang mendidih dan terbakar, dan jika tidak ada benturan keyakinan di dalamnya," ujarnya. (OL-13)

Baca Juga: PSP UP: Sosialisasi Pancasila Butuh Kolaborasi Semua Generasi



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya