Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
KEPALA Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono menegaskan seaglider bawah laut yang ditemukan di perairan Sulawesi Selatan tidak berfungsi untuk aktivitas intelijen. Alat yang mampu mengirimkan data melalui satelit dan bertahan di laut lebih dari 2 tahun ini kerap digunakan untuk kegiatan penelitian.
"Jadi alat ini dipakai untuk riset namun tentunya (tergantung) negara yang menerima data tersebut, menggunakannya buat apa. Jadi alat ini lebih pada untuk riset, riset bawah laut," ujarnya dalam jumpa pers di Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) TNI AL, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1).
Menurut Yudo, data yang berasal dari seaglider bisa digunakan untuk beragam macam tujuan, termasuk juga pertahanan. Akan tetapi, alat itu sulit dipakai untuk memata-matai karena tidak mampu melacak sonar kapal. "Karena memang alat ini tidak bisa mendeteksi kapal. Jadi bukan untuk kegiatan mata-mata dan sebagainya," tegasnya.
KSAL menyatakan akan berkoordinasi dengan semua pihak untuk mencari institusi yang melakukan kerja sama dengan asing dan menggunakan seaglider. Termasuk juga, dengan Kementerian Luar Negeri untuk menanti laporan negara lain yang kehilangan alat ini.
"Kita tidak punya kemungkinan (memakai seaglider untuk kepentingan militer), namun ada juga (pihak dalam negeri) yang sudah bekerja sama dengan negara lain untuk keperluan riset. Kami belum tahu datanya sehingga kita akan koordinasikan lebih jauh dengan kementerian lembaga terkait apakah ada kerja sama tentang alat itu," papar Yudo.
Sejauh ini, kata dia, berdasarkan negara yang mampu membuat seaglider meliputi Amerika Serikat, Tiongkok, Prancis, Kanada hingga Jepang. Namun seaglider yang ditemukan di Sulawesi Selatan ini nihil identitas sehingga perlu analisa lebih lanjut.
"Karena datanya tidak ada sama sekali, minimal ada sedikit saja tulisan bisa kita sampaikan, karena tidak ada tulisan sama sekali, karena dari awal saya sudah tanya, apakah ada tulisan? gak ada. makannya nanti setelah kita bongkar ini ketahuan miliknya siapa," pungkas KSAL.
Sebelumnya, TNI AL mendapat informasi tentang seorang nelayan menemukan benda asing saat sedang memancing. Nelayan tersebut kemudian melaporkannya kepada babinsa. Benda asing tersebut akhirnya dibawa ke Koramil untuk diteliti oleh TNI AL.
Dari hasil penelitian TNI AL, diketahui benda asing di Selayar tersebut merupakan seaglider yang terbuat dari aluminium dengan dua sayap dan baling-baling, sirip tunggal pada ekor, serta antena belakang.
Pesawat nirawak bawah laut itu juga memiliki instrumen kamera. Dua sayap seaglider masing-masing berukuran 50 cm dengan panjang bodi 225 cm dan panjang baling-baling 18 cm, serta panjang antena 93 cm. (Ant/P-2)
BEA Cukai Tanjung Priok bersama TNI Angkatan Laut gagalkan pemasukan peti kemas bermuatan ballpress (pakaian dan tas bekas).
Pengunjung lainnya, Tisa Putriana, mengaku takjub saat pertama kali menginjakkan kaki di kapal tersebut.
Upacara gelar pasukan operasional dan kehormatan militer bakal dihadiri Presiden Prabowo Subianto di Pusdiklatpassus Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (10/8).
Lantamal XIV berharap pemerintah daerah dapat membantu menyediakan lahan yang strategis dan mudah dijangkau masyarakat.
Pelaksanaan ERB 2025 secara resmi ditandai dengan pelepasan KRI Hasan Basri-382 dari Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Senin (22/7).
Satria Arta Kumbara, nama yang mendadak viral di jagat maya Indonesia, adalah mantan prajurit Marinir TNI AL berpangkat terakhir Sersan Dua (Serda)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved