Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
KEBERAGAMAN bangsa Indonesia menjadi kunci dalam menciptakan kemajuan cita-cita bangsa. Kemajuan bangsa dapat dicapai apabila bangsa ini mampu mengelola keberagamaan untuk bersatu, menyatukan keluasan dan kebesaran kekayaan bangsa.
Pernyataan tersebut diungkapkan cendekiawan Yudi Latif dalam webinar refleksi peringatan Hari Pahlawan yang diadakan oleh Alumni Angkatan II Pemantapan Nilai-Nilai (Taplai) Kebangsaan Lemhannas RI, secara virtual, kemarin.
Menurut Yudi, energi nasional bangsa Indonesia tidak boleh habis untuk saling bertengkar. “Kalau energi nasional kita habis untuk bertengkar satu sama lain, apa pun yang kita punya tidak akan jadi wahana untuk pembangunan,” ujarnya.
Bangsa ini, lanjut Yudi, juga harus memiliki komitmen dan tekad sama-sama fokus menggapai cita-cita menjadi bangsa yang maju. Kebebasan kreatif hak milik individu perlu dijunjung tinggi dengan diimbangi regulasi peraturan pemerintah agar tercipta kebebasan yang sehat.
“Kebebasan perlu dijunjung tinggi, tapi pada saat yang sama jangan sampai kebebasan dan keistimewaan itu membangun kekacauan dalam kebersamaan.”
Yudi melanjutkan, diperlukan juga keseimbangan dalam hakikat sosial dan keadilan. Ketimpangan dapat berpotensi menghambat kemajuan bangsa.
“Kalau timpang, misal terlalu menekankan kolektivisme, itu pasti gagal. Contoh Uni Soviet, sedangkan kalau terlalu menekankan pada individualisme, hal tersebut juga bisa menjadi predator,” tuturnya.
Gubernur Lemhannas Agus Widjojo mengemukakan sebuah bangsa dapat keluar menjadi pemenang dalam era globalisasi ketika berhasil membangun daya saingnya. Upaya membangun daya saing diawali dengan evaluasi diri.
“Apa kekurangan dan sisi lemahnya yang perlu kita perbaiki. Sementara itu, sisi kuat terus kita bina agar lebih efektif menjadi sarana utama.”
Ditekankan Agus, bangsa yang kuat dalam era globalisasi juga mampu membangun kerja sama dan perdamaian dengan bangsa-bangsa lain. (Uta/P-2)
WAKIL Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menegaskan bahwa keberagaman adalah kekuatan bangsa. Hal itu disampaikan dalam Acara Tawur Agung Kesanga, Perayaan Hari Suci Nyepi
Kementerian Agama sedang menyusun Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Hal ini menindaklanjuti arahan Menteri Agama Nasaruddin Umar yang mendorong agama menjadi elemen membangun kedamaian
Hari Toleransi Internasional yang diperingati setiap 16 November mengingatkan pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan dalam masyarakat yang beragam.
Toleransi adalah sikap menghargai dan menerima perbedaan dalam agama, budaya, dan ras untuk menciptakan kehidupan yang damai. Berikut contoh sikap toleransi.
Daerah-daerah ini menunjukkan bahwa masyarakat yang berbeda keyakinan bisa hidup berdampingan secara damai.
SETIAP 3 November, Indonesia merayakan Hari Kerohanian Nasional. Momen ini menjadi pernyataan komitmen menghargai keberagaman agama yang ada di tanah air.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved