Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Sasaran Narasi Komunime: PDIP dan Pilpres

Insi Nantika Jelita
07/7/2020 18:38
Sasaran Narasi Komunime: PDIP dan Pilpres
Ilustrasi(Antara)

SEJAHRAWAN dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menyatakan, fenomena munculnya kembali isu Partai Komunis Indonesia (PKI) akhir-akhir ini merupakan manifestasi untuk kepentingan politik menuju Pemilu 2024.

Ia menyebut PDI-P menjadi pusat hantaman serangan isu komunis karena dianggap akan menghambat agenda itu.

"Fenomena belakangan ini saya kira berkaitan dengan menghadapi tahun 2024, ketika akan ada pilpres. Ada pihak-pihak berkepentingan dihidupkan isu komunisme ini,” ujar Asvi dalam keterangan resminya, Jakarta, Selasa (7/7).

Profesor riset bidang sejarah itu menilai kemunculan isu PKI persis sama dengan cara yang dulu dilakukan Soeharto yakni menjadikan komunisme sebagai musuh bersama. 

Mereka dianggap berpadu dengan kelompok yang ingin menjaga eksistensinya seperti penganut gerakan khilafah.

“Mereka ingin memperlihatkan eksistensi sebenarnya, namun juga ingin menghancurkan PDIP. Mereka dengan sengaja ingin menggoyang masyarakat dengan berkata soal kebangkitan PKI,” jelas Asvi.

Faktanya, Asvi mengatakan, komunisme sudah punah dengan adanya TAP MPRS yang isinya membubarkan PKI dan melarang ajaran komunisme, sudah berlaku sejak 1966 serta bertahan hingga sekarang.

Ia menambahkan, di era Orba Soeharto, isu PKI dipertahankan untuk kepentingan pemerintah dan rezim berkuasa guna menghancurkan orang yang bersikap kritis.

“Maka di Orba, setiap jelang 30 September, pasti ada temuan bendera dan kaos PKI. Itu zaman Orba. Sekarang, makin rutin karena ada kelompok kepentingan yang mau angkat isu komunisme itu,” kata Asvi.

Kata Asvi, gerakan mereka semakin menggema karena perkembangan teknologi informasi disertai kurangnya literasi masyarakat dalam menyaring bahan-bahan kampanye yang disebarkan. Informasi sangat mentah dan sumir itu sengaja disebarkan berulang dan terus menerus. (OL-8).

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya