Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

120 Nelayan Pantura Siap Melaut di Natuna

Cahya Mulyana
06/1/2020 14:41
120 Nelayan Pantura Siap Melaut di Natuna
Ratusan nelayan saat tiba di Kantor Kemenko Polhukam untuk mendapat pengarahan dari Menteri Menkopolhukam Mahfud MD di Jakarta, Senin (6/1)(MI/Bary Fathahilah)

SEBANYAK 120 nelayan asal Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah siap melaut di perairan Natuna. Selain mengoptimalkan kekayaan bahari, mereka ingin membantu pemerintah menjaga kedaulatan Natuna.

"Intinya kami dari nelayan siap bahwasanya Natuna adalah bagian dari NKRI dan kami siap mengisi. Kami siap berlayar di laut Natuna," kata perwakilan dari 120 nelayan sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Tegal Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Riswanto, di kantor Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Senin (6/1).

Pihaknya akan mengoptimalkan potensi maritim di Natuna setelah mendapatkan dukungan dan perlindungan dari pemerintah. Diskusi nelayan dan pemerintah akan berlanjut untuk membahas teknis dan perlindungan dari aparat negara di Natuna.

"Kita akan diskusikan lagi teknisnya seperti apa ke depan. Yang pasti kami siap melaut di sana dengan perlindungan dari pemerintah sebab nelayan Tiongkok saja bisa, masa kita tidak bisa mendapatkan pengawalan," ujarnya.

Baca juga: TNI tidak Mau Terpovokasi Ketegangan di Natuna

Menurut dia, nelayan membutuhkan perizinan yang mendukung kebutuhan selama melaut di Natuna. Salah satunya menyangkut operasional kapal 150 gross ton.

Kapal besar, lanjut dia, paling cocok beroperasi di Natuna karena mampu berlayar lama dan menampung banyak hasil tangkapan. Namun sejauh ini belum ada izin untuk kapal dengan kapasitas tersebut.

"Kalau dari Jawa ke Natuna butuh dua sampai tiga bulan dengan biaya hampir Rp500 juta," ungkapnya.

Dari dana tersebut, menurut Riswanto, paling dominan digunakan untuk membeli bahan bakar minyak atau BBM. Dulu, lanjut dia, ketika subsidi BBM belum dicabut, nelayan Pantura mampu ke perairan Natuna.

Tetapi, saat subsidi BBM dicabut dan hanya dibatasi untuk kapal 30 GT ke bawah, nelayan dengan kapal di atas 30 GT harus menambah biaya operasional karena harus memakai BBM industri.

"Maka terkait ini perlu diskusi lebih lanjut dengan pemerintah," pungkasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya