Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PERINGATAN Hari Toleransi Internasional harus jadi momentum bagi negaa untuk hadir dan melindungi kebebasan beradama atay berkeyakinan di Indonesia (KBB).
Wakil Direktur Imparsial Gufron Mabruri menyebut sejumlah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mencegah intoleransi, yaitu mencabut atau merevisi aturan di tingkat nasional maupun daerah yang membatasi hak atau kebebasan beragama.
"Kami mendesak pemerintah segera mencabut atau merevisi peraturan perundang-undangan dan kebijakan baik di tingkat nasional maupun lokal yang membatasi hak atas kebebasan beragama atau berkeyakinan," kata Gufron di Kantor Imparsial, Jakarta, Minggu (17/11).
Selain itu, Imparsial juga mendesak agar pemerintah menegakkan hukum terhadap pelaku intoleransi guna mencegah aksi tersebut terulang lagi.
"Mendorong penegakan hukum yang tegas dan adil terhadap para pelaku intoleransi untuk mencegah potensi keberulangan aksi-aksi intoleransi," tambah Gufron.
Baca juga ; Kebebasan Beragama Masih Tersandung Aturan Hukum
Hari Toleransoi Internasional yang jatuh setiap 16 November menurut Gufron, memiliki makna penting terhadap kondisi kekinian yakni semakin berkembangnya praktik intoleransi keagamaan terutama yang menyasar kelompok minoritas.
Padahal bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, keyakinan, dan ras. Keberagaman itu menjadi fundamen pendirian negara Indonesia, sehingga penting dan perlu dijaga dan dirawat dengan baik.
"Karena itu, sulit untuk tidak dikatakan bahwa tidak akan ada Indonesia tanpa keberagaman," tegasnya.
Menurutnya, praktik intoleransi tidak hanya merintangi penikmatan hak asasi dan kebebasan sebagai dasar bagi perlindungan keberagaman, tetapi juga menggerus sendi pendirian negara Indonesia. (OL-7)
GUBERNUR Jawa Barat Dedi Mulyadi menekankan pentingnya pemulihan harmoni sosial di tengah masyarakat Cidahu, Sukabumi, setelah insiden perusakan rumah yang diduga dijadikan tempat ibadah.
Tidak hanya karena secara geografis wilayahnya berbukit-bukit dengan ketinggian 760 meter di atas permukaan laut (mdpl), tetapi juga karena desa itu tak ubahnya Indonesia mini dengan beragam agama.
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved